-
Melihat kedatangan Gelan, otomatis Melan berdiri, gadis itu bergegas menghampiri Gelan dan menghadang jalan lelaki itu.
"GELAN!"
Gelan terkejut. Lelaki itu memandang Melan didepannya dengan tatapan tajam. Nampak, sangat tak suka. Apalagi dengan suara cempreng gadis itu yang sekarang membuat mereka menjadi pusat perhatian.
"Gelan..." Melan sekarang menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Gue ditinggal sendiri disini masa. Kalau gue diculik om-om, gimana? Kalau gue-"
Gelan sudah duluan meningkalkan Melan dan menuju bangku ditengah ruangan yang tersisa, lebih tepatnya tempat Melan tadi. Melan bergegas mengikuti. "Gel, pulang sama Melan ya?"
Gelan berdecak. Gadis ini bener-bener penggangu. "Lo bisa pergi?" tanya Gelan. Nadanya dingin, menandakan seberapa terusiknya dia dengan diri Melan.
Melan mengeleng, wajahnya memias. "Gue sendiri disini. Cewek lagi, lo nggak punya perasaan apa gimana?"
Gelan berdecak, bener-bener tak habis pikir lagi. Sebaiknya setelah ini dia menghampiri Bu Dina dan mengatakan kalau dia tak ingin mengajar Melan lagi. Gadis itu semakin menjadi-jadi.
"Melan?" suara berat itu mengundang perhatian keduanya.
Gito berdiri didepan keduanya. Memandang Gelan dengan tatapan berbeda. Kemudian memandang Melan dengan tatapan hangatnya.
Melan membalas tatapan Gito. "Kak Gito, kita pulang sekarang-"
Ucapan Melan dipotong ketika Gelan menyambar lengannya kasar. "Lo pulang sama gue."
Gito terkekeh. "Dia pulang sama gue." Gito menarik sebelah lengan Melan yang mengantung diudara.
Gelan semakin menarik lengan Melan merapat ke tubuhnya. "Dia disini tai sama gue, pulang sama gue!"
"Hah?" Melan binggung namun tubuhnya sudah terseret mengikuti Gelan keluar dari dalam caffe.
"Sakit tahu!" Melan berdecak ketika Gelan melepaskan cekalan-nya dan meningkalkan bercak merah disana.
Gelan tak peduli dengan ringisan Melan. Lelaki itu menempelkan ponsel ke telinganya nampak berbicara dengan seseorang.
Melan menggerutu karena tak mengerti. Gadis itu menyalahkan ponselnya dan melihat banyak sekali chat dari Jihan, Bang Ichal ataupun kedua orangtuanya yang menanyakan keberadaannya.
Namun Melan mengacaukannya, gadis itu segera membuka room chat nya dengan Gito.
Kak Gito.
Melan minta maaf, ya?
Gelan emang aneh. [Delete]
"Masuk," ujar Gelan dingin. Sedingin udara malam ini.
Melan mendongak, memandang Gelan bingung, gadis itu memasukkan ponselnya kedalam slin bag birunya sebelum melihat kedepan.
Sebuah mobil berhenti didepan mereka. Seorang lelaki didalamnya tersenyum sambil mengedipkan matanya pada Melan.
Melan refleks mencekal lengan Gelan erat.
"Pulang sana, dia nggak bakal ngapa-ngapain lo."
"Enggak." Melan mengeleng. Sedangkan lelaki didalam mobil tertawa.
"Cewek lo takut sama gue, Gel?" Gelan hanya bergumam membalas.
"Santai, nggak bakal gue ngapa-ngapain. Ayo masuk. Mau pulang, nggak?"
Melan cemberut. "Gue pulang sama Kak Gito aja gitu-" ucapan Melan terputus ketika Gelan membuka pintu mobil dan mendorong gadis itu masuk sampai punggung gadis itu berdenyut ngilu.
Kemudian Gelan mendekat ke arah cowok asing itu dan mengucapkan sesuatu. Diakhir kalimat dia menatap Melan dalam. Tatapan berbeda.
Namun Melan mengalihkan pandangannya kesamping. Malas melihat wajah Gelan. Bener-bener kesal. Rasanya Melan mau menangis. Kenapa lelaki itu harus mendorongnya segala!? Sakit banget malah.
"Mel-" Melan memotong ucapan Gelan.
"Gue mau pulang sekarang! Bisa nggak lo jalanin mobilnya!?"
Darka yang merasa kalimat Melan tertuju padanya segala melirik kearah Gelan. Lelaki itu mengangguk. Menandakan agar Darka menuruti ucapan Melan.
Gelan hanya tak ingin Melan kenapa-kenapa karena Gito, tapi kenapa semuanya jadi sehancur ini?
***
"Lo ada hubungan apa sama Gelan?" tanya Darka ketika mobil yang dikendarainya berhenti di lampu merah.
"Lo bisa diem nggak? Kepo kek Dora lo!"
Darka tertawa sejenak. Gadis ini begitu galak. "Gelan nggak pernah gitu ke cewek."
"BODO AMAT!"
Darka lagi-lagi tertawa. "Nama lo siapa?" tanya lelaki itu mengalihkan pembicaraan.
"Melan," gadis itu menjawab disela Darka melajukan mobilnya.
"Apa? Gelan?"
"MELAN!"
Darka tertawa. "Nama kalian bahkan mirip. Jodoh emang."
Melan melengos. "Nggak usah bahas Gelan bisa nggak sih? Gue lagi kesel sama tuh cowok."
Darka hanya tertawa. "Gue temen Gelan dari kecil. Gue tahu semuanya tentang dia. Termasuk dia ngangep lo kayak apa. Saran gue mundur aja. Gelan nggak bakal suka cewek kayak lo."
Melan tersentak, gadis itu mendongak dan langsung bertatapan dengan Darka yang sedang memandangnya dari spion. Lelaki itu mengedip sekali lagi.
"Berhenti!" Melan refleks berteriak.
Darka tersentak. Lelaki itu menginjak rem karena berpikir sesuatu terjadi didepan sana.
Namun Melan dengan cepat membuka pintu mobil dan berlari keluar dari sana.
"Astaga!" Darka mengusap kepalanya pusing. "Gue bisa mampus! Gue cuma bercanda!" lelaki itu memarkirkan mobilnya di pinggir jalan dan turun mengejar Melan.
"Woy!"
Sedangkan gadis didepannya memeluk slin bag nya erat dan berlari sembarang arah.
"Gue cuma bercanda!" suara Darka semakin mendekat.
Melan bener-bener kesal. Gadis itu terus berlari namun tanpa disadari kakinya tersandung dan detik berikutnya keningnya mencium tanah dengan sempurna.
Darka tersentak. Buru-buru menghampiri Melan. "Lo nggak apa-apa?" tanya lelaki itu karena sekarang rasanya dia ingin tertawa.
Melan masih tak bergeming.
Darka menyodorkan tangannya. Tapi Melan tak meraihnya. Gadis itu berdiri sendiri sambil memegang kepalanya yang memusing.
"Kening lo darah," ujar Darka. Melan buru-buru membuka slin bag nya dan mengeluarkan tisyu kemudian menempelkan.
"Sorry, ya? Gue nggak bakal bercanda lagi. Gue kebiasaan." Darka berujar.
Melan mengangguk. Tadi reaksinya juga terlalu berlebihan.
"Sakit banget? Kita ke rumah sakit?"
"Nggak, kita pulang aja. Gue mau pulang sekarang."
***
Lucu banget part ini. Wkwkwk, gue sampai ngakak sumpah. Ide lagi buntung tapi aku usahain update karena udah lama banget.
Next? Jangan lupa vote dan coment yaa!
Bubay,
kharlynUlle.
13 April 2020.
![](https://img.wattpad.com/cover/144053457-288-k167263.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gelan & Melan
Novela Juvenil'Dua magnet beda sisi yang saling tarik-menarik.' Melan itu gadis centil dengan sifat meledak-ledak seperti petasan. Sedangkan, Gelan itu lelaki kaku dengan wajah dingin bak kutub es. Melan suka mengganggu Gelan, menurutnya tak ada yang lebih seru k...