Chapter 9

391 14 0
                                    

*

Sean berjalan cepat menuju ruangan Steve. Segera menerobos masuk tanpa peduli apapun.

Steve tampak duduk dibalik meja kerjanya,sementara seorang perawat berdiri di sebelahnya. Tampaknya mereka sedang membahas sesuatu dilihat dari keseriusan wajah mereka seraya Steve menunjuk dokumen yang ada di meja.

Perhatian mereka beralih pada Sean. Melihat airmuka Sean yang terlihat tegang,Steve menyuruh perawat itu untuk keluar.

"Ada apa, Sean?"tanya Steve begitu mereka tinggal berdua. Meski dia tahu apa yang akan dibicarakan oleh keponakannya itu. Kedua siku Steve bertumpu diatas meja.

Sean menghampiri meja dengan terengah. Kedua tangannya bertumpu pada sudut meja.

"Apa yang terjadi padanya, Steve?" ucap Sean menatap putus asa.

Steve menghela napas. Ia menghempaskan punggungnya di sandaran kursi.

"Ashleen mengalami amnesia. Dimana dia tidak bisa mengingat satu kejadian yang dialaminya secara total. Tapi masih bisa mengingat kejadian masa lalu sebelum peristiwa terjadi. Ingatannya terhenti hanya sampai sebelum beberapa minggu pertemuannya dengan Sena. Jadi dalam hal ini, kau--" Tunjuk Steve pada Sean,"--adalah orang baru dalam hidupnya." tutur Steve.

Sean tercengang. Matanya menatap kabur. Apa ini mimpi?

Steve menghela napas.
"Dia mengalami guncangan hebat, Sean. Itu jadi salah satu penyebab ingatannya terhenti sebelum mengenal Sena dan kau. Oleh karena itu alam bawah sadarnya menghapus memori yang membuatnya tertekan."

Sean terduduk di sofa. Tertunduk memegangi kepalanya.

Saat itu pintu dibuka orang. Abraham muncul dengan badan besarnya. Dia terpaku melihat Sean berada disana.

"Silahkan masuk, Abe." sambut Steve ramah seraya berdiri. Dia memanggil nama kecil Abraham.

Abraham masuk. Ia tersenyum getir.
"Momen yang buruk untuk sebuah reuni, dude." ucapnya merangkul Steve. Saling menepuk punggung.

Abraham melirik Sean.
"Sedang apa dia disini?" celetuknya berkacak pinggang.

Steve menahan senyum. Mengajak Abraham untuk duduk. Sementara Sean tersenyum kecut. Ia duduk bersandar dengan tangan bertumpuk menyilang di dada. Bertahan.

Abraham menatapnya sebentar.
"Okay." gumamnya mengendikkan bahu.

Mereka pun mulai serius.

"Bagaimana keadaannya, Steve?" tanya Abraham dengan wajah khawatir.

Steve menghela napas.
"Dia kehilangan ingatan sebagian...kita bisa mengupayakan terapi untuknya..."

"Is it permanent?" tanya Sean.

Steve memandang Sean, "Bisa jadi." jawabnya singkat.

Abraham terdiam.
"Bagaimanapun asal dia bisa hidup bahagia, Steve..." ucapnya pelan.

Steve mengangguk.

Hening.

"Mungkin aku akan membawanya." ucap Abraham memecah sunyi.

Sean berpaling cepat, "Kemana?" tanyanya.

Abraham menatap Sean. Ia berdiri, menepuk bahu Sean.

"California." jawabnya lalu melangkah menuju pintu. Keluar dari ruangan.

Sean terpaku. Sontak saja pikirannya semakin kalut. Dia tak mau jauh dari Ashleen.

"Lepaskan dia, Sean...dia lupa keberadaanmu..."ucap Steve menghela napas panjang. Menatap keponakannya itu.

Pure Girl ( OnGoing-Revisi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang