6. Young Love

16 2 0
                                    

Gudang Minhee ini memang seperti rumah, peralatan masak juga ada dan hampir lengkap. Hanya saja bahan-bahan untuk dimasak tidak ada. Ya sudah, aku pergi ke mart untuk membeli telur dan beras. Keluar dan belok kiri mengikuti trotoar, kalau aku ingat betul, ada mart disana.

Jalanan Minggu siang seharusnya ramai, cuma karena ini jalan umum yang kecil, jarang kendaraan melintas kemari. Orang-orang pun sibuk sendiri. Jogging, menggandeng anaknya, mendengarkan musik di bangku, bahkan ada yang melakukan vlog. Ketika hampir sampai, mataku teralihkan pada wanita berkulit putih di seberang jalan.

 Ketika hampir sampai, mataku teralihkan pada wanita berkulit putih di seberang jalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ya, dia adalah Kim Minju. Teman sekelasku di kampus. Dia pendiam dan aneh, tak heran tidak ada yang mau berteman dengannya. Kami jarang komunikasi, bahkan kalau dia diajak berbicara responnya cuma pakai anggota tubuh. Sepertinya dia jalan sendirian. Tapi tidak lama, dua laki-laki di depannya menghadang. Dia diseret ke gang sempit secara paksa. Ini tidak bisa dibiarkan.

Aku menyabrang jalan, langsung ke gang yang mereka masuki tadi. Minju menggunakan kantong plastik yang kaku untuk melindungi dadanya. Tubuh dua laki-laki ini sangat rapat pada Minju.

"Woy, mau apa kalian ke dia?!"

Teriakku. Laki-laki pendek dan botak langsung menoleh. Mereka kemudian membelalakkan mata.

"K-kau! Kamu anak dari orang itu!"
Ujar pria botak sambil menunjuk.

"Pergi. Jauhi gadis ini."

"Maaf! Maaf!"

Dua pria ini lari terbirit-birit ketika aku mulai jalan mendekat. Huh, tampang doang songong, dideketin kabur. Minju menunduk. Sepertinya dia ketakutan.

"Heh, gapapa 'kan?"

Respon gadis ini cuma mengangguk.

"Ngapain disini? Rumahmu di sekitar sini?"

"Tidak. Aku habis beli novel."

Oh, ini adalah kali pertama Minju menjawab dengan kalimat padaku. Biasanya dia bisu, tak mau menjawab pertanyaanku. Kadang cuma menggeleng atau mengangguk saja. Aku pikir dia benar-benar bisu.

"Ya sudah, pulang sana."

Aku keluar dari gang itu dengan santai. Hanya saja, aku merasa ada yang tidak benar. Tak ada suara tapak kaki di belakang. Rupanya gadis ini cuma diam di tempat, tampangnya berkeringat dan grogi.

"Heh, ngapain diem disitu?"

"Anu,"
Katanya sambil pelan-pelan menatapku.

"Boleh temenin jalan?"

"Astaga. Yaudah ayo."

Dia akhirnya keluar dari gang dengan langkah kecil. Kami jalan beriringan. Minju masih memeluk kantong plastik berisi novel. Ah, padahal aku lapar dan ingin beli makanan. Tapi, apa boleh buat. Daripada Minju digoda seperti tadi, tak ada salahnya menemani jalan.

Jaemin, The Dream Blesser [Book 3] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang