Bismillah,
Nyuwon sewu,
Punten Nggeh, Izin Update hehe
Semoga terhibur,
Semoga Suka,
Jangan lupa votenya ya rek! WKWKWKW
***
Senja hari di alun-alun Kota Malang,
Kismi sedang asyik bercengkrama dengan Nadia tepat di tengah taman kota dengan memandangi burung merpati yang beterbangan diatas langit sana. Angin akhir bulan Maret menyapu lembut wajah mereka.
"Kis, coba lihat itu!" Kismi menoleh kearah yang ditunjuk Nadia. Kearah keluarga kecil yang teralihat sangat bahagia. Keluarga kecil yang terdiri dari pasangan suami-istri muda, anak balita, dan seorang bayi yang sedang digendong ibunya.
"Seru ya, kayaknya." sahut Kismi menatap haru mereka. Dulu, belasan tahun yang lalu, dia pernah berada di posisi itu. Setiap akhir pekan ayah dan bundanya selalu membawa mereka main ke alun-alun. Elsa yang baru saja menginjak remaja. Kismi yang masih balita. Dan Yizad yang masih dalam gendongan.
"Kis, larinya jangan jauh-jauh!" teriak Anita saat itu. Sedangkan Kismi terus saja berlari mengejar merpati yang beterbangan dilangit tanpa mengindahkan Anita. Unfaedah sekali bukan? Tapi bagi anak kecil itu sangat mengasyikkan.
"El, kejar adikmu sana. Takut larinya sampai jalan raya."
Elsa yang saat itu sedang memotret bunga-bunga di sekitaran taman menggunakan kamera nokia menghentikan kegiatannya. Menatap kesal kearah Anita.
"Elsa 'kan lagi fokus memotret Bun," protesnya.
"Motretnya nanti lagi. Cuma temanin Kismi dari kejauhan kok. Ini Ziyad juga sedang rewel-rewelnya. Katanya Elsa anak pintar?" Elsa diam mematung.
"Oke deh Bun, sekalian Elsa mau memotret Air mancur yang disana." Anita tersenyum. Membiarkan Elsa berlari mengejar kegesitan Kismi yang diatas rata-rata balita seusianya.
"Kis! Hallo!" pukulan Nadia di lengannya membuyarkan lamunan Kismi.
"Ha? Iya Nad, tadi kamu bilang apa?"
"Coba bayangin Kis, bayangin kamu ada diposisi mereka."
"Seru banget lah. Aku berlari kesana-kemari, Kak Elsa mengejarku, Ziyad nangis digendongan Bunda, dan ayah pergi membeli kembang gula. Dulu, aku sering banget kayak gitu Nad." Kismi bercerita deengan senyum yang tak pernah memudar dari raut mukanya. Masa kecil memang sungguh indah. Problem yang dilalui pun hanya seputar larangan bermain, dan paksaan tidur siang saja.
"Astaga bukan itu maksudku. Sekarang beda lagi alur ceritanya. Coba bayangkan kamu diposisi ibu muda itu, kamu menggendong anak bungsu, sedang anak pertamamu main bola dengan bapaknya. Alias Kapten Gibranmu itu." ucap Nadia enteng tanpa peduli ekspresi Kismi yang menegang. Bayangan itu tiba-tiba masuk secara paksa kedalam imajinasinya. Memenuhi segenap kesadaran dan akal sehat. Bayangan yang sama sekali belum pernah terbayangkan.
"Sayang, oper bolanya kesini nak!" teriak Kapten Gibran. Anak laki-laki mereka berlari dengan gesit seraya menggiring bola dengan kedua kaki mungilnya.
Sedangkan Kismi, dengan lembut ia membuai bayi perempuan dalam gendongannya. Membiarkannya tertidur pulas dalam dekapan hangatnya.
"Mas, sudah. Pulang yuk!" kata Kismi saat Kapten Gibran mendekat kearahnya.
"Gimana, si cantik sudah tidur?" Kismi mengangguk. Ia membiarkan Kpaten Gibran membelai lembut pipi bayi perempuan mereka.
"Utututu, Sholihahnya Appa sudah tertidur ya," ujarnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah kasih Kismi (Sudah Terbit)
ChickLit"Ehem, Bismillah. Jadi begini Nak, sebenarnya yang dinikahi Gibran putra saya bukan Elsa, tapi kamu!" *** Kismi yang baru saja pulang dari kegiatan Pesantren Kilat di Yogyakarta harus dikagetkan dengan kenyataan bahwa hidupnya kini tak lagi sama se...