Bermula dari perlakuan yang diperoleh semasa kecil, Xiao Zhan menjadi gemar berdandan dan mengenakan pakaian wanita. Kelainan yang dia derita ini akibat dari trauma berkepanjangan yang sewaktu-waktu dapat timbul tenggelam.
Ketika dia memutuskan untu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
💋
Kemarin malam, Xiao Zhan dan Wu Shixun tiba di rumah pada waktu lewat tengah malam. Tanpa menimbulkan kegaduhan apa pun, keduanya langsung masuk ke dalam kamar masing-masing tanpa ada perbincangan kembali di antara mereka.
Pagi ini, Xiao Zhan bangun lebih awal dari biasanya. Jujur saja, separuh malam yang tersisa Xiao Zhan sama sekali tak bisa tertidur lelap seperti biasanya. Ada berbagai macam hal yang berkecamuk di pikirannya dan itu sangat menggangu. Benar apa kata Darren, mengapa dirinya harus berurusan dengan tiga Wu bersaudara ini? Belum lagi pemuda di klub Darren yang selama dua hari ini semakin meresahkan.
"Xiao Ge, kau pulang jam berapa semalam?"
Wu Xuanyi yang baru membuka mata langsung bertanya pada Xiao Zhan yang tengah bersiap dan memakai jasnya. Meski dia sudah tahu pukul berapa Xiao Zhan pulang, tetapi Xuanyi menginginkan jawaban dari suaminya tersebut.
"Lewat tengah malam, aku masih ada lembur semalam."
"Ohh ...."
Bohong, dan Wu Xuanyi tahu itu. Walaupun begitu, Wu Xuanyi tetep menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyuman tipis yang manis. "Kau pasti lelah, harus bekerja hingga larut malam terus. Ge, mengapa kau tidak membantu papa saja? Papa pasti akan menerimamu dan memberikan jabatan yang bagus untukmu."
"Bukankah itu artinya aku semakin berhutang banyak pada ayahmu?" Xiao Zhan menatap Xuanyi yang menunduk dalam. "Aku sudah terlalu banyak menerima dari Tuan Wu dan aku tidak tahu lagi bagaimana aku akan membalas budinya nanti. Menikah denganmu, ataupun bekerja di kantor Tuan Wu tidak akan cukup. Apa kau mengerti bagaimana keadaanku saat ini?"
Xiao Zhan melangkah ke luar kamar setelah mengutarakan apa yang ingin disampaikan. Meskipun hanya tersirat, tetapi Xiao Zhan yakin jika Wu Xuanyi mengerti dan paham apa maksudnya perkataan Xiao Zhan barusan.
Setetes cairan bening meluncur lembut melalui pipi kemudian menapak di punggung tangan Wu Xuanyi yang mengepal erat. Selama ini dia sudah berusaha, menjadi istri yang baik meskipun diselimuti lara. Xiao Zhan memang tidak mencintainya, bahkan Xiao Zhan sudah mengatakan itu sejak awal mereka akan menggelar pesta pernikahan.
Balas budi. Ya, pernikahan Wu Xuanyi hanyalah jalan untuk Xiao Zhan membalas budi atas apa yang sudah dia dapatkan dari Keluarga Wu. Namun, Wu Xuanyi tetep membutakan mata dari apa yang dia lihat dan menulikan telinga dari apa pun yang dia dengar, bahkan dia rela melumpuhkan otaknya bila perlu. Dia menjadi bodoh, buta, dan tuli, semua itu demi Xiao Zhan. Lelaki yang dicintainya. Suaminya.
---
"Xuanyi, kau dengar aku tidak?"
Suara dari seberang sambungan telepon mendengung di telinga Wu Xuanyi. Itu adalah seruan dari Meng Meiqi, sahabatnya sejak kecil.
"Kau pasti habis terbangun dari tidur, 'kan? Aneh sekali mimpimu itu."
"Siapa yang tidur?!" gertak Meiqi yang kesal karena ucapannya hanya dianggap tengah bercanda bahkan melantur. "Xuanyi, dengarkan aku baik-baik. Aku bertemu suamimu, Xiao Zhan di klub malam, tapi dia memakai pakaian seperti wanita, memakai rambut palsu juga dan berias. Awalnya aku pikir, hanya salah mengenali saja, tapi saat aku mendekat ke arahnya, aku yakin seratus persen itu Xiao Zhan. Apa kau tidak curiga suami memiliki kelainan atau ingin menjadi TG mungkin?"
[a/n : TG : Transgender atau dapat dikatakan pula suatu kondisi di mana seseorang merasa tidak nyaman dengan kondisi fisik kelaminnya, kemudian mengadakan perubahan besar-besaran dengan mengganti kelaminnya menjadi sama dengan lawan jenisnya.].
Rasanya jantung Wu Xuanyi seolah-olah dihantam oleh sesuatu yang keras, begitu menyakitkan dan membuatnya seketika menjadi sesak. Ini bukan pertama kalinya Xuanyi mendengar hal seperti ini, beberapa waktu yang lalu salah satu karyawannya juga mengatakan hal serupa.
Tidak tahu harus tersenyum, tertawa atau menangis, Wu Xuanyi akhirnya berkata, "Itu mungkin orang yang mirip Xiao Ge saja, kau tahu sendiri wajah Xiao Ge memang terlihat sedikit eun ... cantik."
"Kau mau menyangkal, hah?"
"Xiao Ge ada lembur malam ini, dia ada proyek besar," Xuanyi mengelak.
Meng Meiqi memberang di seberang sana, terdengar suara seperti benda atom yang dibanting ke permukaan lantai pada sambungan teleponnya. "Berhenti pura-pura bodoh, Wu Xuanyi!! Lelaki brengsek itu tidak mencintaimu, kau hanya akan menyia-nyiakan waktu saja."
"Aku tahu kau sangat mencintainya, tapi pikirkan baik-baik. Mau sampai kapan kau seperti ini? Kalian sudah menikah lebih dari tiga tahun, apa dia pernah menyentuhmu barang sekali saja? Apa dia pernah menciummu selain tepat di hari pernikahan kalian waktu itu? Katakan!"
Tidak.
Itu adalah jawaban dari Wu Xuanyi yang tak tersampaikan pada Meiqi. Benar, Xiao Zhan memang tidak pernah menyentuhnya. Apalah arti tidur satu ranjang, tetapi tidak sekali pun Xiao Zhan memeluk tubuhnya. Dingin tetap dirasa sendiri, panas pun juga dirasakan sendiri.
"Kau bisa mendapatkan lelaki yang lebih baik, yang mencintaimu dan menyayangimu dengan tulus ...."
Wu Xuanyi terdiam, samar-samar suara Meng Meiqi mulai menghilang dari indra pendengaran. Kesadarannya mulai pulih dan menarik Wu Xuanyi dari ingatan tentang perbincangannya dengan Meng Meiqi dua hari yang lalu.
Kepalanya menunduk dan netranya menatap lekat cincin emas dengan ukiran sederhana yang melingkar di jarinya. Kemudian dia tersenyum di sela-sela air mata yang terus menetas setitik demi setitik, dan menghilang meresap ke dalam selimut yang masih membungkus kakinya.
Pagi ini, Wu Xuanyi kembali menyadari posisinya sebagai istri Xiao Zhan yang tak dianggap. Pasangan dari cincin yang dia kenakan sudah tersimpan rapi dalam kotak perhiasan di laci nakas samping tempat tidur. Wu Xuanyi, menemukan itu sebulan setelah pernikahan mereka.
Xiao Zhan tidak mencintainya, tak apa asalkan dirinya tetap bisa bersama-sama. Wu Xuanyi selama ini ingin menjadi bulan yang menerangi malam Xiao Zhan, tetapi apalah daya dirinya justru hanya menjadi bintang yang semakin lama semakin hilang ditelan kegelapan.
Isakan demi isakan mulai terdengar, memecah keheningan dalam ruang yang selalu terasa hampa ini. Sampai ketukan di pintu kamar membuatnya terburu-buru menghapus lelehan air mata yang masih mengalir. Matanya sembab dan tampak kemerahan, suaranya sedikit bergetar, tetapi dia tetap berujar, "Ya?"
"Xuanyi, kau mau ke klinik tidak?"
Ah, sepertinya Xiao Ge sudah berangkat bekerja. Wu Xuanyi, bodoh! Mana mungkin Xiao Ge menunggumu.
Sembari memaksakan bibirnya untuk tersenyum, Xuanyi menjawab, "Shixun Ge, tunggu sebentar! Aku masih berganti pakaian."
"Aku tunggu di ruang makan."
Wu Xuanyi mengangguk meski Wu Shixun di balik pintu sana tidak mungkin melihat responsnya. Dia kemudian bangkit memperhatikan penampilannya kini yang masih berantakan. Rambut acak-acakan, hidung memerah, dan raut yang kucel membuatnya mendesah kasar. Segera Xuanyi menyambar satu setel pakaian cukup formal dan membawanya ke dalam kamar mandi.
Dalam hidupnya, Wu Xuanyi selalu berprinsip pada cinta karena terbiasa. Oleh karena itu, ketika dia memutuskan untuk menikah dengan Xiao Zhan, dia selalu berharap suatu saat Xiao Zhan akan mencintainya. Namun, tiga tahun sudah terlewati dan tidak ada tanda-tanda bahwa Xiao Zhan jatuh cinta padanya.