Chapter 28

127 7 4
                                    

***

Sean terbangun. Dia menggeliat namun tertahan, mendapati Ashleen tertidur lelap di lengannya. Tangan gadis itu memeluknya posesif. Membuatnya tersenyum. Sesaat dia hanya bisa diam, memandangi wajah cantik itu. Merasa sangat kejam, mengingat beberapa jam lalu dia membuat mata amber itu bergetar ketakutan.

Sean menghela napas. Menatap langit-langit.

Dia terlalu terbakar cemburu saat melihat majalah yang memasang Ashleen dan Dave menjadi sampul depan. Kekhawatiran menyapa pikirannya.

Khawatir media mengorek semua masa lalu kekasihnya, dan itu tidak akan bagus. Apalagi ada Dave yang turut andil di awal pertama dia mengenal Ashleen.

Dia mencemaskan gadisnya.

Sean melirik jam di nakas. Dia mendengus mendapati angka digital jam itu menunjukkan jam setengah 12 malam. Biasanya itu justru adalah jam tidurnya. Tapi kali ini, dia malah terbangun setelah sama-sama tertidur dengan Ashleen.

Sean tak bisa menahan senyum, menyusuri wajah cantik itu dengan ujung jarinya. Merengkuh tubuh polos itu semakin merapat padanya. Merasakan kehangatannya tanpa terhalang suatu apapun di dalam selimut.

Ashleen terusik. Gadis itu menggumam lirih dalam tidurnya. Sembari menarik 'guling'nya semakin rapat. Membuat si guling semakin merapatkan bibir menahan senyum senang. Kemudian mencium kening Ashleen dengan penuh cinta.

Ya. Ini bahkan masih tengah malam. Untuk apa dia terbangun?

***

Jane membelalak begitu membuka pintu.

"Kupulangkan si bodoh ini." gerutu Alex alih-alih menyapa Jane yang terbengong, memberi jalan padanya untuk masuk. Setengah menyeret Dave yang terkulai tak sadarkan diri di bahunya.

Cepat-cepat Jane menutup pintu. Mengikuti Alex ke dalam ruangan.

Alex menghempaskan tubuh besar Dave di sofa panjang. Lalu menghembus napas kasar dan terengah. Dia sendiri kemudian menghempaskan dirinya di sofa singel. Terengah-engah mengatur napas.

Lebih baik mendaki Gunung Everest atau bercinta dengan banyak gadis daripada mengurusi badan besar berotot yang sedang mabuk setengah mati, umpatnya.

Jane menyodorkan segelas air dingin. Yang langsung disambar dan diteguk habis oleh Alex. Laki-laki itu menarik napas lega begitu tenggorokannya terasa basah.

"Terimakasih." kata Jane seraya duduk, gadis itu merapatkan baju tidurnya.

Alex meliriknya, gadis itu tampak berbeda dengan kesehariannya ketika mengurusi keperluan Dave. Apa matanya tidak salah lihat, jika malam ini Jane tampak menggoda dengan rambut kusut masai bangun tidurnya dan tanpa kacamatanya.

"Alex?"

Alex mengerjap kaget. Jane menatapnya heran. Dia tersenyum merutuki pikirannya. Mungkin dia juga sedikit mabuk.

"Ah, ya." ujarnya. "Si bodoh ini mabuk berat. Dia bahkan tidak bisa mengangkat kepala batunya itu." lanjutnya menunjuk Dave yang terlelap di sofa.

Mata Jane beralih pada Dave. Alex sedikit terpukau melihat manik hazel gadis itu diterpa cahaya lampu dari ruang makan.

Cepat dia menggeleng. Mengenyahkan bayangan-bayangan terkutuk dari imajinasinya. Lalu cepat berdiri.

Pure Girl ( OnGoing-Revisi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang