Waktu luang yang tersisa masih cukup banyak, sementara Yerin masih tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Berdiam diri di asrama rasanya tak terlalu menyenangkan dan sebagian besar orang punya aktifitas mereka sendiri. Oleh karena itu, Yerin memutuskan untuk pergi ke perpustakaan. Kebetulan ada sesuatu yang ingin ia ketahui lebih banyak.
Yerin sudah sampai di perpustakaan. Ia membuka pintunya dan menengok ke kanan-kirinya. Keadaan perpustakaan sangat sepi. Rak-rak buku dan lemari kaca berbaris rapi nan kokoh, nampak memerhatikan kehadiran gadis itu. Ada sedikit rasa tak enak disana. Mungkin karena hanya ada dirinya sendiri di tempat itu.
Yerin melangkah menuju salah satu rak disana. Ada banyak buku tentang tanaman dan danau hitam di rak ini. Tapi tentu saja Yerin harus menemukan buku yang paling bagus.
Yerin memicingkan matanya. Ada beberapa judul buku yang bagus dan berada di baris atas. Yerin mengedarkan pandangannya ke seisi ruangan dan mendapati tangga kecil di sudut ruangan. Ia menggesernya mendekati rak buku di depannya.
Kesialan menimpanya. Yerin terpeleset ketika ia baru saja memijakkan kakinya di atas tangga. Buku-bukunya jatuh dan ia hampir tumbang ke lantai jika saja tidak ada yang menangkapnya dari belakang.
"Terima kasihㅡ"
"Kau sebegitu cerobohnya, ya?"
"Kau bisa melepas sepatu hak mu sebelum menaiki tangga,"
Yerin meloloskan diri dari pegangan orang itu dan berbalik untuk melihat siapa penolongnya. Ia mendapati Wonwoo yang tengah menggeser pijakan kaki yang digunakan Yerin, beralih mengambilkan buku yang diinginkannya lalu menyodorkannya pada gadis itu.
The History of Black Lake, judul buku yang ada di dekapan Yerin. Ia mendelik ke arah Wonwoo yang kini mengambil bukunya sendiri dan duduk di salah satu kursi disana. Yerin membatin, kenapa Wonwoo tahu apa yang ingin dibacanya.
Tak ingin ambil pusing, Yerin memilih duduk di kursi yang cukup jauh dari Wonwoo dan mulai membaca bukunya. Wonwoo yang menyadari hal itu lantas menatap lurus ke arah Yerin yang duduk berjarak sekitar tiga meja di depannya.
"Kau tidak takut duduk sendirian disana?" Tanya Wonwoo dari kejauhan. Suaranya terdengar memenuhi seisi ruangan dan mau tak mau Yerin pasti mendengarnya.
Yerin mengernyit, "Takut kenapa?"
"Perpustakaan ini berhantu, kau duduk di sisi yang gelap. Kau berani?" Ujar Wonwoo dengan suara rendah, mencoba menakut-nakuti.
Yerin menahan tawanya hingga kedua matanya melengkung bak bulan sabit, "Kau lucu juga, ya? Bukannya setiap hari kita bertemu dengan hantu? Untuk apa aku takut?"
Wonwoo tertegun. Ia melihat Yerin yang mengembangkan senyumnya, lebih tepatnya menahan diri untuk tidak tergelak karena ucapan Wonwoo yang Wonwoo rasa.. sedikit bodoh.
Wonwoo merasakan merah menjalar di leher hingga telinganya. Ada sedikit rasa malu karena ucapan bodohnya. Ia menyesali lidahnya yang tidak bisa mengontrol ide gila dari pikirannya. Ah, Yerin pasti berpikir aku seperti anak kecil karena mengatakan hal itu. Wonwoo menyesal, dan ditengah penyesalan itu, suara detak jantungnya mulai menginterupsi pikirannya. Degup jantungnya mulai terasa tak normal.
Rasanya kupu-kupu di jantung Wonwoo mulai beterbangan kesana kemari.
Ia mencoba mencari tahu apa penyebabnya. Lantas ia mengingat apa yang ditangkap netranya beberapa saat yang lalu. oh, benar. Senyum Yerin yang merekah, senyum yang terbit saat mendengar penuturan Wonwoo tentang perpustakaan berhantu.
Rasa salah tingkah, malu dan kagumnya pada gadis berkulit seputih susu itu melebur jadi satu. Bayangkan saja bagaimana rasanya, yang pasti Wonwoo tak bisa menggambarkannya dengan mudah.
Wonwoo berusaha meredam perasaan yang tak mengenakkan itu. Dibolak baliknya halaman buku dengan gusar hingga kumal. Tak ada satu kata pun yang benar-benar sampai ke otaknya. Ia sibuk mengatur perasaannya sampai saat ia merasakan tangan putih nan dingin menyapa keningnya.
"Kau demam, ya? Kau kelihatan gelisah. Wajahmu juga memerah," Ujar Yerin yang tahu-tahu sudah duduk tepat dihadapan Wonwoo. Wonwoo sedikit terkejut dan tak bisa berkutik, ia hanya duduk diam di kursinya dan memerhatikan raut khawatir dari Yerin yang sibuk menyentuh kening dan pelipisnya berkali-kali untuk mengecek suhu tubuh Wonwoo.
Wonwoo membiarkannya. Ia membiarkan dirinya menikmati irama detak jantungnya, sambil menatap ke dalam mata indah Yerin.
Entah perintah dari mana, tangan Wonwoo naik dan menggapai tangan Yerin yang masih menempel di keningnya.
"Panas, ya?" Tanyanya, dan dibalas anggukan oleh Yerin.
"Mau kuantarkan ke Mrs. Irene? Sebagai balas budi yang tadi," tawar Yerin.
Wonwoo menggeleng, "Tidak usah. Aku hanya perlu istirahat sebentar, nanti pasti sembuh,"
"Lebih baik kau disini saja. Temani aku. Aku perlu mereview buku ini,"
Yerin menarik tangannya, "Kenapa aku harus?"
"Aku sedang sakit dan hanya ada kita disini. Bagaimana kalau sewaktu-waktu aku pingsan tak sadarkan diri?" Wonwoo beralasan, dengan wajah yang dibuat sesayu mungkin. Yerin yang melihatnya jadi tak tega untuk meninggalkannya.
"Okay, baiklah," Yerin menurut dan kembali melanjutkan bacaannya. Ia membolak-balik halamannya dengan tenang tanpa merasa terganggu oleh Wonwoo yang ada di seberangnya.
"Kau suka makan apa?"
Pertanyaan tiba-tiba dari Wonwoo memecah keheningan yang terjadi selama lima belas menit setelah keduanya duduk berhadapan. Yerin mengangkat wajahnya, bingung, "Hah?"
"Kau.. makanan kesukaanmu apa?" Ulang Wonwoo dengan sabar.
Yerin awalnya ragu, tapi pada akhirnya ia menjawabnya juga, "Ayam, cokelat, pasta.. sebenarnya aku suka banyak makanan," jawabnya pelan, "...memangnya kenapa? Tiba-tiba kau bertanya tentang itu?"
Wonwoo menggeleng, "Tidak apa-apa," lalu ia kembali bertanya, "Warna favoritmu? Bunga kesukaanmu? yang paling kau benci dan kau takuti?"
Yerin menutup bukunya, "Kau sedang ikut pemilihan prefek atau apa? Kenapa jadi bertanya seperti ini?"
"Hanya tanya saja, kalau kau tak mau jawab juga tidak apa-apa," ujarnya.
"Warna favoritku Kuning, bunga kesukaanku mawar putih, aku paling takut dan benci dengan ular," jawab Yerin.
Wonwoo terdiam mendengar jawaban terakhir Yerin.
"Ular, ya. Berarti kau takut dan benci padaku?"
Kening Yerin berkerut, "Kapan aku bilang begitu?"
Wonwoo memundurkan punggungnya hingga menempel dengan sandaran kursi, "Ular identik dengan slytherin, kan?"
"Tapi kau kan manusia, bukan ular," jawab Yerin.
"Berarti kau tidak benci padaku?"
"sepertinya.. tidak?"
Wonwoo kembali dibuat berpikir dengan perkataan Yerin, "Sepertinya?"
"Aku tidak membencimu, mungkin hanya kesal karena kau sering menggangguku," ungkap Yerin. Ia berusaha menemukan kata-kata yang tepat karena sebenarnya memang begitu. Ia tidak membenci Wonwoo, mungkin pernah, tapi akhir-akhir ini ia sadar jika perasaan itu hanya sebatas kesal.
Ada satu hal yang ingin Wonwoo tanyakan. Tapi urung ia lakukan. Ia takut jika ini bukan saat yang tepat.
Mungkin lain kali ya, Wonwoo?
••
a.n ini gak jelas bgttt dan maaf udah menghilang selama berbulan2 karena aku udah bingung gimana lanjutinnya dan emang lagi sibuk kerja 🙏🏻🙏🏻
terimakasihh buat yg masih bacaa huhu ily ilyy
KAMU SEDANG MEMBACA
houses • hogwarts life
Fantasywelcome to wizarding world of sebeunchin ft. kidols ! [in bahasa]ㅡ2018