4. Brats

31 4 0
                                    

Gara-gara surat ancaman aku jadi malas menjalani hari ini. Setibanya di kampus, teman-teman sudah menunggu sambil duduk di anak tangga. Ya, setidaknya mereka tidak menghancurkan mood-ku. Seperti biasa, Haechan menyapa.

"Pagi, Bos Jaemin!"

"Hey, kenapa wajahmu kecut gitu, Bos?"
Sapa Lucas dengan pertanyaan yang tidak ingin ku bahas.

"Aku tidak mau bahas itu. Ayo taruh tas di kelas dulu. Aku malas meneteng benda ini."

"Lagipula tasmu selalu kosong 'kan, Jaemin?"

Mereka bertiga tertawa usai Jeno men-spill tasku sembari naik tangga. Tak jarang kami jalan sambil bercanda dengan suara yang begitu keras. Tepat saat aku masuk, di dalam ada Yuri dan si gadis aneh. Ini kenapa Yuri melirikku dengan tatapan gak sedap? Kemudian dia memutar bola mata menoleh ke arah lain. Apa sih maunya si pendek ini.

"Eh! Sudah lama Buddies and Baddies gak jalan-jalan bareng ya! Aku sampai mimpi naik mobil dan Lucas yang nyetir."

Ujar Haechan sesaat kami keluar dari kelas.

Oh ya, aku belum memperkenalkan nama geng kami. Geng kecil ini dinamai Buddies and Baddies oleh Haechan. Dari segi kata, nama ini cukup menarik. Dia sendiri yang menamai, Jeno dan Lucas langsung setuju. Aku cuma ikut alur saja. Sebenarnya Haechan ini mahasiswa cerdas, entah kenapa dia ingin berteman denganku yang secara stereotip disebut malas dan nakal.

Di depan kelas, kami sedang bahas tentang mimpi. Terlintas penjelasan Minhee saat di gurun pasir semalam, yaitu aku bisa masuk ke dalam mimpi orang lain. Boleh nih aku coba, sambil mempersiapkan diri agar terbiasa menggunakan kekuatan mimpi kelak. Aku tak akan bilang mereka. Diam-diam ku cabut rambut Jeno, Haechan, lalu Lucas saat bercanda ria. Hehe, liat saja nanti malam, guys.

***

Malam tiba, aku taruh tiga helai rambut milik anggota geng kecilku. Menutup kamar, charge ponsel, dan segera loncat ke ranjang. Ku tutup mata erat-erat dan menunggu terlelap.

SWIIIIISH~

Aku dengar suara angin ini lagi. Apa ini adalah tanda kalau sudah masuk mimpi? Dengan rasa sadar, ku buka mata lebar-lebar. Posisiku sedang duduk di salah satu bangku makanan cepat saji yang mana sering aku kunjungi dulu.

"Ini di McDonald."
Kataku pelan.

Di meja tersebut ada 4 kursi yang terisi. Aku di kiri, kanan ada Jeno, depanku Lucas, lalu sampingnya adalah Haechan. Aneh, mata mereka setengah terbuka. Walau seperti itu, sahabat-sahabatku berbincang layaknya bisa melihat satu sama lain. Lucas dan Haechan berbicara keras sekali, ditambah gelak tawa Lucas yang kencang. Ya, ini sama saja dengan keseharian Buddies and Baddies.

Mungkin karena mereka terlalu ramai, aku lihat seseorang berseragam hitam datang pada kami.

"Tolong kecilkan suara kalian, kostumer lain terganggu."

Ujarnya tegas. Lucas langsung membantah,

"Heh! 'Kan aku juga kostumer disini, aku juga bayar!"

"Tetap saja kalian harus tertib!"

"Tertib? Sudah kek sekolahan aja."

"Kalian pergi atau diam?!"

Dilihat dari gaya bicara dan penampilan, aku yakin pasti dia manager. Pria ini sudah geram, Lucas berdiri menghadapnya. Kalau Lucas sudah begini, lebih baik kami siap-siap pergi. Lelaki yang cita-citanya ingin jadi model ini mudah terpancing emosi dan selalu melayangkan pukulan.

Jaemin, The Dream Blesser [Book 3] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang