"Hanya satu hal yang tidak berubah dan tidak akan berubah. Yaitu perasaanku padamu"
🌹🌹🌹
"Kau benar-benar keras kepala"
"Jika aku bilang menunggu, itu artinya menunggu"
Theresia tak habis pikir ketika melihat Draco berjongkok tak jauh dari pintu Gringotts saat matahari sudah terbenam. Jas hitam yang tadinya digunakan tergantung dibahunya. Rambutnya tak lagi rapi dan ekspresi lelah bercampur bosan tergambar jelas di wajahnya. Ia membawa sekaleng soda yang entah dimana dibelinya. Sekitar 6 kaleng kosong juga tergeletak di dekat situ
"Terserah kau saja"
Bukannya menghampiri, Theresia malah berjalan berlawan arah dari tempat Draco."Hey hey hey ...." Panggilnya berusaha mensejajarkan langkah. "Aku sudah menunggu dan kau malah meninggalkan ku ?"
"Aku tidak memintamu menunggu, jadi bukan urusanku"
"Apakah kau menjelma menjadi gadis dingin setelah peperangan ?"
Theresia menoleh tanpa menghentikan langkahnya. "Kau tidak tau apa yang terjadi, jadi jangan berlagak kau ada di masa-masa kelamku"
"Baiklah. Aku tidak akan membahas itu"
Gadis itu hanya mengangguk dan mempercepat langkahnya menuju flat kecil yang ia sewa. Langit tampak mendung, seperti akan memuntahkan bebannya dan ia tak mau kehujanan.
"Apa selama setahun ini kau sudah menemukan kekasih ?"
Pertanyaan itu benar-benar tak digubris oleh Theresia. Ia bersikap seolah-olah ia berjalan sendiri tanpa ada Draco disebelahnya.
Kakinya baru berhenti setelah berada di depan apartement setinggi sembilan lantai. Bangunan itu tersusun kokoh oleh bata yang sudah sedikit menghitam. ada setidaknya dua puluh delapan jendela yang terlihat dari depan.
Ia melirik ke arah lelaki di sebelahnya yang masih diam sambil mengamati setiap tingkat gedung itu.
"Pergilah. aku sudah sampai" Ketusnya."Tidak sebelum aku mendapat jawaban"
"Jawaban apa yang kau mau ?"
"Perihal lelaki itu. Apa dia kekasihmu ?"
Theresia diam sejenak untuk mencerna kata-kata Draco. Raut kebingungan tentu terpancar jelas di wajahnya saat itu. Singkatnya, ia masih tak mengerti arah pembicaraan Draco.
"Eum... itu... Lelaki yang... bersama mu.... di cafe" sambung Draco terbata-bata.
"Oh. Maksudmu-"
Sebuah petir cukup keras menggelegar kala Theresia hendak menyelesaikan kalimatnya. Setelahnya butiran-butiran air mulai menyerbu bumi. Siap membasahi siapa saja yang menghalangi jalan mereka menuju tanah.
Theresia langsung melesat memasuki bangunan apartemennya disusul Draco. Ia tak punya waktu untuk protes karena air-air itu menghujaninya tanpa ampun.
"Bagus. Sekarang aku tak bisa pulang" keluh Draco yang terdengar seperti sorakan.
"Kau bisa ber-apparate bodoh. Kau penyihir"
"well.... ummm... tidak bisakah kau membuatkanku teh hangat ? aku kedinginan"
"Tidak. Pulang saja ke manormu" usir Theresia.
"Bagaimana jika handuk kering ?"
"Tidak"
"Segelas butterbeer ?"
"Tidak"
"Bagaimana jika selimut hangat ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Found You [Draco Malfoy]
Teen Fictionmemasuki tahun keempat, Draco mulai ogah-ogahan untuk kembali ke Hogwarts. setelah insiden wajah tampannya itu dipukul oleh seorang mudblood dan itu melukai harga dirinya. beruntungnya ia ketika Mr. Malfoy tidak mengetahui hal tersebut. namun siapa...