Chapter 16

227 10 0
                                    

***

Sean berkali-kali menjambak rambutnya. Dia berusaha berkosentrasi membaca setiap dokumen yang harus dia tandatangani. Tapi pikirannya tak tenang.

Semua orang bahkan dunia mode tahu Victoria's Secret. Merk pakaian dalam dan lingerie bergengsi. Bahkan laki-laki pun berpikir akan memberi hadiah sepasang pakaian dalam dengan macam motif itu untuk hadiah istri atau kekasihnya. Dan Sean tahu benar bagaimana pertunjukkan setiap musimnya. Jajaran model terkenal bahkan supermodel bermimpi bisa tampil memakai setelan pakaian super mini itu diatas catwalk dan jadi sorotan dunia.

Pintar sekali, mereka bisa membuat definisi wanita berpakaian minim bukan lagi terlihat vulgar, tapi cantik dan eksklusif. Juga harga seorang model yang ikut serta didalamnya bisa semakin tinggi dan berkelas. Tak heran Ashleen pun begitu senang saat mendapat tawaran casting itu. Hanya casting!

"Sepertinya kau butuh udara segar..."

Sean mendongak. Hannah sudah berdiri didepan mejanya. Bersedekap tangan.

Sean menghela napas. Bersandar di kursi. Melonggarkan dasinya.

"Ada apa, Mom?" tanyanya seraya menghirup sisa kopi di cangkirnya.

Hannah duduk memperhatikan anak lelakinya yang tampak penat itu.

"Kau kenapa, Sean? Ada masalah dengan Ashleen?" tebak Hannah. Dia paham tidak ada hal lain yang bisa membuat kacau putranya itu selain Ashleen.

Sean memijit kepalanya.
"Nah! She's fine!" jawabnya menyandarkan kepalanya.

Hannah menumpu kedua lengannya di meja. Wajahnya maju memperhatikan Sean dengan mata memicing.

"Are you sure?" desaknya.

Sean memutar bola matanya. Lalu menghela napas keras.

"Baik. Aku khawatir, Mom!" tukas Sean mengusap wajahnya dengan kasar.

Hannah tersenyum menang sambil kembali bersandar di kursi.

"Apa sebabnya? " tanyanya datar.

Sean terdiam sejenak.

"Dia mendapat undangan untuk casting VS..." desah Sean lemah.

Hannah tertawa. Matanya berbinar.
"Dia memang cemerlang! Aku tidak kaget mendengarnya!" serunya bertepuk tangan.

Sean mendelik kesal.
"Mom!"

Hannah terkekeh.
"Kenapa, Sean? Aku yakin Ashleen bukan tipe gadis yang akan membuang kekasihnya seperti Claudia dulu..."

Sean melotot.
"Kenapa wanita itu kau sebut lagi?!" katanya jengkel.

Hannah tertawa. Sepertinya hari ini dia menikmati menyiksa putranya.

"Kau khawatir soal apa, Nak?" tanyanya kemudian. Suaranya melembut.

Sean terdiam. Menatap meja.
"Aku tidak tahu. Aku hanya khawatir....aku tidak rela dia-..."

"Lamar dia!" potong Hannah.

Kepala Sean menoleh cepat. Hannah menggerakkan bahunya.

"Kenapa? Aku hanya memberimu ide, Anakku..." ucap Hannah santai.

Sean menatap Hannah ragu.
"Tunangan?" ulangnya pelan.

Hannah mengangguk. Tersenyum melihat wajah puteranya itu terlihat ragu-ragu dan bingung.

"Apa menurutmu dia bersedia?" hembus Sean bimbang.

Hannah menyentuh tangan Sean hangat.

"Apa yang membuatmu ragu, Sayang? Aku yakin, sebagai seorang gadis dia juga mengharapkan kejutan besar seperti itu..." tutur Hannah memberi semangat.

Pure Girl ( OnGoing-Revisi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang