MFF 36

4.2K 237 24
                                    

Pagi ini kediaman keluarga Gross sangat sunyi, Anna bahkan sampai merasa asing duduk bersama keluarga ini. Jika biasanya di ruang makan mereka akan membicarakan banyak hal terutama tentang rencana pernikahannya dengan Kevin, kini tidak ada yang bersuara satu pun.

"Kevin." Bisik Anna. Kevin pun menoleh. "Kenapa semuanya diam saja ?"

"Tidak apa-apa, cepat habiskan sarapanmu."

"Tapi-"

Kevin tersenyum tipis. "Sudahlah, cepat habiskan makananmu."

Anna mengendikkan bahunya acuh, lalu kembali meneruskan sarapannya.

***

Siang harinya Bibi Merlyn datang ke kediaman keluarga Gross guna meminta tolong untuk mengantarkannya ke kota.

"Kau ingin belanja apa di kota, Bibi ?" tanya Layla.

"Aku ingin membeli ranjang baju, ranjangku yang lama sudah rusak."

"Oh baiklah akan ku antarkan." Kata Will.

"Ngomong-ngomong dimana menantumu ?" tanya Kevin.

"Dia sedang ke rumah orang tuanya."

Bibi Merlyn hanya tinggal dengan menantu dan cucunya karena putranya yang seorang tentara sedang pergi bertugas.

"Baiklah, ayo aku antar, Bi." Will menatap Anna. "Kau mau ikut kan, An ? Sekalian untuk menemani Bibi Merlyn."

Anna mengangguk antusias. "Tentu."

Mereka segera bersiap-siap untuk pergi ke kota. Will menatap Kevin penuh arti dan Kevin pun hanya bisa mengangguk.

Saat ini Will, Anna dan Bibi Merlyn tengah berada di salah satu pusat perbelanjaan untuk melihat-lihat barang yang ada.

"Menurutmu mana yang lebih bagus, An ?" tanya Bibi Merlyn.

Anna menunjuk sebuah springbed berwarna navy. "Menurutku itu bagus, Bibi."

"Baiklah." Bibi Melyn menatap sang pramuniaga. "Aku mengambil yang ini."

***

"Papa dimana ?"

"Kami masih berjalan-jalan di pusat perbelanjaan."

"Kira-kira kapan kalian pulang ?"

"Entahlah, mungkin nanti sore. Kau hubungilah Mr.Robinson."

Kevin masih diam.

"Kevin, kau dengar Papa ?"

"Hm, aku mendengarkan."

"Papa tau ini berat untukmu, Nak. Tapi apa kau-" Belun sempat Will meneruskan kalimatnya, Kevin lebih dulu menyelanya.

"Ya, Pa, aku tau, aku tau."

"Kalau begitu segera telpon mereka."

Setelah sambungan terputus, Kevin menyandarkan punggunya di sofa. Perasaannya sungguh kalut. Dia tidak ingin menelpon Rein karena dia takut akan kehilangan Anna, tapi kedua orang tuanya tetap kekeuh menyuruhnya untuk menelpon Rein.

Menarik nafasnya dalam-dalam, Kevin kembali menatap ponselnya mencoba mencari nama Catherine. Setelah menemukan kontaknya dia segera menelpon Catherine.

"Halo."

"Halo."

"Ada apa ?"

"Datanglah ke danau dekat rumahku, akan aku pertemukan kalian dengan Anna disana."

MY FRIEND'S FATHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang