Angin semilir menyapu lembut wajah manisnya. Ombak-ombak kecil menyapu kaki telanjangnya yang tanpa alas. Hamparan laut biru yang dipantulkan warna langit, menenangkan hati siapa saja yang memandangnya. Hidung bangirnya menghirup oksigen dalam-dalam. Nikmat manakah yang kau dustakan? Allah memberikan itu semua secara gratis tanpa berbayar, lantas masihkah kau akan tetap enggan bersyukur dan selalu kufur?
"...لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُم وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَبِيْ لَشَدِيْدٌ "
"...Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) pasti azab-Ku sangat berat." QS. Ibrahim: 7
"Alhamdhulillah Ya Allah, betapa besar nikmat yang Kau berikan kepadaku. Kedua mata yang bisa memandang, lisan yang bisa berucap, telinga yang bisa mendengar, Akal, jiwa, dan raga yang sehat. Serta kehidupanku yang cukup, tetapkanlah iman dan Islam dihati Hamba ya Rabb," lirih Kismi, kedua telapak tangannya menangkup mengambil air laut, lalu dibuangnya lagi.
Tiba-tiba kedua bola matanya menangkap tangan anak kecil yang melambai-lambai di tengah pantai yang hampir tenggelam. Tanpa berpikir dua kali, Kismi segera berlari menerobos air laut dengan sedikit kemampuan berenangnya. Dilihatnya lambaian tangan anak kecil tadi semakin melemah dan hampir menghilang, terlambat sedikit saja anak itu mungkin tidak tertolong.
"Aku berlindung kepada-Mu ya Allah!" lirihnya dalam hati. Jarak Kismi sudah hampir 50 Meter bibir pantai, tapi sejauh ini dia belum melihat anak kecil tadi.
"Ya Allah, selamatkan dia dengan Izin-Mu," lirihnya lagi. Paru-parunya yang hampir dipenuhi air membuatnya susah payah menghela napas karena dapat menghalangi kemampuan tubuh untuk menyerap oksigen dari udara. Tubuhnya yang tak seimbang membuat dia juga nyaris terseret kedalam air, sekuat tenaga Kismi berusaha untuk mendongakkan kepala. Kedua tangannya kini tergerak dan melambai-lambai agar tetap di permukaan air.
"Allah, selamatkan anak kecil tadi!" bathinnya. Kismi sudah tak peduli dengan dirinya yang kemungkinan akan tenggelam itu.
"Allah, Allah, Allah,"
Semburat bayangan laki-laki menyeretnya dengan kuat. Sesungguhnya Kismi ingin marah saat tangan kokoh itu menyentuh tubuhnya. Pelukannya yang lumayan erat membuat Kismi yang pada dasarnya gellian seketika ingin memberontak. Wallahi, dia ingin memilih mati tenggelam saja daripada disentuh laki-laki yang tidak jelas rupanya itu, apalagi dia bukan mahromnya. Namun, tubuhnya yang lemas membuat dia pasrah kemudian tak sadarkan diri. Paru-parunya benar-benar dipenuhi air.
"Kis! Kis! Kismi bangun!"
"Astaghfirullahil 'adzim!" teriak Kismi kaget. Keringat dingin sebesar biji jeruk membasahi tubuhnya. Dadanya terasa sesak. Ritme napasnya tak beraturan. Semuanya terasa nyata.
أللهم إنّي أعوذ بِكَ مِنْ عَمَلِ الشَيْطَانِ وَسَيِّئَاتِ الأَحْلاَمِ
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan setan dan buruknya mimpi."
"Kenapa Kis? Mimpi buruk ya?" tanya Nadia cemas. Kismi mengangguk perlahan. Dia memegang dadanya yang kembang kempis itu.
"Ini minum dulu!" Kismi meraih botol minum dari tangan Nadia, lalu meminumnya.
"Huhuhu aku takut banget Nad!"
"Aduh, tenang Kis! Mimpi itu Cuma bunga tidur kok!" Nadia menyandarkan kepala Kismi di bahunya. Sahabatnnya itu menangis sesenggukan.
"Nad, aku takut dosa!"
"Kamu mimpi apa sih, Kis? Jangan bilang kamu mimpi anu!" Tebak Nadia, Kismi langsung menegakkan badannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah kasih Kismi (Sudah Terbit)
Chick-Lit"Ehem, Bismillah. Jadi begini Nak, sebenarnya yang dinikahi Gibran putra saya bukan Elsa, tapi kamu!" *** Kismi yang baru saja pulang dari kegiatan Pesantren Kilat di Yogyakarta harus dikagetkan dengan kenyataan bahwa hidupnya kini tak lagi sama se...