16. Trust Issue

12 3 0
                                    

Siang setelahnya, aku memenuhi janji dengan saudaranya Hyewon untuk bertemu di kafe Unelma. Aku lupa tidak memberitahu jam berapa bertemunya, ku rasa dia sudah menunggu. Karena nanti sekalian pulang, aku bawa motorku ke kafe. Oh, rupanya dia belum datang ya sudah, aku tunggu saja di motorku. Sambil menunggu, aku suruh Jeno, Haechan, dan Lucas kemari untuk ngopi.

Tepat setelah memasukkan ponsel ke saku jaket, saudara Hyewon tiba dengan motor jeleknya. Ia parkir di samping motorku.

"Maaf membuatmu menunggu."
Katanya sopan.

"Aku juga baru sampai."

Ia matikan mesin motor. Menurunkan standar samping, lalu duduk di atas jok. Sebentar, kalau aku ingat-ingat betul, Hyewon sempat memanggilnya dengan nama Hangyul waktu itu.

"Hangyul, 'kan?"
Panggilku untuk memastikan.

"Benar."

"Aku ada satu pertanyaan untukmu."

"Benarkah? Aku juga begitu."

"Kalau begitu, kau duluan."

"Tidak, kamu saja."

Si Hangyul ini malah melempar-lempar giliran.

"Cepatlah, jangan buang waktuku."

Lelaki berambut tipis ini memasang wajah serius.

"Jaemin, apa kamu seorang Dreamer?"

No way! Ini adalah pertanyaan yang ingin ku berikan padanya. Sudah kuduga, dia pasti seorang Dreamer juga.

"Huh, tidak ku sangka kalau pertanyaan kita akan sama."

"Oh, ya?"

Aku akan memastikan langsung dengan mengaktifkan kekuatan. Mendengar bunyi dengung pendek adalah tanda kekuatanku aktif, aku segera buka mata.

Rupanya dia juga mengaktifkan kekuatan. Nampak dari lingkar kuning keemasan di mata kanannya. Haha, seorang Dreamer lain. Aku berikan tangaku ke depannya.

"Na Jaemin. Sang Penakdir Mimpi."

"Lee Hangyul. Sang Penangkap Mimpi."

BZZT!

"Apa yang barusan terjadi?"

Lagi-lagi tanganku kesetrum. Apa tiap Dreamer kalau kekuatannya menyala pasti begini ya? Sama-sama merasakan listrik kejut di tangan.

"Entahlah, aku pun tidak tahu."
Balas Hangyul sambil memegang tangan kanannya.

"Anyway, salam kenal."

"Aku juga salam kenal.

"Ey, bos!"

Tak lama kemudian Jeno muncul. Ia jalan dengan bangganya sambil meneteng karung yang nampak berat itu. Tapi, tiga anggota gengku menuding Hangyul bersamaan.

"Woy! Kamu 'kan yang tadi di Jalan besar Kedua? Ngapain kesini?!"

Ujar Haechan mendekat. Oh, rupanya mereka sudah bertemu dengan Hangyul.

"Kamu sudah bertemu mereka?"

"Tentu saja! Mereka berdua mencuri mangga di pohon dan dia menjatuhkan pot bunga pesanan pelangganku!"

Tunjuk Hangyul pada teman-temanku. Yang terakhir ia tuding adalah Jeno. Sahabatku sejak SMP ini langsung menarik kerah Hangyul dan menantangnya. Aku langsung memotong mereka saat Lucas hendak mendekat juga.

"Hey, hentikan! Kalian, dengarkan baik-baik. Mulai saat ini, dia adalah teman baruku. Namanya Lee Hangyul."

"HAH?!"
Mereka terkejut. Kemudian Jeno melempar tanya karena tidak percaya dengan apa yang ku ucapkan.

Jaemin, The Dream Blesser [Book 3] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang