"Kau tau ? Air selalu membawa kesejukan untuk hati yang panas"
🌹🌹🌹
Berakhirnya perang bukan semata-mata adalah akhir dari segalanya melainkan permulaan dari yang baru. Orang-orang secara terang-terangan membangun dunia mereka kembali begitu pun Hogwarts. Para profesor berangsur memperbaiki kerusakan perang supaya para siswa dapat menikmati mengenyam pendidikan dengan nyaman kembali.
Intinya. Banyak yang berubah.
Begitu pun Theresia. Gadis itu memutuskan untuk pergi ke Italia menemui ibunya dan mencoba berdamai. Ia menggunakan sisa tabungan dan tabungan ayahnya untuk pergi ke sana dengan cara muggle karena menurutnya lebih menantang dibanding menggunakan cara penyihir. Lagipula jiwa muggle mengalir dalam darahnya.
Hari pertamanya tiba di bandara Malpensa, dekat Milan. Tak langsung ia kunjungi tempat tujuannya dan lebih memilih untuk menikmati sejenak suasana negara "Si Biru" itu barang untuk sekedar menikmati pizza mereka yang terkenal.
Sesuatu paling nekat yang Theresia lakukan selama hidupnya adalah berkunjung ke negara yang ia sendiri tidak bisa bahasanya. Semua orang tanpa terkecuali pasti akan mengatakan bahwa ia bodoh, namun itu lah faktanya. Theresia datang kemari hanya berbekal bahasa aslinya. Ia awalnya tak peduli selama ia tak harus banyak berinteraksi dengan orang lain hingga seseorang berhasil mengembat tas serta tongkatnya.
Dan disinilah ia berakhir. uduk mengenaskan di atas trotoar sambil mengamati orang yang berlalu-lalang. Satu-satunya hal yang ia miliki adalah potongan kertas berisi alamat ibunya dan tak mungkin ia pergi ke sana tanpa uang.
"Baiklah. kau baru tiba beberapa jam dan tas serta tongkatmu telah dicuri orang. Bagus sekali Theresia... bagus sekali" monolognya.
Diambang kepasrahannya, sebuah benda menghantam cukup keras badannya. butuh waktu paling tidak lima detik untuk menyadari jika benda yang terlempar itu adalah tas ransel yang tadinya diembat orang. Theresia membeku menatap benda yang kini di pangkuannya. Semua masih lengkap. Baju, dompet, uang, bahkan tongkatnya. Ini keajaiban ! Setelah mengecek itu semua, ia baru mendongak untuk melihat siapa malaikat yang dikirim Tuhan untuk membantunya melewati beberapa jam kesialannya.
Seorang bertopi koboy berusia 20an dengan jaket kulit coklat melapisi kaos putih di dalamnya. celana panjang yang lelaki itu gunakan sedikit tertutup dengan sepatu boots yang hampir mencapai setengah betis. Singkatnya style lelaki itu 'agak kuno'.
"bagaimana bisa ?" monolog Theresia yang dapat di dengar oleh lelaki itu.
"tentu bisa. Gadis malang, sendirian, kesepian, dan .... kehilangan barangnya"
Gadis yang baru saja mendapat pertolongan itu lantas bangkit dan memakai tasnya kembali di punggung. "Aku tidak punya cukup uang jika kau meminta"
"Siapa bilang aku adalah pengemis ?"
Seketika tubuh Theresia menjadi tegang karena dua hal. Yang pertama karena lelaki itu dapat fasih berbahasa inggris, dan yang kedua karena dengan bodohnya ia malah mengira lelaki itu 'pengemis'.
"Jika seseorang telah mendapat bantuan, biasanya mereka akan mengucapkan terimakasih" ucap lelaki itu lagi. "Sama-sama"
"Terima kasih"
kedua kaki Theresia hendak melangkah membawanya menjauh.
"Samuel Watts. Jika kau mau tau"
Setelah medengar hal itu, Theresia berbalik ke posisi semula dan menyeringai. Ekspresi kesal, marah, bingung bercampur menjadi satu. "Maaf tapi aku tidak bertanya namamu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Found You [Draco Malfoy]
Teen Fictionmemasuki tahun keempat, Draco mulai ogah-ogahan untuk kembali ke Hogwarts. setelah insiden wajah tampannya itu dipukul oleh seorang mudblood dan itu melukai harga dirinya. beruntungnya ia ketika Mr. Malfoy tidak mengetahui hal tersebut. namun siapa...