[31] Kenalan

1.1K 135 24
                                    

-

"Lo belakangan ini dekat banget sama Gibran, ya? Kalian sampai di gosipin satu sekolah," kata Jihan-gadis itu sedang sibuk mengikat cepol rambut panjangnya.

"Hem?" Melan melirik Jihan. "Enggak juga," balas Melan disambut tatapan tak percaya Jihan. "Emang di gosipin gimana?"

Jihan membuang nafas. "Ya, katanya lo kegenitan, pindah haluan dari Gelan ke Gibran."

Melan berdesis. "Not in the mood to care about what people say."

Jihan mengangguk. "Anyway, Mel. Kakak lo-"

"Gue nggak lagi di mood untuk bahas siapa-siapa, apalagi kakak gue, yang ada kepala gue panas."

"Gue beliin ice cream," kata Jihan lagi.

Mata Melan langsung melotot. "Mau, mau, ya tadi mau nanya apa? Kak Ichsan, baik banget keadaannya, tadi pagi dia masih makan porsi nasi goreng gue, terus-"

"Melan?" panggilan itu membuat kedua gadis yang sedang duduk di bangku mereka mendongkak, mendapati Fanny berjalan mendekat dengan senyum lembut.

"Ngapain lo?" tanya Jihan sensi yang langsung ditegur Melan.

Sebenarnya, Jihan sangat curiga Fanny yang menyebarkan gosip tentang hubungan Melan dan Gibran di grup angkatan dan membuat Melan dicibir. Namun, karena belum punya bukti, Jihan tak bisa berbuat apa-apa, apalagi memberitahu Melan.

"Aku mau ngomong sama Melan, boleh?"

Cuih, pura-pura lemah-lembut. Nyebelin banget manusia satu ini. Jihan mendelik.

"Ngomong aja," kata Melan tak mengerti.

"Serius disini? Tentang Gelan," kata Fanny lagi.

Melan memandang matanya yang tersirat sesuatu. Gadis itu kemudian bangkit dari duduknya dan berbisik di telinga Fanny. "Gue nggak peduli apapun lagi tentang Gelan. Jadi kalau lo kira iya, lo salah besar. Gue sangat meng-apresiasi tindakan lo, di grup angkatan. Segitunya pengen jatuhin gue? Buat apa? Buat Gelan semakin nggak suka gue? Terserah. Karena gue bener-bener udah nggak peduli."

Fanny tersentak. Keduanya matanya membulat tak menyangka Melan mengetahui bahwa yang menyebarkan gosip itu adalah dirinya.

***

Gelan sedang duduk di dalam kelasnya ketika seorang cowok yang belakangan ini sering dilihatnya bersama Melan muncul.

"Gelan, kan?"

Gelan mengernyitkan kedua alisnya membalas. Laki-laki itu berjalan memasuki kelas dan berhenti didepan bangku Gelan dengan senyuman miring.

"Gue mau masuk club matematika. Kata Bu Indah lo ketuanya."

Gelan mengernyit semakin dalam. "Apa mau lo?"

Gibran tertawa. "Masuk club matematika."

"Bukan gue ketuanya," balas Gelan malas. Lagian kenapa nih cowok goblok banget. Sok-sokan bawa-bawa nama Bu Indah, padahal bisa Gelan pastikan dia ingin berbicara sesuatu yang lain. Dan, sejak kapan Gelan yang masih kelas XI-menjabat sebagai ketua club matematika. Jika dia bener-bener ingin mendaftar maka seharusnya dia bertemu dengan Kak Aerlyn-ketua club matematika yang sebenarnya.

"Oh?" Gibran langsung mengeruk tengkuknya. "Lupa gue tadi Bu Indah bilang siapa."

"Kak Aerlyn, kelas XII IPA 1, kalau lo emang serius mau daftar."

"Sebenarnya enggak, sih." Gibran membalas sambil cekikan.

Gelan hanya memandangnya datar, membuat Gibran berhenti tertawa.

"Sebenarnya gue cuma ya gitu, mau kenalan aja sama cowok paling pintar seangkatan."

Gelan tetap diam.

"Lo mau nggak kenalan sama gue?" ulang Gibran sambil berdehem. Dia memandang Gelan didepannya. Jadi ini cowok yang disukai Melan, dan dengan teganya mematahkan hati Melan. Cih, lihat wajah tak berdosa itu. Rasanya ingin Gibran hajar sampai nyonyor.

"Gak," balas Gelan ketus.

***

A/n: guys aku lagi dititik malas ngapa-ngapain, tidur aja males :") jadi maaf ya kalau ngaret, kedepannya aku usahain enggak. Jadi jangan lupa vote dan coment biar aku makin semangat yaa!

Bye,

Carlin.

01 Mei 2021.

Gelan & MelanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang