Chapter 27.

112 5 1
                                    

***

Sean berjalan dengan langkah menghentak. Wajahnya tampak keras dan merah padam. Napasnya menderu. Dan ketika tangannya mencapai pintu, tenaganya terlepas, mendorong daun pintu dengan keras. Membuatnya terbanting terbuka dan menimbulkan suara keras.

Ashleen yang tengah bersama Jessica melompat kaget. Begitupun Jessica. Gadis itu terkesiap melihat aura wajah Sean yang tampak emosi. Melihat apa yang ada dalam genggaman tangan Sean, dia menelan ludah, lalu melirik Ashleen yang tampak sudah memucat di tempatnya.

"Ash--"

"Just go!" sela Ashleen pelan tapi tegas.

"Tapi--"

"Tidak apa-apa, Jess!" tukas Ashleen menoleh. Menatap Jessica, yang tampak khawatir dan hampir menangis.

"I will be fine." ucap Ashleen tersenyum meyakinkan.

Sean sudah berdiri beberapa langkah dari tempat mereka, ketika Jessica berdiri lalu berpamitan pada Ashleen.

Mereka membisu sampai Jessica benar-benar keluar dari ruangan dan pintu sudah menutup. Beberapa detik kemudian, terdengar gebrakan yang membuat Ashleen melojak kaget, dan mengkerut takut ketika Sean melempar apa yang digenggamnya sedari masuk tadi. Sebuah majalah fashion dengan sampul depan menampilkan Ashleen dan Dave.

"Can't you explain about this?" ucap Sean dengan suara tertahan. Tampak jelas laki-laki itu tengah menahan emosi.

Ashleen melihat majalah itu sebentar. "Aku tidak tahu jika Dave juga jadi model pria untuk Dior musim ini." kata Ashleen bergetar.

Sean diam. Matanya menatap Ashleen tajam dengan rahang yang mengeras. Sementara yang ditatap membalas dengan tatapan pasrah dan hampir menangis.

Sean menelisik wajah gadis yang dicintainya itu. Wajah cantik itu tampak pucat dengan mata ambernya yang jelas menyorotkan ketakutan. Perasaan bersalah merayapi hatinya. Sean sadar, cemburu yang bergolak di dadanya membuatnya kepalanya panas dan dia dikuasai oleh emosi.

Laki-laki itu mengerjap. Memalingkan wajah, lalu memejamkan matanya sejenak seraya menghela napas dalam. Dan begitu membuka matanya, jelas terlihat matanya meredup. Sean berbalik ke arah Ashleen.

"Kemarilah," hembusnya sembari merangkul bahu Ashleen, memintanya untuk berdiri.

Ashleen menurut. Gadis itu berdiri dan langsung masuk ke dalam pelukan Sean. Tangan Sean menyentuh belakang kepala Ashleen, membuat gadis itu seketika tergugu dan kemudian tangisnya tumpah di dada Sean.

"I am sorry, Sweety...i am sorry..." bisik Sean menciumi kepala dan membelai rambut Ashleen.

Ashleen mengangguk di sela isak tangisnya. Kedua tangannya melingkar memeluk pinggang Sean.

Sean sekali menarik napas, "Aku terlalu cemburu. Aku terlalu takut," desah Sean dengan nada menyesal.

"Aku juga minta maaf," balas Ashleen terisak pelan.

Sean cepat melepas pelukannya, meraup wajah Ashleen, mengusapkan jempolnya menghapus airmata di pipi Ashleen.

"No! Jangan minta maaf untuk itu!" kata Sean, lalu memegang kedua tangan Ashleen, diciumnya dengan lembut.

"Aku terlalu ketakutan begitu melihat kalian bersama seperti itu." ungkap Sean mengusap pipi Ashleen.

"Aku mengerti kemarahanmu, Sean. Aku mengkhawatirkanmu sejak sesi pertama pemotretan itu," ucap Ashleen tertunduk. Lalu kembali mendongak menatap Sean dengan sorot mata cemas.

Pure Girl ( OnGoing-Revisi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang