Bermula dari perlakuan yang diperoleh semasa kecil, Xiao Zhan menjadi gemar berdandan dan mengenakan pakaian wanita. Kelainan yang dia derita ini akibat dari trauma berkepanjangan yang sewaktu-waktu dapat timbul tenggelam.
Ketika dia memutuskan untu...
Warning!!!! A little sexual tension! 🔞 --- Mohon kesadarannya masing-masing.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-----
Sudah lewat dari jam makan malam ketika Xiao Zhan memasuki kediaman keluarga Wu, lebih tepatnya kini waktu telah menunjukkan pukul sembilan malam. Cahaya lampu ruang utama yang terang benderang menyambut kedatangannya, diiringi suara kekehan ringan yang mengalun ke dalam indra pendengaran.
Di ruang keluarga, Tuan dan Nyonya Wu tengah berbincang-bincang hangat mengabaikan televisi yang menyala menyajikan tontonan entah apa. Sementara Wu Xuanyi yang duduk bersila di sofa belakang kedua orang tuanya tampak sibuk dengan laptop di pangkuan.
"Oh, Xiao Zhan kau tidak lembur malam ini?"
Sembari membungkuk sopan sekilas, Xiao Zhan mengulas senyum tipis. "Tidak, Ma. Pekerjaanku tidak terlalu banyak hari ini," jawabnya tenang. Ekor matanya melirik Wu Xuanyi yang terlihat tak peduli, lalu kembali berpaling beradu tatap dengan sang mertua.
"Kau sudah makan belum? Kalau belum, mau mama buatkan sesuatu?"
"Ah, tidak perlu, Ma. Aku langsung naik ke atas saja, ada beberapa berkas yang masih harus kutangani," dengan sopan Xiao Zhan menolak halus. Kemudian mengambil langkah meniti tangga setelah membungkuk pada ayah dan ibu Wu Xuanyi.
Suara pukulan dan pekikan Wu Xuanyi menyambangi indra pendengaran ketika Xiao Zhan berada di tangga. Samar-samar dia dapat mendengar ibu mertuanya memarahi Wu Xuanyi yang tak memberikan perhatian saat dirinya datang, diikuti gerutuan Wu Xuanyi yang mengeluh sibuk.
Xiao Zhan menggelengkan kepala ringan, lalu kembali meniti tangga menuju kamarnya.
Tas kerja terlempar ke atas ranjang, sembari melonggarkan dasi, Xiao Zhan berdiri membelakangi pintu yang terbuka lebar selama beberapa saat. Pikirannya melayang kembali pada pertemuan tadi dengan Yang Mi, ibu kandungnya, sosok yang sebenarnya tak ingin dia temui lagi.
Ada banyak ketakutan yang kembali menghantui ketika bayang wajah Yang Mi melintas di benaknya, seperti mimpi buruk yang hadir setiap kali Xiao Zhan memejamkan mata.
Sekujur tubuhnya terasa sakit lagi, ingatan masa kecilnya ketika pukulan demi pukulan, tamparan demi tamparan mendarat di kulit Xiao Zhan dapat dirasakan kembali hanya dengan menatap mata sinis sang ibu.
Itu menakutkan.
Xiao Zhan menangkup kepalanya, menutup telinga kemudian kedua lengannya memeluk tubuhnya sendiri. Di saat seperti ini dia ingin berlari, mencari Wu Shixun dan meringkuk dalam dekapannya. Namun, lelaki itu tampaknya belum kembali dari kantor, Xiao Zhan tak melihat mobilnya di garasi tadi.
Tiba-tiba sepasang lengan memeluk tubuhnya dan melingkar di perut Xiao Zhan. Embusan napas panas yang dirasakan menerpa belakang leher, membuat bulu kuduknya berdiri.