-
“Melanie calista?”
Melan mengangkat tangannya, dia menatap Bu Indah didepan dengan sedikit panik.
“Kenapa nilai ulangan matematika kamu anjlok begini? Rumusnya salah semua, kamu dapet nol.”
Melan meringis. Otaknya memang sangat tumpul dalam matematika. Lantas mau bagaimana lagi.
Bu Indah mengeleng. “Ibu bakal ngasih kamu les matematika tambahan.”
“Loh!? Kok saya sendiri, Bu? Jihan juga tuh!” seru Melan kesal.
Bu Indah mengeleng. “Jihan dapet dua puluh masih saya kasih ampun. Ibu bakal ngomong sama Gelan buat ajarin kamu, soalnya sama ibu udah nggak mempan, kan?”
“Sa-sama siapa Bu?” ulang Melan.
“Gavariel Gelan, anak olimpiade matematika, kelas XI IPA 1, nggak mungkin kamu nggak kenal, kan?”
“Gelannn? Mau Bu, mauuuu!!”
Bu Indah mendelik mendengar nada senang Melan. “Istirahat ketemu sama ibu di ruang guru.”
***
“Permisi, Bu??” ujar Megan sambil melangkah masuk dan duduk disamping Gelan yang sudah duluan disana dengan Bu Indah.
Bu Indah tersenyum. “Jadi gini, Gelan tujuan ibu panggil kamu kesini. Kalian ini udah kelas sebentar lagi naik kelas XII, tapi nilai matematika Melan itu anjlok sekali, dia tidak pernah dapet nilai diatas 50.”
Gelan menaikan sebelah alisnya. “Terus, apa peduli saya Bu?”
Melan mendelik. Songong banget nih anak!
“Ibu mau kamu ajarin Melan, bisa? Ibu percaya sama kamu Gelan. Nilai kamu tidak pernah lengser dari angka 100.”
Gelan mengeleng. “Maaf, Bu, saya sibuk, Ini tahu sendiri kan, Minggu depan saya ada olimpiade fisika.”
“Sombong amat sih lo,” sambung Melan. “Gue jadi nggak percaya kalau lo pintar.”
Gelan mendelik. Dia memandang Melan tajam. “Ngomong apa lo barusan?”
Melan balas menatapnya tajam. “Kenapa? Tersinggung? Emang bener kan, lo itu sombong, songong, sok sempurna. Sama jangan-jangan ... lo nggak pintar, makanya nggak mau ajarin gue??”
“Melan kamu jangan ngawur!” tegur Bu Indah.
Gelan nampak tersinggung dengan ucapan Melan. Lelaki jangkung itu berdiri. Dia memandang Bu Indah. “Saya bakalan ajarin dia biar otaknya yang tumpul itu bisa lebih runcing.”
Melan tersentak. Ucapan Gevan bener-bener menghinanya.
Bu Indah tersenyum. “Nanti Ibu bakal kasih kamu poin tambahan, Gelan.” Gelan tersenyum kemudian lelaki itu pamit pergi.
Melan menatap kuku jarinya yang berwarna pink metrik. “Bu?”
Bu Indah menoleh pada Melan.
“Gelan itu robot ya, Bu?”
“Jangan ngaco kamu, Melan. Otak kamu tuh yang robot.”
“Idih, Ibu!” pekik Melan kesal dan tanpa pamit gadis itu berlalu keluar dari ruang guru.
Melan berhenti sejenak kala Gito mendekatinya. “Hi, Mel. Ngapain dari ruang guru?”
Melan tersenyum. Tak mungkin dia menjawab yang sebenarnya. Itu akan merusak citranya Dimata Gito. “Oh, itu tadi gue nganter buku tugas ke meja Bu Indah.”
Gito tersenyum. “Ke kantin bareng, yuk?”
“Boleh,” jawab Melan sambil menyelipkan anak rambutnya kebelakang telinga.
Gito tersenyum, dia meraih tangan Melan dan membawa gadis itu menuju kantin. Dan tanpa keduanya sedari dari tadi Gelan ada didekat mereka. Bahkan ikut mendengar kebohongan Melan. Tapi, dia Gelan, mana peduli dengan dunia konyol Melan.
***
Wkwkwk, tahu ini pendek banget, cuma 400 world lebih, soalnya lagi nggak ada ide aja sih, gabutss juga.Next? Jangan lupa vote dan coment ya!
Bubay,
kharlynUlle.
06 Maret 2020. (Idk its a bad day or good day)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gelan & Melan
أدب المراهقين'Dua magnet beda sisi yang saling tarik-menarik.' Melan itu gadis centil dengan sifat meledak-ledak seperti petasan. Sedangkan, Gelan itu lelaki kaku dengan wajah dingin bak kutub es. Melan suka mengganggu Gelan, menurutnya tak ada yang lebih seru k...