-
Melan sedang berguling-guling dengan kesal di kasurnya, membaca chat di grup kelasnya hanya akan membuatnya semakin malu. Bayangkan, bagaimana mereka bisa gosipin orang yang jelas-jelas ada di grup itu!?
Melan bangkit dari kasurnya ketika ponselnya mati, membongkar nakasnya namun tak menemukan apa yang dia cari.
"KAK ICHSAN LO NYOLONG CHARGER GUE YA!?" tak ada sahutan dari kamar sebelahnya, membuat Melan semakin kesal.
Melan bergerak turun dari kasurnya, gadis itu melangkah menuju kamar Ichsan. Mengetuk-ngetuk pintu kamar hitam itu dengan tak sabaran. "KAK ICHSAN!"
"MELAN JANGAN TERIAK-TERIAK!" Mama berteriak dari arah dapur. Sepertinya bener-bener terganggu dengan suara cempreng Melan.
Melan cemberut, turun dari lantai dua dan menuju ke arah dapur. Ternyata, Mamanya sedang membuat kue. "Ma, Kak Ichsan nyolong charger Melan, terus pintu kamarnya dikunci!"
Fani mengernyit dengan ucapan anak bungsunya. "Charger? Kayaknya ada di sofa ruang nonton deh, Mel. Kakak kamu juga lagi keluar, tahu."
Melan melotot, buru-buru ke ruang nonton dan cengengesan menatap charger berwarna putih itu. "Iya Ma, ada disini, Melan keatas dulu, ya? Mau lanjut nonton-"
Fani memotongnya. "Mel, tolongin Mama ke minimarket depan dong."
Melan cemberut. "Nanti aja Ma, Melan mager banget."
Fani memandang Melan. "Ayok loh, masa kamu nggak nurut sama mama? Nanti dikutuk jadi baru, loh."
Melan memajukan bibirnya kesal. Menghampiri Fani yang langsung dihadiahi list berisi apa-apa saja yang harus dibeli, dan beberapa lembar uang berwarna merah.
Melan menimang-nimang, apa dia perlu siap-siap atau tidak. Sekarang dia cuma memakai kaos oblong kebesaran dengan celana pendek.
"Ah, nggak usah deh, cuma ke depan." Melan buru-buru keluar rumahnya, memakai sendal jepitnya dan melangkah dengan sedikit malas. Apalagi ini masih jam dua siang, matahari masih terik banget.
Gadis itu melanggar jalan, dan masuk kedalam minimarket yang beruntung sedang sepi. Melan menyelunsuri rak-rak tinggi, mencari apa-apa saja yang ada di list. Setelah sudah didapat semuanya, gadis itu berlalu ke kasir.
"Hi, Kak Ria cantik," sapa Melan pada penjaga kasir berumur dua puluhan yang langsung berdesis melihat tingkah meledak-ledak gadis itu.
"Mel, udah coba rasa ice dream baru nggak?" tanya Kak Ria memberi tahu, sambil menghitung belanjaan Melan.
"Emang rasa apa, Kak?" Melan mengernyit penesaran.
"Nggak tahu, coba kamu cek aja, stoknya baru masuk." Melan mengangguk, dan bergegas mendekati freezer ice cream. Gadis itu mengacak-acak sebentar.
"Yang rasa coklat-WUAH!" ice cream ditangan Melan jatuh mengenaskan dilantai.
Lelaki yang baru saja memasuki minimarket mengernyit. Kemudian tersentak sendiri dengan gadis yang berjarak beberapa meter darinya.
"Mel?" Kak Ria memangil. Melan menunduk dan memungut ice creamnya, kemudian buru-buru menuju kasir.
Sedangkan Gelan menuju kulkas, meraih salah satu minuman dingin dan ikut berdiri dibelakang Melan.
"Kak bisa cepat dikit nggak?" tanya Melan risau. Apalagi sekarang Gelan sudah berdiri didepannya.
"Sabar Mel, tumben buru-buru, ini juga alatnya macet." Melan merapatkan bibirnya kesal, menunggu beberapa menit hingga Kak Ria memberikan kantung berisi belanjaannya.
Melan buru-buru keluar dengan cepat. Gadis itu mengoceh sepanjang jalan. "KENAPA TADI GUE NGGAK GANTI BAJU SIH, GUE JADINYA KAYAK GELANDANG!"
Melan menendang batu didepannya. "Nyebelin banget!" tanpa sadar tingkah lakunya diperhatikan Gelan.
***
A/n: no words.
01 Agustus 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gelan & Melan
Teen Fiction'Dua magnet beda sisi yang saling tarik-menarik.' Melan itu gadis centil dengan sifat meledak-ledak seperti petasan. Sedangkan, Gelan itu lelaki kaku dengan wajah dingin bak kutub es. Melan suka mengganggu Gelan, menurutnya tak ada yang lebih seru k...