Bismillahirrahmanirrahiim, semoga ada yang baca hehe
*************
"Alhamdhulillah akhirnya, Assalamu'alaikum Kapten Gibran!"
Kapten Gibran tertegun saat kembali mendengar suara itu, suara ketika dia hendak menelepon Fahri tapi salah angkat, suara Kismi Alisya Humairah, suara seorang gadis yang kini mempunyai tali hubungan dengannya.
"Assalamu'alaikum Ma, ini Kismi. Mama kemana aja sih kok baru nelvon? Kismi kan kangen. 2 minggu nggak denger suara Mama membuat Kismi setengah frustasi tau hehe. Ma Kismi mau cerita, badan Kismi pegel-pegel semua nih! Soalnya kasur tidurnya tipis banget Ma, pokoknya nanti kalau udah pulang Mama harus pijit Kisma ya, oke? Oh iya Ma, persiapan pernikahannya Kak Elsa gimana? Lancar semua kan? Kapten Gibran gimana Ma? Udah akrab sama Kak Elsa? Tau nggak Ma, ternyata disini nggak ada sinyal makanya pas hari Ahad kemaren Kismi nggak bisa nelvon apalagi video call-an. Terus gimana nanti Kismi menghubungi saat pernikahannya Kak Elsa? Gimana dong Ma?"
Kapten Gibran teringat potongan kalimat yang dilontarkan Kismi waktu itu.
"Halo? Kapten Gibran ada disana, kan?" tanya Kismi tanpa beban. Suaranya seceriah waktu ditelpon dulu.
Berbagai macam pertanyaan melayang-melayang di pikiran Kapten Gibran. Apa mungkin Kismi sudah mengetahui semuanya? Apa mungkin dia ikhlas menerimanya? Sepertinya tidak! Hal semacam ini tidak akan mudah diterima begitu saja oleh siapapun, tentunya masih akan ada drama yang terjadi.
"Assalamu'alaikum Kapten Gibran!" Kismi mengulang salamnya dengan nada penuh tekanan.
"Iya, Wa'alaikumsalam, siapa ya?" Gibran mengutuk pertanyaan yang dilontarkannya. Sudah sangat jelas disana terpampang foto Kismi tersenyum menunjukkan gigi gingsulnya bersama Bunda Anita.
"Halo, aku Kismi adik Kak Elsa, ini beneran Kapten Gibran, kan?"
"Oh kamu, iya benar saya Gibran, a-da apa?" tanya Gibran gugup.
"Nah, Kismi boleh nggak bicara sama Kak Elsa? Hapenya Kak Elsa nggak tersambung soalnya!"
Kapten Gibran terdiam, ternyata anak itu belum tau apa-apa. Dia masih berprasangka bahwa Elsa tengah bersamanya.
"Halo kapten? Maaf, Kismi ganggu aktivitas kalian ya? Aduh bentar banget kok, Cuma mau bilang kangen dan selamat menjadi istri! Selamat menjadi suami juga untuk kapten Gibran hehe!"
"Em, maaf saya sedang sibuk!" sahutnya datar.
"Astaghfirullah, minta waktu kak Elsa sebentar aja pelit banget ya Kapten Gibran ini! Yaudah, Kismi titip salam aja deh. Assalamu'alaikum!" tanpa menunggu jawaban salam dari Kapten Gibran, Kismi langsung memutuskan sambungan dengan sedikit kesal. Jika tidak segera diputus, khawatir akan keluar kata-kata protes lebih nyelkit dari lisannya.
"Wa'alaikumsalam!" jawab Kapten Gibran. Dilihatnya foto Kismi yang terpampang di profil Whattsapnya sekilas, lalu ponselnya kembali ia masukkan ke saku celanya.
Teluk Malaka, pukul 21.00 waktu setempat. Saat Kapten Gibran kembali ke Jawa besok, mungkin akan banyak hal yang berubah.
Kismi Alisya Humairah, nama yang kini mulai ia sebut didalam doa dan sujudnya.
***
"Bikes,bikes,bikes! Astaghfirullah!" Kismi berusaha menenangkan emosinya. Sambungan telephon dengan kapten Gibran barusan membuatnya kesal. Padahal, yang dia inginkan hanyalah berbicara sebentar saja dengan Elsa, untuk melepas sedikit rindu dan mengucapkan selamat menempuh hidup baru, itu saja.
Diraihnya buku biru diatas meja belajarnya. Buku diary generasi kedua setelah buku ungu.
Dear diary,
Astaghfirullah, ampuni Kismi yang tengah kesal dengan Kapten Gibran yang menyebalkan itu Ya Allah. Lembutkanlah hatinya, sehingga dia bisa menjadi kakak ipar yang baik dan tidak menjengkelkan lagi. Aamiin.
13 Januari 2020
Tok tok tok
"Assalamu'alaikum, Bunda boleh masuk?" tanya Anita di balik pintu yang sedikit terbuka.
"Wa'alaikumsalam Bun, masuk aja!" sahut Kismi, dikembalikannya lagi buku biru itu ke tempat semula.
"Ada apa Bun?" tanya Kismi saat Anita sudah berdiri disamping putrinya lalu mengusap lembut kepala Kismi yang tertutup mukena sutra.
"Sholihahnya Bunda kenapa? Kok cemberut wajahnya? Hm?"
Kismi tersenyum, naluri orang tua memang tidak pernah salah." Nggak papa kok Bun, barusan Kismi habis telephon kapten Gibran"
Raut kaget tergambar jelas di wajah Anita mendengar penuturan Kismi. "Memangnya kenapa kok Kismi telephon kapten Gibran segala? Kan bunda sudah bilang kalau pengantin baru tidak bisa diganggu hehe!" Anita tertawa sumbang.
"Pengantin baru harus sesibuk itu ya Bun? Emangnya mereka melakukan apa saja sih? Kismi jadi penasaran deh!" Anita kembali mengelus puncak kepala Kismi.
"Kalau waktunya sudah tepat, kamu pasti tau sendiri kok!" lirih Anita yang membuat Kismi merinding ngeri.
"Takut ih Bun! Oh iya Kismi mau cerita Bun, Mbaknya Nadia kan baru menikah dua bulan lalu, terus sekarang hamilnya hampir 2 bulan juga Bun, kok bisa ya?"
"Ya bisa aja dong, Kismi di sekolah udah belajar bab Reproduksi belum?" tanya Anita, kini posisi Kismi tidur di pangkuannya.
"Pernah bun, semester 2 kemaren!"
"Jadi intinya gimana kasus mbaknya Nadia itu?"
Kismi diam sejenak. "Oh berarti mbaknya Nadia melakukan produksi ketika masa subur ya Bun? Pantas saja, kata Nadia mbaknya memang tengah suci dari haidh seminggu sebelum menikah," Anita tersenyum puas, setidaknya Kismi sudah mengetahui perihal masalah itu.
"Memangnya kalau produksi di waktu subur langsung jadi bayi ya Bun?"
"Ya tergantung,"
"Tergantung apa bun?"
"Tergantung sedikasihnya Allah, jika Allah sudah berkehendak menitipkan amanah berupa anak, maka ya besar kemungkinan seseorang langsung hamil nak," Kismi manggut-manggut mendengar penjelasan bundanya.
"Kalau Kak Elsa gimana Bun? Tepat di masa suburnya apa enggak ya? Kismi jadi pengen gendong bayi keponakan dari Kak Elsa dan Kapten Gibran hehe!"
Jlep, Anita hanya menelan ludah mendengar pertanyaan Kismi.
"Kelak, anak-anaknya Kak Elsa dan Kapten Gibran lucu-lucu banget kayaknya Bun, Kak Elsa cantik dan Kapten Gibran ganteng. Barangkali aja salah satunya ada yang mirip Kismi hehe!" Anita terdiam, tidak menyahuti perkataan Kismi.
"Jadi nggak sabar pengen cepet-cepet gendong bayi mereka,"
********************
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah kasih Kismi (Sudah Terbit)
ChickLit"Ehem, Bismillah. Jadi begini Nak, sebenarnya yang dinikahi Gibran putra saya bukan Elsa, tapi kamu!" *** Kismi yang baru saja pulang dari kegiatan Pesantren Kilat di Yogyakarta harus dikagetkan dengan kenyataan bahwa hidupnya kini tak lagi sama se...