Hari Jum'at, hari yang paling agung daripada hari-hari yang lain. Banyak keutamaan dan keistimewaan yang Allah berikan di hari itu. Banyak pula amalan-amalan yang apabila dikerjakan di hari jum'at , maka akan jauh lebih besar berkah dan pahalanya daripada dikerjakan di hari lain. Sebut saja seperti contoh memotong kuku, memotong rambut, mandi, apalagi jika melangsungkan akad nikah.
Disana, di bumi Allah, seorang anak adam mengikrarkan janji suci akad nikah dengan lantang dan tegas. Saat lafadz Qabul keluar dari bibirnya, arsy terbuka lebar, alam pun merestui pernikahannya.
"قَبِلْتُ نِكَاحَهَا وَتَزْوِيْجَهَا بالمَهْرِ المَذْكُور, حَالًا"
"Sah?"
"Sah!"
"Alhamdhulillahi Robbil Alamin,"
Prosesi akad nikah berjalan khidmat meskipun semuanya terjadi begitu saja dan tidak sesuai rencana. Biarkan saja, tak apa. Meskipun tidak sesuai dengan rencana manusianya, insya Allah ini berjalan sesuai rencananya Allah.
"Ya Allah, jika dia memang jodoh yang kau tetapkan untukku, maka jagalah dia. Cukup satu kali saja lafadz qabul nikah ini hamba ikrarkan di seumur hidup hamba." bisik Kapten Gibran dalam hati seraya mengamini doa-doa yang dipanjatkan sang mudin pernikahan.
***
"Nad! Jantungku kok deg-deg kan ya?" Kismi meletakkan sendok makan yang dipegangnya. Tangan kanannya menyentuh dadanya yang tiba-tiba berdegub kencang itu.
"Ada apa? Minum dulu nih!" Kismi meraih gelas berisi air putih yang disodorkan Nadia. Lalu meminumnya perlahan.
"Perasaanku kok nggak enak ya, Nad? Astaghfirullah aku jadi kepikiran keluargaku dirumah!"
"Tenang Kis, insyaAllah nggak ada apa-apa kok! Oh iya, Kak Elsa jadi menikahnya kapan sih? Jangan-jangan sekarang, makanya kamu jadi gini! Biasanya kita juga ikut merasakan Kis, kata nenekku ikatan batin gitu!" Kismi terdiam.
"Sekarang tanggal berapa sih?"
"Tanggal 11" jawab Nadia yang spontanitas membuat Kismi terperenjat kaget.
"Serius sekarang tanggal 11? Ya Allah, aku kok bisa lupa sih?" Kismi merutuki kepikunannya. Padahal sudah jauh-jauh hari dia menghitungi kalender tapi entah kenapa beberapa hari terakhir ini dia melupakan, bahkan tidak melirik kearah kalender yang digantung meski hanya sekilas.
"Kenapa, kenapa? Kak Elsa beneran nikah hari ini?" Kismi mengangguk sebagai jawaban.
"Tuh kan, bener apa yang ku bilang. Lagian, aku tuh heran banget sama kamu Kis, waktu itu kamu dikit-dikit liat kalender, dikit-dikit ngitung hari, lah sekarang kok bisa lupa sih? Aneh deh!" Kismi mengangkat bahunya, merasa heran juga.
"Antar aku ke kantor pondok yuk, Nad! Pengen nelpon orang rumah, setidaknya aku ngucapin selamat gitu kan, meskipun nggak bisa hadir ditengah-tengah mereka." Ucapnya sedih, Nadia mengusap bahu Kismi simpati.
"Oke ayo, tapi habiskan makanmu dulu!" titah Nadia seraya memasukkan suapan terakhirnya.
"Baiklah!" Kismi mengangguk patuh.
***
"Handphone mama nggak aktiv Nad, punya papa juga!" ujar Kismi cemas seraya terus mencoba menekan nomer telphone orang tuanya.
"Coba telpon Kak Elsa aja Kis!"
"Mama aja nggak aktiv, apalagi yang lagi nikah!" sungut Kismi setengah kesel, tapi menerima juga usul yang dilontarkan Nadia. Ditekannya tombol nomer handphon Elsa yang sudah Kismi hafal diluar kepala itu.
"Tersambung Nad!" sumringahnya, tapi tak butuh waktu lama nomer Elsa juga nggak aktiv.
"Gimana, gimana?"
"Sama aja! Apa mereka sibuk banget ya?"
"Bisa jadi sih Kis, Kalau orang lagi ada hajatan, mana sempat ngurusin telphon, yaudah nanti sore kita kesini lagi deh. Barangkali mereka semua nggak terlalu sibuk kayak sekarang!" Kismi mengangguk mengiyakan.
"Senyum dong, dari tadi merengut terus kan nggak enak aku liatnya!" ujar Nadia dengan menarik paksa kedua pipi tembem Kismi.
"Nadia ih, iya iya aku tersenyum nih!" Kismi menunjukkan lengkungan senyumanya yang seperti winnie the pooh walau terpaksa.
"Nah gitu dong, kan cantik!"
Diluar kantor, saat Kismi dan Nadia hendak kembali masuk pondok putri, tanpa sengaja mereka berpapasan dengan Fahri, Jona dan Rangga.
"Nah pucuk dicinta ulam pun tiba, akhirnya kita bisa bertemu Kismi disini!" ujar Jona girang.
Fahri yang berada disamping mereka hanya diam tanpa berekspresi. Membuat Kismi dan Nadia heran melihatnya.
"Ada apa?" tanya Kismi penasaran.
"Hehe gini Kis, aku dan Jona Cuma mau bilang maaf, karena waktu itu pernah ngerjain kamu!" Kata Rangga dengan seringainya.
Kismi mengerutkan kening heran, "Oh minta maaf tentang surat yang kalian kirim atas nama Fahri itu ya?" Jona dan Rangga mengangguk malu-malu.
"Jadi itu ulah kalian berdua? Gabut banget sih, nggak ada kerjaan ya?" sungut Nadia kesal. Karena sejatinya dia merasa tertipu juga.
"Yeee kita kan minta maafnya ke Kismi Nad, bukan ke kamu mweek!" Rangga menjulurkan lidahnya kearah Nadia, yang membuat Nadia melotot tajam.
"Santai aja kali, udah aku maafin kok! Tapi lain kali jangan diulangi lagi ya?" Spontanitas Rangga dan Jona mengangkat tangaannya kearah depan kepala seperti sedang hormat kepada pembina upacara.
"Siap laksanakan!" kata mereka serempak.
"Oke, Cuma itu aja? Yaudah kami permisi dulu ya, Assalamu'alaikum!" Kata Kismi sembari menarik tangan Nadia yang masih sungutan sebab kesal kepada Rangga dan Jona. Belum juga kakinya melangkah, tiba-tiba Fahri menyodorkan map biru yang sedari tadi dipegangnya.
"Ini laporan terakhir pesantren kilat, sudah aku buat semuanya. Biar besok malam kita hanya fokus sama malam penutupan!" Kismi meraihnya dengan ragu.
"Makasih, Ri. Kalau ada kurangnya nanti akan aku tambahin!" Fahri menganguk isyarat setuju.
"Oke Kismi, Nadia, Wa'alaikumsalam!" sahut Rangga yang langsung ditoleh Fahri dan Jona, begitu juga Kismi dan Nadia.
"Hmm tuh kan, menjawab salam itu wajib, Nah tadi kan Kismi udah ngucap salam tapi belum kita jawab Gaes!"
Kismi dan Nadia saling pandang menahan tawa, lalu bergegas pergi dari hadapan mereka.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah kasih Kismi (Sudah Terbit)
Literatura Feminina"Ehem, Bismillah. Jadi begini Nak, sebenarnya yang dinikahi Gibran putra saya bukan Elsa, tapi kamu!" *** Kismi yang baru saja pulang dari kegiatan Pesantren Kilat di Yogyakarta harus dikagetkan dengan kenyataan bahwa hidupnya kini tak lagi sama se...