Bab 50 (Astaghfirullah, Kismi! (3))

3.8K 356 33
                                    

***

Air yang mengalir deras dari shower mengguyur lembut tubuh Kismi. Menghilangkan penatnya, menyegarkan pikirannya yang akhir-akhir ini membuat setres sebab ratusan butir soal yang dihadapinya sebelum ujian kelulusan tiba. Belum lagi pelik dan asam manis kehidupan yang dijalaninya. Semuanya butuh penyegaran. Keramas adalah jalan ninja self healing Kismi yang paling simple.

Shampoo dengan aroma menthol sungguh menambah sensasi kesegarannya.

Setelah berendam cukup lama, Kismi Menyudahi ritual mandi panjangnya segera. Khawatir matahari tenggelam, sedangkan ia belum menunaikan kewajiban sholat Ashar.

Cekrek,

Dengan langkah perlahan, ia membuka pintu kamar mandinya yang memang berada di dalam kamar. Kaki jenjangnya menginjak-injak keset lembut bergambar winnie the pooh yang ia dapat ketika berkunjung ke rumah Budhe Arum di Semarang tahun lalu.

Tak sengaja, bola matanya menangkap keberadaan seseorang yang tengah terduduk di ranjang.

Seseorang yang juga sedang menatapnya dengan mulut menganga.

Dia adalah Kapten Gibran.

"Huaaaaa!" pekik Kismi kaget. Kedua tangannya merapat ditubuhnya. Menutup bagian dadanya. Walaupun usahanya sia-sia belaka.

"Astaghfirullah, Kismi!" pekiknya tak kalah kaget.

(Panik nggak? Panik nggak? Panik nggak? Paniklah, masak nggak!)

"Kapten Gibran, pliss tutup matanya! Balik kanan cepat!"

"Iya iya!" dengan tingkah gelagapan, Kapten Gibran segera berbalik kearah jendela.

"Bentar, Kismi ambil baju ganti dulu, jangan ngintip!" jerit Kismi panik.

"Iya, iya!"

Dengan kecepatan seribu langkah, Kismi menarik gamis santai miliknya yang disampirkan di pintu lemari yang sudah ia siapkan tadi. "Bentar, Loh! Awas ngintip!"

"Iya, iya. Nggak akan.!"

Kismi gelagapan. Ia lupa menyiapkan barang pentingnya juga. Dengan tingkat kepanikan diatas awan, Kismi mengobrak-abrik lemarinya. Mencari keberadaan sebuah kotak persegi 20˟20 cm tempat aset-asetnya tersimpan.

Sayangnya, tak ia temukan.

"Astaghfirullah, dimana ya?"

"Apa yang kamu cari Kis?" tanya Kapten Gibran tanpa merubah posisi tubuhnya. Ia masih tegak menatap lurus kearah jendela. Kismi tak tau, jika saat itu sekujur tubuh Kapten Gibran menegang laksana tersengat listrik berjuta-juta tegangan. Keringat dingin membasahi tubuhnya. Sedangkan ritme degup jantungnya, berpacu bagai lari marathon saja. Cenat-cenut, kembang-kempis tak karuan.

"Kotak kardus warna hijau tua." Sahutnya.

Bola mata Kapten Gibran menoleh sedikit ke samping kanan. Menemukan barang yang dimaksud Kismi tergeletak bebas disana.

"Apakah itu? Untung saja tadi tidak saya buka." Bathin Kapten Gibran.

"Kis, mungkin saja barang yang kamu maksud ada disitu!" tangan kanannya menunjuk kearah benda disampingnya. Sedangkan bola matanya kembali menatap kearah jendela.

Kismi memukul keningnya kesal. Ia tidak ingat bahwa sebelumnya dirinya memang sedang menata barang-barang yang ada didalamnya. Namun lupa mengembalikan ke tempat semula.

"Astaghfirullah, Kismi. Dasar kamu pelupa!" hardik Kismi pada dirinya sendiri.

Gimana ya cara ngambilnya?

Kisah kasih Kismi (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang