Dari Kamis sampai Sabtu aku ogah keluar rumah. Bukannya malas, khawatir dengan serangan mendadak yang dilancarkan geng Paku dan Ular. Mengingat semua mata-mata yang melekat denganku dan keluarga sudah lenyap. Aku yakin mereka akan melakukan serangan mendadak pada kami atau Ayah. Juga, Ayah meminta semua anak buahnya untuk memperketat keamanan rumah.
Mengantisipasi hal yang buruk, dua orang tua Yoon dibawa ke rumah. Mengingat ibunya adalah kakak dari Ibuku. Aku sudah memastikan pada orang tua Yoon kalau mereka tidak ada ikut campur pada geng itu. Terlebih lagi, Shim Changmin seorang kapten kepolisian entah di divisi apa, kakak Yoon itu juga mengirim beberapa anggotanya untuk jaga rumah.
Jumat ini, kegiatanku cuma rebahan di kamar. Ayah dan beberapa anak buah terpercayanya sedang melakukan rapat keamanan di base-ground.
"Bang Jaemin!"
Ya, itu suaranya Jayoon. Berisiknya minta ampun kalau di rumahku.
"Berisik ah!"
Bentakanku membuatnya langsung diam. Tapi, dia terus diam. Biasanya lanjut ngomel gak penting. Saat ku lihat, dia nampak sedih sekali.
"Haaah,"
Aku bangkit dari ranjang."Maaf aku membentakmu."
"Gak mau."
"Ya sudah terserah."
"Mau peyuk."
"Ha?!"
Dia melebarkan tangan sambil manyun. Kalau bukan karena Ayah yang menyuruh keluarga Yoon tinggal disini, aku pasti sudah mengusirnya. Ya sudahlah, apa salahnya memeluk sepupu sendiri. Tingginya hampir menyamaiku, perempuan ini makan apa sih? Bambu runcing?
Yoon yang masih memelukku, tiba-tiba mendorongku sampai ranjang. Lalu ia menahan tubuhnya dengan tangan yang dilebarkan di antara kepalaku.
"Bang Jaemin tampan banget, ayo kita main."
"Yoon,"
Ku elus pipi kanannya yang mengembung karena senyum."Pergi dari hadapanku."
"Ah, Bang Jaemin gak asik ah."
Dia bangkit dan keluar begitu saja dari kamarku. Sebenarnya aku sebal kalau Yoon di rumah. Tapi mau bagaimana lagi. Aku bosan di rumah terus. Aku ingin keluar, tapi khawatir orang-orang itu mulai bergerak.
***
Usai makan malam, seperti biasa aku rebahan di kasur kamarku yang terletak di lantai dua. Bukannya sombong, karena rumahku cukup luas. Bahkan bisa ditempati ratusan orang, Ayah juga membuat kamar-kamar untuk anak buah Ayah. Tentunya orang tua Yoon menempati salah satu kamar di bawah.
Sambil nonton YouTube, aku tengkurap nyaman di kamar. Ada yang bergerak di ranjang, dari belakang ada Yoon merangkak di kasur dan berhenti tepat di sampingku.
"Bang Jaemin~"
Panggilnya manja sambil menempelkan kepala ke pundakku."Lagi-lagi kamu."
"Hehe."
"Keluar sana!"
"Ih, Mama nyuruh aku tidur sama Bang Jaemin."
Astaga yang benar saja. Ya, mau bagaimana lagi.
"Yaudah, jangan berisik."
Ku matikan ponselku. Menarik selimut dan tidur dengan Yoon. Ini aneh. Baru pertama kali aku tidur dengan perempuan. I mean, aku pernah sih "tidur" dengan teman sekelas di kampus, dia punya nama yang sama dengan si kembar, cuma beda marga saja. Em, anyway, mari kita lupakan. Mending aku tidur dan ke Minhee. Hari-hari sebelumnya aku tidak bertemu dengannya, baik di dunia nyata maupun dunia mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jaemin, The Dream Blesser [Book 3] ✓
Fantasy[TAMAT - continued in Book 4] Seri ketiga dari pentalogi "The Dreamers", yaitu "Jaemin, Sang Penakdir Mimpi". Fantasy "The Dreamer" universe by Silver Vermouth Na Jaemin, mahasiswa semester 4 yang sekelas dengan Yuri. Dia terkenal nakal dan jahil. H...