Chapter 25.

194 7 5
                                    

***

Sesi pemotretan majalah Style.

Ashleen meluruhkan bahunya begitu kilat lampu kamera terakhir selesai. Senyumnya yang semula berkembang ceria di wajahnya menghilang seketika. Wajahnya sendu. Jessica menghampiri seraya menyampirkan kimono ke bahu gadis itu.

"Are you ok, Dear ?" tegur Jessica menatap Ashleen heran.

Ashleen tersenyum sekilas seraya mengangguk. Mereka lalu berjalan menuju ruang ganti. Jessica menahan diri untuk bertanya. Ashleen lebih banyak diam hari ini. Dia tampak murung meskipun dia tetap profesional saat pemotretan. Tapi Jessica tahu gadis itu sedang gundah.

Sean muncul di ambang pintu. Tersenyum begitu Ashleen menoleh padanya.

"Your prince's here..." goda Jessica mengerling. Berusaha membuat Ashleen tersenyum.

Ashleen tersenyum.
"Thank you for today, Jess..." balasnya mengusap lengan Jessica sebelum asistennya itu pergi.

Jessica melewati Sean. Mata mereka bertatapan. Sean mengerti ada banyak tanya di mata Jessica yang berkerut kening seraya mengerling diam-diam ke arah Ashleen. Sean hanya menarik sudut bibirnya tersenyum samar. Merasa tak akan mendapat jawaban saat itu, Jessica pun meneruskan langkahnya keluar dari ruang ganti.

Sean melangkah mendekat. Ashleen tengah merapikan barang-barangnya ke dalam tas.

"Ice cream ?" kata Sean memeluk Ashleen dari belakang. Menatapnya lewat cermin. Gadis itu tersenyum cerah. Mengangguk senang.

Sean berlutut, memutar kursi Ashleen hingga menghadap padanya. Ashleen menunduk melihat Sean yang menatapnya lembut.

"Sebelum itu..." bisik Sean meraih wajah Ashleen yang merona.

Ashleen semakin menunduk, tangannya meraba tengkuk Sean. Bersamaan memejamkan mata begitu bibir mereka beradu dengan manis.

.
.
.

Miguel memijit pelipisnya yang berdenyut. Berita mengenai Covid-19 sudah memasuki New York membuatnya pusing. Pemerintah sudah menerapkan pembatasan interaksi sosial di seluruh wilayah yang terdapat kasus pasien pertama. Sebagai kota pusat ekonomi Amerika, tentunya New York mempersiapkan diri untuk mengantisipasi adanya penyebaran virus itu.

Bandara-bandara besar internasional ditutup sampai waktu yang belum ditentukan. Tempat-tempat keramaian pun ikut terkena dampak. Mereka menutup toko dan mall-mall besar. Bahkan jalur kendaraan umum sudah dibatasi trayek dan jumlah penumpangnya.

Orang-orang diwajibkan memakai masker dan menjaga jarak satu sama lain. Bahkan kantor-kantor mulai menerapkan sistem bekerja dari rumah untuk karyawannya.

Jessica mengetuk pintu ruangan meskipun dia sudah melongokkan kepalanya dari balik pintu.

"Bos..?" sapanya.

Miguel menghela napas.
"Ya, masuklah." sambutnya tak semangat.

Jessica melangkah masuk. Lalu menutup pintu kembali. Berjalan mendekat kemudian duduk di kursi dihadapan meja Miguel. Menatap laki-laki modis yang terlihat lesu itu.

"Ada banyak pembatalan sesi dan tinjau ulang kontrak...." hembus Miguel menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.  "Kita juga tidak bisa mengambil resiko gadis-gadis kita terpapar virus sialan itu !" lanjutnya gusar. Wajahnya memberengut.

"Jadi bagaimana selanjutnya ? Aku juga terpaksa membatalkan semua sesi foto outdoor di jadwal Ashleen..." imbuh Jessica lesu. Beberapa klien kecewa, tapi mereka pun tak bisa menuntut apa-apa dengan situasi seperti sekarang ini. Masih untung mereka kemudian meminta ganti sesi foto dalam ruang, meskipun dengan prosedur kesehatan yang ketat yang dianjurkan pemerintah.

Pure Girl ( OnGoing-Revisi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang