Bab 1 (Lamaran)

12.7K 774 15
                                    

"Sebelas, dua belas, tiga belas, empat belas, lima belas,.." duarrrr!

"Astaghfirullah, Ziyad! Kamu ini sukanya ngagetin kakak aja!" Gadis itu memegang dadanya yang berdebar sebab kaget. Untung saja ia tidak memiliki riwayat sakit jantung, bisa beda lagi ceritanya.

"Hehehe, maaf kak! Lagi ngitungin bintang ya?" tanya Ziyad, gadis berkrudung instan itu mengangguk. Sejak kecil, dia memang suka menghitung bintang-bintang di langit meskipun hitungannya tidak pernah lebih dari 50. Ketika hitungannya sudah banyak, selalu ada saja yang mengganggunya.

"Kak Kismi tau nggak kalau kak Elsa sedang dilamar orang?" bola mata Kismi terbelalak kaget. Menatapbtajam kearah Ziyad yang tingginya sudah hampir sebahunya.

"Sumpah demi apa? Seriusan?"

"Serius kak! Ayo kita intip!" ajak Ziyad penuh semangat.

"Ayo, kakak juga kepo banget seperti apa calon kakak ipar kita Yad!" Kismi dan Ziyad langsung bergegas keluar kamar. Ini adalah salah satu moment yang sangat ditunggu mereka sejakblama, lamaran Elsa.

Benar kata Ziyad, ruang tamu mereka memang sedang kedatangan banyak orang. Kismi dan Ziyad mengintip dari balik gorden yang menjadi pemisah antara ruang tamu dengan ruang tengah.

"Calon kak Elsa yang mana Yad?" bisik Kismi, matanya tajam mengawasi wajah tamu satu persatu.

"Ziyad juga nggak tau kak, cari aja yang paling muda umurnya!"

"Nggak ada ih! Masak om-om yang botak itu ya?"

"Ya nggak mungkin lah kak! Kak Kismi tau sendiri kan selera Kak Elsa kayak gimana!" Kismi mengangguk mengiyakan. Elsa memang terkenal pilah-pilih dalam masalah laki-laki, apalagi kalau menyangkut calon suami. Maka tak heran jika selama ini belum ada satupun kaum lelaki yang berani menghampiri.

"Ehm! Kalian sedang apa?" tanya seseorang yang datang dari arah kamar mandi.  Tangannya menyentuh pundak Ziyad yang otomatis membiat Kismi juga terperenjat kaget. Tanpa sengaja lengannya menyenggol vas bunga didekatnya hingga terjatuh.

"Hhehe, maaf Om, kami cuma ngintip calon suaminya kak Elsa. Om tamu juga, kan?" Kismi yang bertanya. Orang itu hanya mengangguk ragu.

"Astaghfirullah! Rupanya kalian, kirain ada apa?" ujar Anita, bunda mereka.

"Eh ada Nak Gibran juga!"

"Iya Tante, dari kamar mandi. Permisi!" ujarnya lalu kembali ke ruang tamu.

"Kismi, Ziyad! Ayo kalian Bunda kenalkan kepada mereka!" ajak Anita, Kismi menggeleng cepat.

"Enggak ah Bun, malu!" tolak Kismi.

"Haduh, mereka juga calon keluarga kita ngapain malu segala, ayo!" Anita menarik tangan Kismi dan Ziyad. Membawa mereka berdua kehadapan tamu rombongan Elsa, lalu kembali ke ruang tengah membersihkan pecahan vas bunga yang berserakah.

"Oh itu juga anak-anak kalian ya?" tanya Om yang botak itu saat Kismi dan Ziyad sudah berada di hadapan mereka.

"Iya Pak Hasan, Ini anak kedua dan ketiga kami. Namanya Kismi dan yang satunya Ziyad!" jawab Dokter Harun, ayah mereka.

"Malam Om!" sapa Ziyad sambil menyalami mereka satu persatu.

Dokter Harun mengedipkan bola matanya kearah Kismi isyarat perintah melakukan hal serupa seperti Ziyad. Menyalami tangan mereka.

"Salam kenal Tante!" Kismi menyalami tangan kanan tante berkrudung syar'i yang kira-kira berusia hampir sama dengan bundanya, dilanjutkan dengan tangan perempuan yang duduk di sampingnya juga.

"Salam kenal Om!" ujarnya lagi kepada om botak dan orang yang memergokinya tadi tanpa uluran tangan. Dia memang pantang menyentuh laki-laki lain selain mahromnya saja.

Kisah kasih Kismi (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang