Bab 22 : Aberration

1.3K 252 96
                                    

💋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💋

Merasa diabaikan, Darren memasang senyum kecut. Tangannya bertumpu di atas permukaan meja menyangga kepala. "Percuma saja. Dia belum juga menampakkan batang hidungnya di sini, Wu Shixun ...."

Itu bohong.

"Ge, beritahu aku jika dia kemari. Aku pergi dulu!" pesannya lalu melenggang pergi begitu saja.

Darren menghela napas lega, ekor matanya melirik Xukun yang terkekeh-kekeh melihat aktingnya. "Berani mengejekku dengan tawa aneh seperti itu, kupotong gajimu!"

"Ge!" Xukun berseru tak terima. Kemudian melirik ke arah tangga yang menuju lantai dua dan bertanya, "Mereka masih di atas?"

"Ya," sahut Darren singkat.

"Kau tidak khawatir mereka akan baku hantam dan menghancurkan tempat tinggalmu?"

Darren menatap bingung. "Siapa? Johnny Wu dan Yibo?" Pertanyaan itu ditanggapi anggukan oleh Xukun, membenarkan siapa yang dimaksud olehnya. "Tenang saja, Yibo dan Johnny itu ... partner in crime."

"Hah! Bagaimana mereka bisa mengenal satu sama lain? Dilihat dari usia saja, jarak mereka terlalu jauh, Ge." Xukun tak percaya dengan apa yang meluncur dari bibir Darren tadi.

Tentu saja dia tak percaya, Yibo itu seumuran dengannya. Bisa dibilang masih bocah bau kencur.

"Aku juga tidak tahu bagaimana asal-usulnya, tetapi kalau boleh kutebak maka hanya ada satu jawaban yang kemungkinan besar itu benar seratus persen." Sejenak manik Darren menerawang, menatap kosong hingar-bingar club yang malam yang semakin menampakkan kesemrawutan.

"Bisnis," lanjutnya.

***

Sekitar enam-tujuh tahun yang lalu, Johnny Wu mendatangi sebuah rumah sakit setelah mendapatkan kabar adiknya tak sadarkan diri di sekolah. Saat itu dia berpikir mungkin Shixun hanya kelelahan atau kurang istirahat saja mengingat aktivitas adiknya yang cukup banyak. Namun, fakta lain justru mengejutkan dirinya ....

"Bipolar?!" Johnny Wu berseru lantang. Dalam nada suaranya ada secercah rasa tak percaya mendengar kata yang baru saja diutarakan dokter yang hanya menatapnya iba.

"Dokter, ini pasti ada kesalahan." Dokumen di tangan dia sodorkan kembali pada sang dokter. "Mungkin saja hasil analisa ini tertukar dengan pasien lain. Dokter, ayolah! Jangan bercanda seperti ini. Kau tahu, dia adikku masih remaja dan dia hidup dalam keluarga serba kecukupan, tidak pernah mengalami pembulian atau kekerasan sedikit pun. Bagaimana mungkin penyakit semacam ini menyarengnya?"

"Tuan Wu, saya mohon Anda untuk tenang."

Tenang?

Di saat seperti ini bagaimana mungkin dia bisa tenang. Satu menit yang lalu, semua masih baik-baik saja, tapi sekarang ... dan apa yang akan dia katakan pada orang tuanya nanti. Johnny Wu menunduk dalam, memijat kedua pelipisnya yang mendadak terasa sakit.

WILDFIRE | YiZhan [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang