Bab 5

7.3K 571 8
                                    


Entah mengapa akhir-akhir ini Kismi sering merasa resah, galau dan gelisah. Terlebih Besok sore dia akan berangkat ke Yogyakarta untuk mengikuti Pesantren Kilat yang diadakan di Madrasahnya. Apa mungkin penyebab kemurungan yang melandanya adalah karena dia tak bisa ikut merayakan pernikahan Elsa? Atau karena Fahri yang tak lama lagi akan menjadi saudara iparnya? Ah, Kismi sendiri juga bingung kok.

Anita menghampiri Kismi yang sedang menyiapkan perlengkapan yang perlu dibawa selama mengikuti pesantren kilat.

"Ada yang kurang?" tanya Anita, duduk dihadapan Kismi.

"Eh Bunda! Enggak kok Bun, udah lengkap semua. Ini tinggal masukin kedalam koper aja kok!" Anita membantu melipat sisa baju Kismi.

"Sepertinya nanti Bunda akan kangen sama putri Bunda yang ceriwis dan cerewet ini deh!" Kismi mendongak kearah Anita, menghentikan kegiatan melipatnya.

"Ya Allah, Bunda ini. Setiap semester Kismi kan biasa pergi untuk nyantri kilat Bun!"

"Iya sih Nak, tapi nggak tau kenapa ya kali ini bunda kok merasa berat gitu!" Kismi tertawa tipis mendengar ucapan Anita.

"Ciye, itu karena Bunda kasihan sama Kismi. Alasannya karena Kismi nggak bisa andil di acara pernikahannya Kak Elsa, iya kan Bun?" Anita tersenyum, lalu mengangguk mengiyakan. Anggap saja memang itu alasannya.

"Tenang aja Bun, kita masih bisa video call-an kok, asalkan ponselnya sedang nggak disita dan ada sinyal juga hehe!" Anita tersenyum lagi.

"Meskipun jauh, Kismi akan selalu mendoakan untuk kelancaran acanya Bun, semoga nanti rumah tangga Kak Elsa dan Kapten Gibran sakinah, mawaddah, dan warohmah selalu!" ucapnya tulus. Anita mengelus lembut kepala Kismi yang dibalut jilbab instan warna purple itu.

"Kamu ini ya, paling pintar kalau disuruh menghibur Bunda!"

"Iya dong Bun, pokoknya Bunda harus ingat, kalau Kismi nggak akan kemana-mana, hanya ikut pesantren kilat aja, nggak lebih dari sebulan kok, oke?" Anita mengagguk.

Hening untuk beberapa saat.

"Kismi mau malam ini tidur sama Bunda?" tawar Anita, Kismi mengangguk antusias.

"Mau mau! Udah lama banget kita nggak tidur bareng kan Bun?"

"Kalau nggak salah, terakhir kita tidur bareng waktu kamu haidh pertama dulu itu ya Kis?" Kismi terdiam, mencoba mengingat-ingat.

"Iya Bunn, waktu itu Kismi sakit perut parah , habis itu Kismi mau terus tidur sendiri karena udah merasa besar," ujarnya diselai tawa.

"Itu mah udah bertahun-tahun yang lalu Bun!"

"Iya ya, nggak kerasa waktu berlalu cepet sekali. Gadis kecil Bunda yang sukanya minta gendong kemana-mana sekarang sudah beranjak dewasa saja. Ya udah Bunda ke kamar dulu nanti kesini lagi!"

"Oke Bun, Kismi tunggu!"

Tak butuh waktu lama Anita kembali masuk ke kamar Kismi.

"Udah izin ayah kan Bun?" tanya Kismi, dia sudah menyelesaikan acara benah-benahannya.

"Udah dong, nanti dikiranya Bunda kabur kemana lagi!" Kismi menguap lebar, lalu ditutupnya dengan telapak tangan bagian luarnya. Agar Setan tidak masuk kemulutnya hehe.

"Kismi ngantuk banget nih Bun!" ujar Kismi, dilepasnya jilbab yang ia kenakan lalu mengambil sisir.

"Bun, sisirin ya?" rajuknya, Anita meraih sisir dari tangan Kismi lalu melepas kunciran dari rambut indah anaknya itu. Sebenarnya ini kebiasaan lama semasa ia masih kecil yang tak pernah absen mereka lakukan. Tapi semenjak Kismi memutuskan tidur sendiri, kebiasaan ini terhenti dengan sendirinya.

Kisah kasih Kismi (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang