Chapter 13

228 9 0
                                    

***

Bagaimana apartemennya, Sayang?

"It's gorgeous, Sean! Dan menurutku ini berlebihan, aku tidak bisa tinggal disini."

Wait, what?! Apa maksudmu? Kau tidak suka desainnya? Cat-nya? Katakan saja, nanti aku bisa merubahnya lagi untukmu-..

"No, Sean! Sorry, but...this is too much...! Aku tidak bisa tinggal disini..."

Ashleen menjepit ponsel diantara telinga dan bahunya. Ia menggigit bibir merasa tidak enak karena menolak tawaran Sean. Tapi, memang bukan ini yang dia inginkan.

Terdengar helaan napas Sean di seberang sana.

Baiklah. Lalu, kau akan tinggal dimana, Sayang?

Ashleen tersenyum.
"Mungkin kau bisa menemaniku mencari flat di sekitar sini...?"

Flat?! Ya ampun, Ashleen...! Kau bahkan bisa meminta sebuah penthouse pribadi pada Abraham, kenapa harus sebuah flat?!

Ashleen beralih memegang ponselnya, lalu berjalan ke balkon. Mata ambernya menebar menikmati pemandangan pusat kota New York. Nyonya Liberty bahkan bisa terlihat dari tempatnya berdiri sekarang.

"Kau tahu, Sean...aku kesini bukan untuk bersenang-senang...aku ingin memulai semuanya dari nol disini...dan aku yakin kau pasti akan menemaniku bukan?!"

Kau tahu aku akan selalu ada meskipun kau membenciku, Ashleen...

Ashleen tersenyum lebar. Ia mengusap sudut matanya yang hampir menitikkan airmata.

"Lalu...mari kita mulai itu sekarang...!"

Ashleen menutup sambungan telepon. Ia menatap gedung-gedung pencakar langit yang mengakar di seluruh penjuru kota. Udara masih terasa segar pagi itu. Ia tersenyum menghela napas lega.

Babak baru hidup Ashleen Crawford akan segera dimulai.

***

Ashleen tertawa lebar bersama seorang wanita paruh baya berkulit hitam. Wanita gemuk itu tampak menyukai Ashleen.

"Kau bisa mengatur flat-mu sendiri sesukamu, Dear...hubungi aku jika ada apa-apa, okay?!" ujar wanita itu merangkul lengan Ashleen.

Ashleen tersenyum mengangguk senang.
"Tentu saja, Grace! Terimakasih karena berbaik hati padaku..." balas Ashleen tulus.

Grace menggeleng.
"Tidak, Sayang...kau menjulang tinggi seperti cucu perempuanku...kau mengingatkanku padanya..." kata Grace yang memang tinggi badannya hanya sebahu Ashleen.

Ashleen memeluk Grace sebentar sebelum wanita itu berpamitan keluar dari ruangan.

Ashleen menghela napas lega.
"Wanita tua yang baik hati..." desah Ashleen, lalu menoleh pada Sean yang sedari tadi 'diabaikan' olehnya.

"Iya kan?" ujarnya menahan senyum melihat wajah Sean yang terlihat kesal.

Sean menarik kedua sudut bibirnya kebawah. Dia lalu menghela napas seraya menebar pandangannya ke seluruh ruangan yang terlihat luas dan masih kosong.

"Well...sekarang sepertinya kita harus belanja untuk mengisi flat-mu...dan jangan menolak kali ini!" ujar Sean sambil mengangkat tangan ketika dilihatnya Ashleen hendak bicara.

Ashleen menutup mulutnya yang sempat terbuka.
"Baik...terserah kau saja..." hembusnya pasrah.

Sean tersenyum puas.

"Beli yang biasa saja, okay? Asalkan itu berguna. Jangan boros!" lanjut Ashleen tegas.

Sean terkekeh.
"Yes, ma'am..!"

.
.
.

Beberapa jam kemudian. Dua buah mobil kontainer berukuran sedang dengan logo toko peralatan rumah ternama parkir didepan bangunan flat.

Ashleen mengurut pelipisnya sendiri dengan gemas seraya berkacak pinggang melihat para pekerja itu saling mondar mandir mengangkuti barang-barang itu kedalam flatnya. Sementara Sean nyengir puas.

Flat 'sederhana' itu kini terlihat elegan. Tak dipungkiri, Ashleen menahan senyum melihat isi flatnya kini.

"You smile, huh?" sindir Sean mencolek bahu Ashleen.

Ashleen mengerling. Gadis itu tak mampu menahan senyum lebarnya.

"Baik. Aku suka semua ini..." ujarnya seraya mengangguk-angguk menebarkan pandangannya.

Sean senyum miring mendekati Ashleen. Meraih pinggang gadis itu merapat kepadanya.

"I want my reward..." bisik Sean di telinga Ashleen.

Ashleen menggelinjang geli. Didorongnya dada Sean.

"Tidak, Sayang...not for now!" tahan Ashleen menggoyang-goyangkan telunjuknya.

Sean menarik sudut bibirnya. Wajahnya tidak senang. Ashleen tergelak. Dengan cepat mengecup bibir Sean dengan gemas.

"Kapan kita bertemu ibumu?" tanya Ashleen tersenyum.

Wajah Sean berubah cerah.
"Sekarang." jawabnya sambil dengan tiba-tiba memangku Ashleen dibahunya sampai gadis itu menjerit kaget dan tertawa.

"Tidak! Sean! Hentikan! Tidak sekarang...!" jerit Ashleen diantara tawanya.

Sementara Sean tak peduli, dia membopong tubuh Ashleen berjalan menuju satu-satunya kamar di flat itu.

***

What happen next?!

🤣

Yang kepo mau tahu nanti tunggu di chapter berikutnya yah 😚

Salam sayang
Emaknya fey
😊

Pure Girl ( OnGoing-Revisi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang