Chapter 12

246 10 0
                                    

***

Ashleen menebar pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Ada banyak kenangan di apartemen dengan gaya studio itu. Campur aduk.

Ashleen menggigit bibir merasakan tangis yang mendesak di tenggorokan. Tangannya mengeratkan pegangannya pada pegangan koper yang sudah rapi disebelah kakinya. Diusapnya airmata yang hendak jatuh. Lalu menghela napas dalam-dalam.

"Tenang, Ashleen...jangan terlalu emosional sekarang." gumamnya seraya menghembuskan napas perlahan.

Sepasang tangan menyelusup diantara pinggangnya. Dibarengi perasaan hangat melingkupi tubuh belakangnya. Wajah Sean muncul dibahunya.

"Sudah siap? Hmm..." ucap Sean seraya menghirup wangi rambut Ashleen di lehernya.

Ashleen menggelinjang geli.
"Hentikan, Sean!" serunya tertawa memukul lengan laki-laki itu yang melingkari perutnya.

"Aku yakin kau terangsang, Sayang..." bisik Sean di telinga gadis itu.

Ashleen merona merah, menahan napas merasakan percikan gairah. Jilatan lidah Sean di cuping telinga sontak menyulut api gairahnya.

"Kau jahat, Sean ! Hentikan !" desah Ashleen meronta pelan antara ingin melepaskan dekapan Sean dan merasakan cumbuannya.

Sean tertawa pelan. Menghentikan ciumannya lalu memutar tubuh Ashleen dalam dekapannya. Membuat gadis itu menghadapnya.

"I can't wait, Honey..." ucap Sean memandangi wajah Ashleen dengan gemas.

Ashleen terengah. Ia tersenyum menggoda seraya mengalungkan kedua lengannya di leher Sean.

"Ayahku akan membunuh kita berdua jika kita tinggal bersama di New York, Sean..." ujar Ashleen menahan tawa.

Sean memberengut, menarik salah satu sudut bibirnya. Ashleen tertawa gemas. Ditariknya leher Sean, menipiskan jarak wajah mereka. Mencium bibir laki-laki itu dengan gemas. Melumatnya dengan lembut.

"Uh..." lenguh Sean tertahan. Menarik tubuh Ashleen semakin merapat ke tubuhnya. Mereka berciuman dengan hangat.

"CIUM TEROOOOSSSSS SAMPE NEW YORK SANA...!!!"

Kaget. Ciuman mereka sontak terlepas. Bersamaan menoleh ke arah suara cempreng yang sudah pasti milik siapa lagi.

Casie bersedekap tangan berdiri memandangi kedua insan itu. Nathan berdiri di belakangnya seraya cekikikan mengejek diam-diam.

"Hai, Case...!" sapa Sean tanpa melepas rangkulannya. Tersenyum lebar tanpa merasa bersalah. Ashleen nyengir sambil meronta pelan berusaha melepas tangan Sean yang menahannya.

"Disini aja udah cipokan mulu, gimana entar disana ?! Bisa hamil duluan lo Ash !" sembur Casie memasang wajah galaknya.

Sean tergelak. Membuat Ashleen mengambil kesempatan melepaskan diri. Lalu menonjok bahu laki-laki itu dengan gemas. Yang ditonjok cuma meringis sambil tertawa.

"Shut up, Babe !" gerutu Ashleen.

"Sumpel aja tu mulutnya pake celana dalam lo, Ash !" sambung Casie gemas.

Nathan tertawa mendengarnya. Kebiasaan Casie yang bicara tanpa saringan sudah tidak aneh.

Ashleen memutar bola mata kesal. Sementara Sean tertawa senang.

"Jangan, Sayang ! Nanti aku tidak bisa memuaskanmu dengan bibir ini dibawah sana !" celetuknya.

Ashleen melotot dengan wajah merah padam. Casie melempar bantal dengan murka ke arah Sean. Sementara Nathan semakin terbahak-bahak. Sampai memegangi perutnya yang mulai kram.

Pure Girl ( OnGoing-Revisi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang