🌻 Thankyou so much for 2K readers guys!!!
I'm nothing without you 🥺❤---
"perpisahan itu bukanlah akhir dari segalanya. bisa saja perpisahan itu adalah awal dari sebuah pertemuan yang baru"
🌹🌹🌹
sudah 2 hari Draco dirawat di hospital wings. dan selama itu juga Theresia mengunjunginya. entah mengganti bunga di vas sebelah mejanya, atau hanya berdiam diri sambil membaca buku. gadis itu cenderung datang kesana saat Draco sedang tertidur.
sesekali Aidan datang kesana untuk mencari Theresia dan mengingatkan gadis itu untuk makan karena biasanya Theresia lupa waktu makan jika sudah menemani Draco.
"hey, ini sudah saatnya makan siang" tegur Gallagher itu. lagi-lagi ia mendapati Theresia sedang membaca buku disebelah ranjang Draco yang tertidur.
"aku tak lapar Aidan"
"oh.. baiklah. kalau begitu temani aku makan" pintanya.
"apa aku perlu menyuapimu ?"
"ya. tentu! jika aku terbaring lemah dan tak bisa bangun bahkan untuk menyapamu" sindir Aidan. ia tau jika Draco hanya pura-pura tidur supaya Theresia bosan dan berhenti mengunjunginya.
"jangan begitu. kata-kata adalah doa"
"kalau begitu ayo temani aku makan" pinta Aidan lagi.
sebenarnya ia sedikit cemburu jika Theresia terus-terusan mengunjungi Draco.
"ya baiklah. ayo ke greathall" ajak Theresia. mereka berdua meninggalkan Draco yang sedang tertidur.
matanya tiba-tiba terbuka. ia menatap langit-langit hospitak wings. sudah dua hari ia berbaring disini, untungnya ia sudah berhasil memperbaiki lemari tua itu.
pikirannya melayang membayangkan apa yang nantinya harus ia lakukan. kini tak ada pilihan lagi, ia benar-benar harus melakukannya dengan tangan sendiri. dan mungkin itu dapat membuat Theresia benar-benar menjauh darinya. lagipula pureblood seperti dirinya tak mungkin menyatu dengan darah penghianat.bodoh sekali, mengapa ia harus pura-pura tertidur saat gadis itu menjenguknya. bisa saja ia bangun dan memeluk gadis itu atau hanya sekedar berbicara. namun hal itu hanya membuatnya semakin jatuh terlalu dalam.
sementara itu, Theresia kini duduk di sebelah Aidan, di meja Hufflepuf. memang biasa begitu. jika tidak, maka Aidan yang akan duduk di meja Gryffindor.
mereka nampak seperti sepasang kekasih, tapi Theresia hanya menganggap Aidan sebagai sahabatnya seperti Harry dan Ron. ia benar-benar nyaman bersama Aidan.Rupanya perpisahan itu bukanlah akhir dari segalanya. bisa saja perpisahan itu adalah awal dari sebuah pertemuan yang baru.
"kau masih menyukai Draco ?" tanya Aidan.
"eumm... entahlah. aku hanya kasihan padanya"
mendengar jawaban itu, Aidan hanya mengut-mangut. ia amat berharap jika Theresia berhasil melupakan Draco dan tentu saja dengan sukarela ia akan membantu gadis itu.
---
sudah hampir tengah malam Theresia masih tak bisa tidur. ia melihat ke arah ranjang Hermione, nampaknya gadis itu sudah tertidur dengan pulas.
belakangan ini ia jarang menghabiskan waktu dengan sahabat Gryffindornya. palingan ia akan menghabiskan waktu senggangnya di hospital wings untuk menemani Draco atau melukis di tempat yang sepi.
Theresia akhirnya memutuskan untuk bangkit dan menggambil jubahnya. ia akan pergi ke menara astronomi untuk mencari udara segar.
langkah kakinya nyaris tak terdengar di sepanjang lorong yang sunyi dan gelap. satu-satunya pencahayaan yang ia punya hanyalah tongkatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Found You [Draco Malfoy]
Teen Fictionmemasuki tahun keempat, Draco mulai ogah-ogahan untuk kembali ke Hogwarts. setelah insiden wajah tampannya itu dipukul oleh seorang mudblood dan itu melukai harga dirinya. beruntungnya ia ketika Mr. Malfoy tidak mengetahui hal tersebut. namun siapa...