"Ge, apa kau tahu sesuatu?"
Xiao Zhan mengalihkan pandangan pada Johnny Wu setelah beberapa saat bertanya, tetapi tak kunjung mendapatkan jawaban apa-apa. Dia melihat Johnny terpegun, tatapan seolah-olah kosong, dan raut muka yang tak dapat dipahami Xiao Zhan. Dia berkata dalam hati, apa kiranya yang tengah dipikirkan oleh Johnny?
"Johnny Wu, kau mendengarku atau tidak?" Xiao Zhan menepuk bahu Johnny kali ini hingga membawanya keluar dari alam lamunan.
"Huh? Kau bicara apa, Zhanzhan?" tanya Johnny Wu setelah kesadarannya kembali.
"Kau tahu sesuatu?" Xiao Zhan mengulangi pertanyaannya. Menatap lekat Johnny dan memastikan lelaki itu menjawab rasa penasarannya. "Aku sedikit merasa janggal dan tidak nyaman saat Tuan Wang mengatakan bahwa aku bisa bertahan sejauh ini. Apa maksudnya itu?"
Sebenarnya Johnny juga cukup terkejut saat Wang Leehom berkata seperti ini. Bukankah itu terdengar seperti sosok yang tahu banyak tentang Xiao Zhan dan selalu mengawasinya sehingga dia tahu apa yang selama ini menimpa dan dialami Xiao Zhan. Tetapi mengingat Wang Leehom dan ayahnya bisa dibilang memiliki hubungan yang cukup haik, itu sepertinya bukan hal yang aneh lagi.
"Aku tidak tahu pasti." Johnny Wu berkata, "Mungkin dia menyelidiki identitasmu mengingat kau sekarang bersama putranya."
"Bersama, tapi kami bukan sepasang kekasih." Xiao Zhan memberikan penegasan, tetapi Johnny Wu justru hanya menanggapinya dengan kekehan ringan. Dia melanjutkan, "Aku hanya menumpang tinggal di tempatnya untuk sementara waktu. Saat keadaan sudah lebih baik, aku juga akan meninggalkan tempat itu."
"Aku tahu hubungan kalian memang belum jauh. Tapi Xiao Zhan, apa kau tidak pernah sekali pun memikirkan perasaan Wang Yibo?"
Pertanyaan itu cukup membingungkan bagi Xiao Zhan. Pasalnya Xiao Zhan sendiri tidak terlalu mementingkan hal itu. Wang Yibo memang pemuda yang baik, walaupun tertutup oleh penampilan bad boy ala lelaki seusianya. Tak dapat dipungkiri jika di dalam hatinya ada setitik celah yang telah diberikan untuk Yibo masuk ke dalamnya. Seperti labirin Xiao Zhan membiarkan Yibo masuk untuk menjelajah, dan membuatnya berusaha mencari jalan keluar sendiri.
Dalam arti kata, Xiao Zhan memberikan kesempatan, tetapi tidak sepenuhnya. Labirin adalah tantangan, dan semua tergantung pada Yibo sebagai pemain, akan menyelesaikannya atau justru menyerah dan berhenti di tengah-tengah.
"Menurutmu, haruskah aku memikirkannya?"
Johnny Wu melirik sekilas ke arah Xiao Zhan. Kemudian menyambar segelas wine dari seorang pramusaji yang kebetulan lewat, menyesapnya sedikit demi sedikit sebelum menjawab, "Aku tidak berpikir semua tergantung Yibo, tapi dalam hubungan kalian, kau adalah pengendali dan memiliki kuasa penuh untuk membawa permainan. Yibo adalah pemain, tapi dia tidak bisa menentukan arah permainannya karena semua sudah ditentukan. Jadi, di sini kaulah yang bertanggungjawab."
"Aku tahu kau masih menaruh hati untuk Shixun. tapi jika kau nekad ingin bersamanya," Johnny merendahkan tubuh, bibirnya berada di depan daun telinga Xiao Zhan, "aku tidak akan membiarkanmu," bisiknya.
Xiao Zhan terdiam, memikirkan perkataan Johnny yang sebagian besar memang benar. Dia telah memendam rasa pada Wu Shixun tidak hanya satu atau dua tahun, tetapi lebih dari satu dekade. Di mana selama hidup, Wu Shixun adalah sosok yang memberikan pengaruh besar untuknya. Jadi, bagaimana mungkin Xiao Zhan bisa semudah itu melepaskan hatinya yang telah ditawan? Kenyataan yang didapati beberapa waktu yang lalu sedikit menggoyahkan hati Xiao Zhan. Namun, bukan berarti itu menghilangkan rasa yang dimilikinya.
"Xiao Zhan!" Sesosok wanita cantik, dengan balutan gaun pesta sewarna emas yang elegan berseru menghampiri Xiao Zhan. Dia menyodorkan segelas wine dan berkata, "Aku senang kau datang. Kupikir kau tidak mau datang ke acara ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
WILDFIRE | YiZhan [✓]
FanfictionBermula dari perlakuan yang diperoleh semasa kecil, Xiao Zhan menjadi gemar berdandan dan mengenakan pakaian wanita. Kelainan yang dia derita ini akibat dari trauma berkepanjangan yang sewaktu-waktu dapat timbul tenggelam. Ketika dia memutuskan untu...