"Aku terkejut kau melakukannya, Jeon!"
Pria berkacamata itu sedikit tersentak tatkala Jihoon menepuk pundaknya secara tiba-tiba dan lantas membuyarkan konsentrasi Wonwoo yang tengah membaca.
Wonwoo mendesis pelan. oh, shit. Halaman bukunya bahkan berganti dan itu benar-benar membuatnya kesal.
Nyatanya seorang Lee Jihoon tak peduli dengan hal itu. Persetan jika Wonwoo marah padanya karena jelas sajaㅡsiapapun tahu kalau marahnya Jihoon jauh lebih mengerikan daripada Wonwoo.
"Bisakah menegurku tanpa menyentuhku, Jihoon?" ucap Wonwoo dengan nada setenang mungkinㅡhuh, padahal jelas ada gemuruh marah bak ombak dalam dadanya.
"Kalau aku tidak menepuk pundakmu, kau bakal mengabaikanku dan itu pasti," Pria bertubuh setinggi 165 senti itu lalu berjalan mendekat ke lemari buku, hingga ia bisa menatap wajah si pemuda Jeon.
Wonwoo mendengus dan kembali pada kegiatannya, tanpa berusaha menatap lawan bicara, ia berujar, "Tidak. Tidak ada alasan khusus. Hanya ingin ikut saja,"
Kedua mata Jihoon membentuk garis lurus, ia menyipit seolah menyelidik si lawan bicara. Pasalnya, omongannya tadi sama sekali tidak bisa dipercaya.
"Kau tidak akan susah payah mengikuti satu kegiatan yang nyatanya tak kau sukai," Jihoon menunjuk-nunjuk Wonwoo, "Kau jelas punya alasan tersembunyi,"
Bunyi buku menghantam nakas kayu disampingnya terdengar usai pernyataan Jihoon. Wonwoo menghentikan kegiatan membacanya dan beralih pada teman satu asramanya itu.
"tidak ada alasan khusus. Aku hanya ingin menambah nilai saja," jawab Wonwoo.
Jihoon mendecih, "Alasan klasik," Pria itu mengedikkan bahunya, "Aku bertanya pada Seungcheol dan Minghao, keduanya pun menjawab demikian. Nilai tambahan,"
"Memang benar itu tujuanku,"
Jihoon lantas menyeringai. Senyum penuh arti terlukis di wajahnya, bersama kedua matanya yang turut menyipit.
"Oh, benarkah? Tidak untuk membuat seseorang terkesan?"
Wonwoo menggeleng pelan seraya memijat kedua ujung matanya yang lelah karena kacamata, "Kau mulai bicara aneh lagi,"
Ia lalu meninggalkan Jihoon dan berjalan keluar common room. Sedikit waktu diluar ruangan mungkin bukan ide buruk bagi Wonwoo? pikirnya.
Dengan jubah panjang yang berkibar, Wonwoo berjalan dengan hati-hati di lorong yang gelap, tepat pukul sebelas malam. Sekali lagi, perlu dicatat kalau ia masih mengenakan jubah seragamnya. Ia sangat berhati-hati terhadap para lukisan yang senang menggerutu saat jam tidur mereka terganggu, dan itu tentu akan menyulitkannya. Mereka akan mengadu dan Wonwoo tidak mau berurusan dengan Prof. Snape sekalipun beliau adalah kepala asramanya.
Setelah berkeliling cukup lama, kedua mata Wonwoo tertuju pada salah satu ruangan kelas yang terbuka.
Tower astronomiㅡatau bisa disebut juga sebagai kelas astronomi.
not bad, pikirnya. Kelas astronomi bisa menjadi pilihan yang cukup tepat bagi Wonwoo untuk menenangkan diri.
Entah bagaimana ruangan ini bisa terbuka begitu saja di malam hari, apalagi tidak ada jadwal pelajaran astronomi malam itu. Yah, Wonwoo tidak peduli. Seulas senyum tipis terukir di wajahnya saat ia mulai memasuki tower itu.
tower astronomy dengan dinding yang terbuka, dihiasi pilar-pilar berwarna keemasan, dan langit-langit yang membentuk rangkaian rasi bintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
houses • hogwarts life
Fantasywelcome to wizarding world of sebeunchin ft. kidols ! [in bahasa]ㅡ2018