23. Echoes from The Past

10 3 0
                                    

Hari telah berganti. Aku dapat kabar kalau Jeno baik-baik saja. Lukanya tidak parah seperti yang muncul dalam gambaran masa depanku. Dia bisa aktifitas seperti biasa. Minggu siang, Ayah baru pulang dari kepolisian pusat untuk dimintai keterangan. Setibanya, Ayah mengatakan sebuah ide aneh.

"Hah? Mendirikan amusement park?"
Tanyaku untuk meyakinkan apa yang ku dengar dari mulut Ayah.

"Iya. Semacam pasar malam begitu. Dalam rangka merayakan keberhasilan kita membereskan geng Paku dan Ular!"

"Ayah gak main-main 'kan?"

"Ya enggak lah!"

"Memang mau taruh mana, Yah?"

"Ini Ayah masih survey lokasi."

"Ya deh, terserah Ayah."

Ayah kemudian mengumpulkan anak buahnya untuk rapat di base-ground. Dasar Ayah, aku harap isi kepalanya baik-baik saja karena banyak menghirup gas tidur kemarin.

Saat aku bangkit dari sofa, ponselku berdering. Ku lihat dari Minju. Oh? Ini momen yang sangat langka. Aku jawab panggilan itu.

"Halo, cantik. Ada apa?"
Aku kembali duduk di sofa, menaikkan satu kaki ke meja.

"Jaemin, Yuri masuk rumah sakit."

Aku langsung memposisikan badan ke depan.

"APA?! APA YANG TERJADI PADANYA?!"

"Semalam di dunia mimpi, kami bertarung melawan reflection dari Perusak Mimpi. Yuri melawannya sampai kelelahan dan meminjam kekuatanku. Dia terus menggunakan rotmulaag, bahkan dia menyegel jurang Absinthe."

"Hah?! Sumpah? Kamu serius, Minju?!"

"Iya aku serius! Kamu tahu 'kan kalau terlalu banyak menggunakan rotmulaag bisa merusak salah satu organ dalam. Dari yang ku ketahui semalam, jantung Yuri melemah."

"Gila! Kenapa dia melakukan itu, Minju?"

"Aku pun tidak mengerti, Jaemin. Maafkan aku."

"Agh! Kalau saja aku di dunia mimpi waktu itu. Dia di rumah sakit mana sekarang?"

"Rumah Sakit Geon-gang. Besok aku dan yang lain mau menjenguknya, mungkin Hangyul juga ikut. Kamu join?"

"Hm, entahlah, Minju. Yuri pasti tidak suka kalau aku menjenguknya. Kalau begitu, tolong jenguk Jeruk-ku ya, Minju."

Di tengah percakapanku di telepon, ada suara ribut di gerbang. Ugh, ada apa lagi ini. Aku sudahi panggilan Minju dan pergi ke gerbang. Aku tak bisa melihat siapa yang sedang dicek-coki anak buah Ayah. Tapi, aku dengar aksen Mandarin.

 Tapi, aku dengar aksen Mandarin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lho? Chenle?"

"Nah! Itu Jaemin! Minggir-minggir! Aku mau ke Jaemin."
Kata Chenle sambil masuk.

"Tuan Muda mengenal dia?"
Tanya pak Lu Bu, tangannya menuding ke Chenle.

Jaemin, The Dream Blesser [Book 3] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang