[26] Sun flower

1.7K 226 34
                                    

-

“GELAN!?” Melan termundur kaget. Mengercap beberapa kali karena masih tak percaya.

Gelan membuang nafas sejenak. Kemudian tanpa aba-aba, dia meraih tangan Melan dan membawanya pergi.

“EH KITA MAU KEMANA!?” Melan berteriak sepanjang koridor yang mereka lewati dan menjadi perhatian semua orang disana. “Lo aneh banget sih, apa susahnya ngejawab pertanyaan gue? Gue juga ada janji sama Kak Gito. Jangan seenaknya dong!”

Gelan berhenti, dia melepaskan cekalanya. “Oke...,” gumam Gito. “Lo nanya kita kemana, kan? Kita ke suatu tempat.”

“Hah?” balas Melan mengercap tak paham, namun setelah itu, Gelan kembali mengengam tangannya dan membawanya menuju parkiran.

“Elo aneh...” gumam Melan, “mendadak jadi agresif, lo baik-baik, kan?”

Gelan tak menjawab, dia berhenti di motornya dan menyalahkannya. “Naik.”

Melan masih tak mengerti, kemudian gadis itu tertawa. “Serius? Naik motor lo, motor yang nggak boleh siapapun naik, termasuk gue?”

“Buruan.”

Melan berdesis, dan naik ke boncengan Gelan. Kemudian motor Gelan meninggalkan pekarangan sekolah.

***

“Ini ... apa?” tanya Melan tak paham. Dia melihat sekelilingnya, banyak bunga matahari dimana-mana. Tempatnya indah, dan terpenting sejuk. Tak ada orang disini kecuali mereka, tadi Gelan izin masuk ke seorang kakek didepan.

“Lo tahu tempat ini darimana?” tanya Melan lagi, karena pertanyaan sebelumnya sama sekali tak dihiraukan Gelan.

Gelan berjalan duluan. Melan berdecih, lelaki itu bahkan tak mengengam tangannya untuk berjalan bersama.

“Kenapa sih, dia nggak bisa romantis dikit?” rutuk Melan kesal mengikuti langkah panjang Gelan.

Gelan membawanya menuju sebuah pondok ditengah taman bunga matahari, ada dua ayunan disebelahnya yang langsung dengan cepat diisi oleh Melan.

“Gel, sini!” teriak Melan pada Gelan di pondok agar segera duduk di ayunan sampingnya.

Gelan menghampirinya.

Melan mengayunkan ayunannya. “Suka banget sama tempat ini. Hem, kayak love at first time, maybe.”

Gelan memandang Melan, lelaki itu duduk di ayunan-nya tanpa mengayuhnya dengan susah payah seperti Melan.

Matahari mulai terbenam, senja yang begitu didambakan perlahan-lahan muncul, meninggalkan warna jingga keemasan di langit yang tadinya biru cerah.

“Eum Melan,” panggil Gelan.

“Iyaa?” Melan memandang Gelan yang nampak begitu gugup sekarang.

Melan mengernyit dan tertawa. “Lo kenapa?”

Gelan membuang nafas panjang. “Jauhin Gito, harus berapa kali gue bilang, dia dekatin lo cuma karena taruhan konyol, dan mereka bakal buat lo sakit.”

Melan tertawa, lepas sekali, sampai Gelan mengira kalau gadis ini kerasukan. “Ya ampun Gel, gue tahu kok, Kak Ichsan udah bilang sama gue semuanya. Gue dekat sama Kak Gito cuma buat lihat reaksi lo. Dan, ya, lo peduli. So, the question is why you care about me, Gel?”

Gelan tersentak. “Care? Gue ... nggak tahu kenapa se-berdebar ini dekat sama lo, tapi perasaan ini buat gue gila karena selalu mikir; lo lagi ngapain, ada yang nyakitin lo, lo baik-baik aja. Lo mengisi pikiran gue sepanjang waktu Melan.”

Melan mengercap.

Gelan memandang tepat mata Melan. “Kenapa lo harus mengisi kekosongan 'disana?”

Melan membalas pandangan Gelan. “Kekosongan?”

“Kenapa lo selalu buat gue mikirin lo setiap detik, kenapa lo selalu buat jantung gue berdetak lebih cepat, kenapa lo selalu buat gue luluh dengan mata lo?” Gelan membuang nafas panjang. “Dan, kenapa lo harus jatuh ke orang yang salah? Kenapa kita harus seperti ini? Kita nggak bisa bersama. Kita melakukan hal sia-sia.”

Bahu Melan merosot turun, tahu maksud Gelan. “Oke, sebelum semuanya terlalu jauh, kita putuskan sekarang, kan, Gel?” Melan bangkit dari ayunan-nya. “Inti dari omongan lo, cuma kalau kita nggak bisa bersama, kan? Kita nggak pernah bisa. Well, kita bisa seperti nggak pernah mengenal satu sama lain sekarang. Gue tahu gue labil, pasti bakal susah, tapi gue usahain yang terbaik. Sampai gue bisa lupa lo.” setelah mengatakannya Melan berlari   pergi.

Air matanya turun, Melan menghapus kasar.

Gelan bener, mereka tak bisa bersama. Gelan benar, mereka tak bisa berdampingan. Gelan bener, mereka bukan siapa-siapa. Gelan bener, mereka cuma dua kutub beda sisi, Gelan bener; mereka cuma Gelan dan Melan. Dan mereka tak pernah cocok.

***

A/n: mau cepetan nyelesain cerita ini dung. Ceritanya pendek kayaknya, dibawah 50 part. Pls give u vote and coment, okay?

Xoxo, Carlin.

15 November 2020.

Gelan & MelanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang