Fourth Year

3.9K 516 54
                                    

benar-benar tak terasa jika Draco sudah memasuki tahun keempat di Hogwats. tahun ini ia tak begitu bersemangat mengingat di penghujung tahun ketiganya, seorang mudblood sukses menghantam wajah tampannya.

di tahun itu juga ia diserang oleh makhluk aneh milik Hagrid yang menyebabkan tangannya patah.

Tahun ini, ia kembali lagi ke tempat yang disebut sekolah itu. entah hal buruk apa lagi yang akan terjadi padanya.

Draco memasuki kereta yang akan membawanya ke Hogwarts, ia berangkat sendiri dari Malfoy manor tanpa Narcissa ataupun Lucius. mereka berfikir Draco cukup dewasa untuk pergi kesana sendiri. ia tak mungkin hilang.

memang tak hilang, namun ia sedikit terlambat.

langkahnya menyusuri lorong kereta. nampaknya banyak tempat sudah terisi. ia terus menyusuri lorong dan menemukan satu tempat kosong, saat akan membuka pintu kompartemen, tangan putih mulus tak sengaja menyentuhnya.

"Maaf. aku pikir tempat ini kosong"

Draco terdiam mendengar suara lembut yang berasal dari pemilik tangan. kemudian ia menatap asal suara.

ia Theresia. gadis yang tersenyum ke arahnya pada penghujung tahun ketiga. ia masih ingat betul senyumannya.

"aku sudah memberikan mu tempat kosong, tidak bisakah kau memberikan jalan untukku ?" tanyanya.

Draco sadar dari lamunannya dan menatap sekitar. ternyata ia mendominasi lorong kereta yang sempit itu.

"aku rasa tidak masalah jika kita berbagi tempat" ini pasti sudah gila. bagaimana bisa seorang Draco Malfoy mengajak anak Gryffindor berbagi tempat dengannya di kereta.

"tidak masalah, sepertinya kau tidak nyaman jika harus berbagi. aku akan mencari Harry dan bergabung dengannya"

mendengar nama Harry, Draco sedikit sensitif. "aku benar-benar tidak masalah untuk berbagi ruang. lagipula ini terlalu luas untukku"

"baiklah"

Draco kemudia mengeser pintu dan memberi kode supaya Theresia masuk terlebih dulu.

"sepertinya kau tidak akan berbuat macam-macam padaku" ucapnya dengan tersenyum kemudian masuk mendahului Draco.

'senyum yang memabukkan' batinnya kemudian menyusul Theresia.

mereka duduk berhadapan. Theresia menatap keluar jendela dan Draco hanya diam. tak tau harus memulai percakapan darimana.

percayalah, meskipun Draco adalah girls magnet, ia tetap kesusahan untum berbicara face-to-face dengan seorang gadis yang baru ia temui -kecuali pada Pansy-. bahkan ia tak pernah merasa jantungnya berdetak secepat ini.

"aku dengar tahun ini kita akan kedatangan tamu dari sekolah sihir lain" kata Theresia memecah kecanggungan

"ah ya. aku juga dengar hal itu. Hogwarts terpilih sebagai tuan rumah turnamen triwizard. aku dengar dari ayahku"

Theresia tersenyum. "aku tidak pernah bicara dengan ayahku sebelumnya"

Draco sedikit terkejut mendengar penuturan gadis itu.

"aku tinggal dengan ibuku di dunia muggle. ayahku seorang penyihir dan ia meninggal setelah aku lahir"

"maafkan aku"

"tak apa. bukan salahmu"

"oh. Aku Draco Lucius Malfoy"

"nice to meet you Mr. Malfoy"

"akan lebih nyaman jika kau memanggilku Draco saja"

Demi janggut Merlin ! dunia sihir pasti terguncang mendengar Draco mengatakan hal itu. bahkan percaya atau tidak, Draco pasti sudah menyumpahi dirinya sendiri.

Found You [Draco Malfoy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang