11. The Dream Blesser

11 4 0
                                    

Selasa pagi ini aku merasa baru. Dalam tubuh ini mengalir deras sebuah kekuatan yang tidak dimiliki orang biasa. Ya, kekuatan mimpi. Suasana hatiku sedang bagus, aku mandi dan berencana untuk pergi ke kampus lebih awal. Setelah berpakaian rapi, dari jendela kamar aku lihat Yoon hendak masuk dalam rumah. Yes, ini adalah target empuk untuk mencoba kemampuan Penakdir Mimpi.

"Pagi, Bang Jaemin~"

Sapanya manja. Dengan kondisi masih memakai baju tidur dan roll rambut di poni, gadis ini sempat-sempatnya datang ke rumahku.

"Bang Jaemin tahu gak, semalam aku mimpi jalan-jalan sama Bang Jaemin aaakkk! Gemes! Gemes!"

Yoon menggoyang-goyangkan pundak setelah mengatakan itu. Dih, najis. Aku akan mengusirnya dengan kemampuan Sang Penakdir Mimpi. Pertama aku tutup mata dan fokus. Benar kata Minhee, ada seperti cahaya hijau yang datang dengan cepat ke mataku. Segera aku buka kelopak ini.

DING!

Ada suara pendek saat ku buka mata, mungkin ini tandanya kekuatanku sudah aktif.

"Yoon, kenapa kamu pagi-pagi kesini?"

"Aku ingin bilang ke Bang Jaemin kalo aku semalam mimpiin Bang Jaemin!"

"Haaah, astaga,"
Aku tatap mata Yoon dalam-dalam.

"Pulang sana. Ini masih pagi. Lagipula kamu gak menyiapkan seragam sekolah gitu? Coba deh, tiap bangun tidur kamu bersihkan kasur dan kamarmu."

Yoon diam, cuma membalas tatapanku. Apa aku berhasil? Dia nampak terhipnotis begitu. Lalu, menggaruk kepalanya.

"Iya ya. Aku jarang membereskan kamar, banyak barang-barang sering jatuh ke kolong kasur. Yaudah deh! Aku balik dulu ya, Bang Jaemin! Daaah!"

Yoon bergegas lari dengan riang keluar rumahku. Berhasil?! Aku berhasil mengusir Yoon yang susah ku usir itu?! Mengerikan, kekuatan ini tidak sembarangan. Dengan begini, aku akan tahu siapa yang berbohong padaku atau Ayah. Tinggal mencari waktu yang tepat saja untuk menjalankan operasi ini. Oke, waktunya ke kampus!

***

Selama perjalanan ke kampus, aku ingat tentang fase demam yang ku alami. Lebih tepatnya tentang si Jeruk. Apa benar si Jeruk ini Yuri? Aku masih belum percaya 100% pada fase itu. Mungkinkah ini cuma jebakan? Hm, mungkin aku bisa tanya ke Minju siapa nama panggilan Yuri waktu kecil dulu, dia pasti bisa mencari tahu. Tapi, bagaimana aku tanya ke Minju? Pasti akan jadi bahan pergunjingan di kelas kalau sampai mereka tahu aku ngobrol berdua dengan mahasiswi yang dicap aneh itu.

Di kampus aku pasif dan jarang melakukan hal yang menonjol. Masih ada rasa ragu dalam pikiranku, teringat bahwa si Jeruk adalah Yuri. Selama di kelas, Yuri tak melihatku sama sekali, melirik pun tidak, dan ya, rambutnya sekarang jadi pendek. Persis dengan yang ku lihat di fase demam semalam. Aku yakin dia masih marah padaku. Biasanya Yuri selalu memotong pembicaraanku kalau aku nyeletuk ke dosen, tapi hari ini tidak sama sekali. Dia benar-benar membiarkanku begitu saja.

Sampai akhirnya siang ini saat istirahat, Yuri dan Minju sedang duduk berduaan di kantin. Bangku yang mereka duduki sama seperti di fase demamku. Posisi Yuri pun sama, dan yang lebih parah, dia juga memesan minuman yang persis di fase demamku. Apa maksudnya ini? Mungkin ini cuma kebetulan. Tenang Jaemin, tidak mungkin Yuri tahu mimpi semalam.

Aku, Jeno, Haechan, dan Lucas masuk ke kantin. Karena aku melihat bangku mereka, Yuri menatapku dengan tajam. Oke, ini cuma kebetulan, aku akan bersikap seperti biasa.

Jaemin, The Dream Blesser [Book 3] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang