Chapter 24

146 6 2
                                    

***

Pertunjukkan Victoria's Secret kali mendapat isu miring. Berita tentang adanya skandal model anoreksia, pelecehan seksual oleh petinggi L Brands, dan adanya terpaan pandemi virus mematikan yang menyebar dari salah satu negara Timur, yaitu China.

Sekumpulan gadis supermodel tengah berkumpul di salah satu ruang ganti. Pertunjukkan selesai 2 jam lalu. Tapi mereka masih betah disana. Mereka sedang memberi dukungan pada Ming Xi, model Victoria asal China.

"Apa kau sudah menghubungi keluargamu, Missy?" tanya Jenner bersuara. Gadis itu tak pernah jelas menyebut nama Ming Xi.

Ming Xi menggeleng lemah. Kami terdiam menghela napas prihatin. Sama-sama menatap lantai setengah melamun.

"Aku lihat beritanya, korban virus itu semakin bertambah ribuan setiap hari. Bahkan korban meninggal hampir mencapai seratus ribu orang..." Adriana berkata lirih.

Ming Xi menggeleng.
"Terakhir aku melakukan kontak dengan kakakku, dia seorang dokter di salah satu Rumah Sakit yang merawat pasien Covid-19, yang dia lihat bahkan mungkin lebih dari itu...." tutur Ming Xi lesu. Wajahnya jelas sendu.

"Ada isu katanya pemerintah memanipulasi data korban yang sebenarnya sudah lebih dari seratus ribu orang, belum dihitung dengan kasus dugaan dan pasien baru..." tambah Barbara, dia mengangkat bahunya.

Kami kembali terdiam. Ming Xi tertunduk, menumpukkan kepalanya di meja rias. Adriana mendekat, memeluk gadis itu memberi dukungan. Yang lainnya tersenyum tipis ikut berempati.

Ashleen hanya diam mendengarkan sedari tadi. Dia ikut sedih melihat Ming Xi terisak pelan di meja rias. Tepat saat itu ekor matanya menangkap bayangan Lucy melewati pintu ruang ganti dimana mereka berada.

Ashleen bangkit dari kursinya.

"Kau sudah mau pergi, Ashleen?" tegur Barbara menoleh padanya.

Ashleen membelalak. Entah kenapa dia merasa ada sesuatu yang Lucy sembunyikan, sehingga dia pun berpikir untuk merahasiakan itu dari teman-temannya.

"O-oh..belum..aku mau ke toilet sebentar.. " jawab Ashleen tersenyum santai seraya merapatkan jubah sutranya.

"Aku kira Mr.Connor-mu itu sudah datang menjemput..." goda Adriana. Disambut suara jahil yang lainnya.

Ashleen terkekeh. Tak urung wajahnya terasa menghangat karena tersipu.

"Dia sedang sibuk hari ini..." kata Ashleen tersenyum simpul.

Terdengar helaan napas panjang penuh sesal beberapa gadis.
"Padahal kami berharap bisa bertemu dengan tunanganmu itu..." desah Barbara seakan kecewa. Diakhiri tawa gadis-gadis lainnya.

Ashleen berusaha tertawa. Bukan apa-apa, pikirannya terkunci pada Lucy, dia mengkhawatirkan gadis itu.

"Mungkin lain kali, Barb..." kekehnya.

Barbara tertawa seraya berkata dia hanya bercanda. Yang lain bersorak menjahilinya.

Ashleen cepat-cepat beranjak keluar dari ruang ganti. Setengah berlari sambil berusaha agar tak langkahnya tak bersuara. Bergegas ke arah perginya Lucy tadi.

Ashleen terengah pelan sambil membetulkan jubahnya. Dia sampai di lorong ruangan kerja para staff yang bersekat kaca, yang berseberangan dengan ruangan direksi yang tertutup. Ruangan tampak sepi, Ashleen hanya melihat satu dua orang yang terlihat masih ada di kubikelnya masing-masing didekat jendela.

Ashleen celingukan, mencari tanda-tanda keberadaan Lucy. Entah kenapa jantungnya berdebar semakin cepat.

Saat melewati satu ruangan, telinga Ashleen menangkap suara perempuan. Sontak langkahnya terhenti. Ashleen mengikat tali jubahnya dengan kencang di pinggang. Mengendap perlahan, Ashleen merapatkan tubuhnya ke pintu ruangan. Menempelkan telinganya ke daun pintu. Jantungnya semakin berdebar begitu menangkap suara pria dan wanita dari dalam.

Pure Girl ( OnGoing-Revisi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang