Bismillah,, Assalamu'alaikum Semua!
Jum'at Berkah,
Alhamdhulillah diberi kesempatan untuk bersua lagi,
Semoga cerita ini masih bisa menjadi bacaan yang dinanti.
Salam sayang Emmuachhh!
***
"Kapten, ini!" Tangan kanan Kismi mengangsurkan 3 buah jajan coklat choki-choki pemberian Andin dihadapan Kapten Gibran yang sedang sibuk berkutik dengan ponselnya.
"Hmm, iya?" kepalanya mendongak pelan,
"Untuk saya?" Kismi mengangguk. Ya jelaslah, mau buat siapa lagi?
"Tadi bocil kompleks sini nitipin ini buat Kapten."
"Lah kok bisa?" dengan keheranan, Kapten Gibran mengambil 3 buah choli-choki dari tangan Kismi. Mungkin sudah belasan tahun lamanya Kapten Gibran tak mengonsumsinya lagi.
"Ya bisa lah, kapten sih main majang di depan rumah, harusnya langsung masuk aja! Kismi tadi bingung loh menjawab rentetan pertanyaan mereka yang aneh-aneh. Kapten Gibran malah dengan enjoynya duduk di bale-bale sambil tebar pesona. Ngeselin banget tau!" omel Kismi panjang lebar.
Kapten Gibran berdiri dari dari duduknya. Mendekat kearah pintu.
"Pintunya terkunci. Tolong jelaskan bagaimana cara saya bisa masuk kedalam hm?"
Kismi meringis. Dia lupa bahwa kunci rumahnya masih tersimpan rapi di dalam tas slempang yang ia kenakan.
"Cara masuknya ya, tinggal ambil kunci, pasang, putar, dan tarik knop pintunya hehe!" Kismi berkata sembari mempraktikkan. Seperti memberi edukasi kepada bayi dibawah usia 5 tahun saja.
"Kamu ya, dasar!" Kapten Gibran mengekori langkah Kismi masuk ke dalam rumah yang ukurannnya kurang lebih sepertiga dari rumahnya sendiri. Rumah Kismi memang terbilang cukup minimalis, berdiri kokoh diatas tanah yang luasnyanya tidak lebih dari 100 meter. Lokasinya cukup stategis karena dekat dengan pusat Kota Malang. Berbagai wahana tempat kunjungan mudah sekali dijangkau dari sana.
"Kapten Gibran tidurnya di kamar Ziyad aja ya, soalnya kamar tamu sedang dialih fungsikan menjadi tempat penyimpanan barang-barang Medis milik ayah!" ucapan Kismi membuyarkan titik fokus Kapten Gibran yang sedang mengamati bingkai foto keluarga besar Kismi yang tentu saja diantara mereka ada Elsa, bakal calon istrinya yang gagal.
"Oke."
"Ngliatinnya biasa aja kali! Belum bisa move on ya?" ledek Kismi. Ikut berdiri sejajar di sampingnya.
"Siapa yang nggak bisa move on dari siapa?"
"Kapten Gibran nggak bisa move on dari Kak Elsa lah!"
"Kata siapa? Sok tau kamu ya?"
"Idih masih ngelak. Udah jelas-jelas tadi keciduk lagi liatin wajah Kak Elsa Nih!" Jari kanan Kismi menunjuk kearah wajah Elsa yang terlihat sangat bahagia. Senyumnya mengembang tanpa beban dengan wibawanya yang terlihat sangat anggun. Beda dengan dirinya.
"Dasar bocil sok tau ya, hm!" Kapten Gibran menjitak cukup keras jidat Kismi.
"Aduh sakit!"
"Saya dari tadi tuh liatin muka kamu yang seperti boboho dengan pipi tembemnya yang hampir satu kilo!" ujar Kapten Gibran tanpa dosa kemudian berlalu. Meninggalkan Kismi yang mematung sembari memegangi bekas jitakan Kapten Gibran di jidatnya.
"Fitnah! Mana ada pipiku tembem satu kilo? Pakai dikatain mirip Boboho lagi!" kesal Kismi. Foto itu memang diambil 4 tahun lalu saat dirinya masih duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah (setara SMP), saat itu Kismi memang beberapa kilo lebih gendut dari sekarang, tapi tidak segemoy boboho seperti apa yang dikatakan Kapten Gibran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah kasih Kismi (Sudah Terbit)
Genç Kız Edebiyatı"Ehem, Bismillah. Jadi begini Nak, sebenarnya yang dinikahi Gibran putra saya bukan Elsa, tapi kamu!" *** Kismi yang baru saja pulang dari kegiatan Pesantren Kilat di Yogyakarta harus dikagetkan dengan kenyataan bahwa hidupnya kini tak lagi sama se...