Chapter 2

1.3K 38 0
                                    

***

Pagi hari di apartemen Ashleen, gadis itu sudah bangun. Banyak yang harus dia lakukan hari ini. Semua hal penting hilang kemarin. Mulai dari kartu identitas, atm, kartu kredit, SIM, juga keperawanannya ... yang terakhir tentu tak bisa ia perbaiki.

Ashleen membagi-bagi tuna cincang ke wadah-wadah kecil plastik, juga satu wadah plastik agak besar bertuliskan Mr.Angus di pinggirnya. Seekor kucing scottish fold abu-abu dan 4 ekor anak kucing sudah menunggunya di bawah meja.

"Here ... enjoy your all breakfast, Buddies!" kata Ashleen. Dia lalu berjongkok menyodorkan wadah-wadah itu, yang segera disambut oleh kucing-kucing itu.

Tampak Mr.Angus menggeram pelan seraya makan lalu sebentar-sebentar menoleh pada satu kucing paling kecil. Sepertinya Mr.Angus sedang mengajarinya makan. Kucing kecil itu terlihat ragu-ragu sebentar, lalu sambil memperhatikan Mr.Angus makan, ia maju pelan-pelan mengendus makanannya. Perlahan ia mencicipi, ketika lidahnya sudah merasakan rasa ikan tuna itu, seterusnya dia pun makan dengan lahap seperti saudara-saudara angkatnya yang lain.

Ashleen tersenyum gemas seraya mengelus kepala Mr.Angus, kucing itu mendongak sebentar menatap Ashleen. Seperti bertanya.

"Kamu jadi pengasuh juga guru yang baik untuk mereka, Mr.Angus." ucap Ashleen.

Seperti mengerti akan perkataan Ashleen, Mr.Angus menggeram sebentar lalu kembali makan.

Untuk beberapa saat Ashleen masih berjongkok memandangi anak-anak bulunya makan. Mereka satu-satunya alasan yang membuat Ashleen bertahan sejak kejadian kemarin. Terdengar terlalu sentimentil, tapi memang begitu adanya.

Suara bel pintu apartemennya berbunyi. Ashleen menoleh dengan kening berkerut. Tak biasanya ada tamu. Dengan malas ia berdiri, berjalan menuju pintu. Tanpa memeriksa dulu ke layar intercom, Ashleen membuka pintu.

Ashleen terbengong. Tak ada siapapun diluar. Ia menoleh ke kiri kanan lorong apartemen. Sepi. Ia menunduk, mendapati ada sebuah kotak hadiah teronggok begitu saja di bawah kakinya. Dia lalu mengangkatnya, dan memeriksa kotak, siapa tahu ada nama pengirim. Tapi, nihil. Dus itu seperti dikirim langsung tanpa melalui jasa pengantar barang.

Please
Take Me In

Baca Ashleen dalam hati. Sekali lagi ia menengok kiri kanan memastikan siapa tahu paket itu salah kirim. Tapi benar kotak itu tepat di depan pintunya. Ashleen mengangkat bahu sebentar. Masa bodoh jika salah kirim, pikirnya. Lalu kembali masuk dengan membawa kotak itu.

Ashleen meletakkan kotak di atas meja makan. Mr.Angus melompat naik. Mengeong menatap Ashleen. Seakan bertanya sambil memperhatikan kotak berwarna hitam di depannya.

"Aku tidak tahu, Mr.Angus ... sepertinya ada yang diam-diam jadi secret admirer-ku." jawab Ashleen tertawa kecil.

Ashleen membuka kotak itu. Ia tertegun begitu melihat isinya.

Tasnya yang hilang tergeletak di dalam sana, selain itu ada satu kotak lagi. Cepat Ashleen mengambil tas mungil itu. Membukanya, memeriksa isinya. Semuanya lengkap. Termasuk uang tunai 200ribu miliknya.

Ashleen mengerutkan kening. Senang akhirnya ia tidak perlu ke bank atau kantor polisi mengurusi kartu-kartu yang terselip di dalam dompetnya. Tapi ia juga heran bagaimana bisa tasnya kembali langsung ke apartemennya. Terakhir kali ia kehilangan tas adalah di hotel itu ...

Mata Ashleen membelalak. Ia ingat! Mungkinkah cowok maniak itu yang mengambil tasnya kemarin?!

Ashleen mengeluarkan kotak itu dari dalam paket, tangannya menimangnya. Ia berjalan ke arah sofa, lalu duduk disana. Agak ragu ia membuka kotak itu, dan untuk kedua kalinya ia tertegun, kali ini sambil mengerutkan kening.

Pure Girl ( OnGoing-Revisi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang