Bab 2

9.2K 683 13
                                    

"Kalian sudah pulang ternyata!" ujar Fahri kepada keluarganya yang sedang bermusyawaroh di ruang tengah. Mereka barusaja pulang dari kediaman Dokter Harun selepas melamar Elsa, putri sulung mereka.

 Fahri menuruni tangga kemudian duduk disamping Gibran.

"Mas Gibran, seperti apa calon kakak ipar Fahri?" tanyanya penasaran.

"Nggak seperti apa-apa. Sama saja seperti perempuan lain pada umumnya! Tangannya 2, kakinya dua, matanya juga dua Ri!" ucap Gibran santai. Fahri menyikut lengan Mas-nya kesal.

"Memangnya Mas Gibran mau punya istri bermata satu hah?" hardik Fahri sebal.

"Memangnya kamu mau punya Kakak Ipar bermata satu?" Gibran balik bertanya. Fahri menggeleng cepat
"Dajjalwati dong kalau bermata satu, Naudzubillah Mas!" Ummi Aminah menyenggol lengan Fahri, menghentikan perdebatan kedua putranya yang memang tak ada habisnya ketika kumpul bersama. "Hush, kalian jangan bicara aneh-aneh!"

"Bran, kalau bisa nanti saat Elsa sudah menjadi istrimu, kamu ajak dia pelan-pelan menutup auratnya!" kata Ummi Aminah mengalihkan pembicaraan. Gibran mengagguk pelan.

"Loh, memangnya kak Elsa tidak berhijab Mi?" tanya Fahri lagi, Ummi Aminah menggeleng.

"Sebenarnya Gibran kurang yakin Bah, Mi. Apalagi ekspresi Elsa berubah semenjak tau kalau Gibran seorang nahkoda yang nantinya tentu akan sering meninggalkan dia berlayar!"

"Sebaiknya kalian jalani saja dulu, akhirnya seperti apa biar terserah takdir!" saran Khairani, anak sulung keluarga Abah Hasanbyang masih berusia sekitar awal 30an.

"Lagipula, perjodohan ini juga harus tetap dilanjutkan, yang namanya amanat harus dilaksanakan, kan?" tegas Abah Hasan. Semua anggota keluarganya mengangguk pasrah. Gibran yang memang sudah sejak lama tidak berhubungan dengan perempuan manapun menerima titah Abahnya untuk menikahi putri Dokter Harun, sebagaimana permintaan mendiang kakeknya dulu.

Ceritanya, belasan tahun yang lalu, sewaktu kakek Gibran sakit, beliau berniat akan menjodohkan salah satu cucunya dengan anak dokter Harun, dokter yang menanganinya dengan baik dan telaten selama berbulan-bulan.

Mulai saat itu, hubungan mereka lebih dari sekedar seorang dokter dengan pasiennya, Kakek Gibran menganggap Dokter Harun seperti anaknya sendiri, begitupun sebaliknya.

"Dokter Harun, saya mempunyai keinginan menjadikan salah satu anakmu menjadi cucuku, maka kelak nikahkanlah mereka, bagaimana?" 

"Anak-anak saya masih kecil semuanya Bah," ujar dokter Harun dengan sopan.

Kakek Gibran tertawa renyah mendengar ucapannya.

"Tadi kan, saya bilang nikahkan mereka kelak, siapa yang menyuruh sekarang?" Dokter Harun tersenyum

"InsyaAllah saya akan selalu mengingat amanah ini!"

"Baiklah, nanti saya juga akan bicara dengan Hasan anak saya!"

Berhubung anak Dokter Harun yang paling dewasa dan cukup umur untuk menikah adalah Elsa, maka dialah yang mereka lamar untuk menjadi menantu, meskipun sepertinya lebih sholihah Kismi, adik perempuannya yang masih remaja.

"Oh iya Ri! Elsa punya adik perempuan namanya Kismi, katanya dia sekelas sama kamu ya?" tanya Ummi Aminah.

"Oh Kismi. Iya Mi kita sekelas. Dia juga wakil Fahri di Osis!" jawabnya

"Wah, berarti dia pintar juga ya?"
"Iya Mi, setiap Fahri dapat peringkat dua berarti yang satu Kismi Mi!"
"Seingat Ummi, dulu Kismi kecil sekali. Selalu mengikuti Dokter Harun kalau lagi menjaga Kakek, sekarang sudah besar ya, cepat sekaki pertumbuhannya!"

"Namanya juga manusia Mi, pasti mengalami pertumbuhan lah,"sahut Gibran.
"Namanya lucu ya, itu penulisannya dipisah (kiss me) apa digabung sih?" tanya khairani sambil menidurkan Hilman dalam gendongannya.

"Ya digabunglah kak,masak kiss me, ada-ada aja!" jawabnya.

"Gibran keatas dulu, mau istirahat!" pamitnya lalu beranjak pergi.

"Fahri juga deh!" Fahri menyusul Gibran.

"Semisal saja Kismi yang lebih tua dari Elsa, mungkin dia yang akan jadi menantu kita ya Bah?" ujar Ummi Aminah saat anak-anaknya telah beranjak.

"Sebenarnya Elsa dan Kismi itu sama saja, mereka kan bersaudara!" jawan Abah Hasan seraya memeriksa pesan masuk di wattshap nya.

"Ya bedalah Bah, dari penampilan dan cara berpakaianya saja beda!"
"Sama aja Mi,"
"Jelas beda lah Bah, dari segi attitudenya juga beda Bah." Ummi tidak mau kalah argumen dari Abah.

"Oh iya, Elsa itu kan kuliahnya di Eropa Bah, dia juga jadi model majalah terkenal. Pantas saja cara berpakaiannya lebih bebas dan terbuka!" sahut Khairani menimpali.

"InsyaAllah nanti kalau sudah menikah, Elsa pasti berubah!"

"Amiin, semoga saja!"

"Lagipula Mi, tidak mungkin kita menikahkan Gibran dengan Kismi, selisih mereka sangat jauh, sama seperti selisih Gibran dengan Fahri. Hampir 10 Tahun,"

"Iya juga sih Bah!" timpal Ummi Aminah. Jauh dilubuk hatinya, jika disuruh memilih antara kedua putri Dokter Harun itu, tentunya dia akan memilih Kismi dengan senang hati. Apalagi Ummi Aminah merasa klop dan sreg terhadap Kismi semenjak pertemuan pertama tadi.

 ***

"Kak Kismi tau nggak, ternyata kak Gibran itu kapten kapal persiar loh!" ujar Ziyad kepada Kismi yang barusaja turun dari tangga, menghampiri mereka yang sedang sarapan sebelum berangkat sekolah.

"Serius? Wah keren banget kak!" seru Kismi kepada Elsa, yang diajak bicara hanya diam tak peduli. Sibuk mengunyah nasi gorengnya.

"Kapan-kapan kita minta diajak jalan-jalan pakai kapal pesiar ya Kak El, pasti seru banget!" ajak Ziyad antusias. Cita-citanya memang kalau bukan nahkoda ya pilot. Sama-sama pengemudi kapalnya. Kapal laut dan kapal udara hehe.

"Betul banget tuh Kak! Apalagi kalau kita berlayarnya waktu senja kemudian malam hari. Aduh jadi pengen menghitung bintang dari atas laut. Bagus kayaknya ya!" seru Kismi tak kalah antusiasnya dengan Ziyad. Kini menghitung bintang dari atas kapal laut masuk kedalam list keinginannya yang harus terkabul di tahun ini.

Prang! Elsa menghentakkan sendoknya. Mengagetkan Kismi, Ziyad, dan Anita yang sedang membuat susu di dapur.

"Kalian pikir enak punya suami yang suka ninggalin istrinya berlayar ha? Para bocil mana tau? Kalian jangan berisik deh!" sarkasnya lalu pergi. Meninggalkan nasi goreng yang masih tersisa setengah piring. Semua merasa heran dengan perubahan sikap Elsa pagi ini, padahal tadi malam dia baik-baik saja. Ikut tertawa juga malah.

Kismi dan Ziyad saling tatap keeheranan dan merasa agak bersalah juga.

"Sudah-sudah! Ziyad cepat habiskan sarapanmu lalu berangkat sekolah ya! Masalah kakakmu tadi, jangan dipikirkan, mungkin Elsa sedang PMS!" ujar Anita dari dapur membawa segelas susu untuk Ziyad. Sedangkan Kismi lagi berpuasa.

"Baik Bunda!" jawab mereka.
"Tapi Kiami merasa ada yang aneh loh Bund sama Kak Elsa,"
Anita terdiam, sejatinya dia juga merasakan hal yang serupa.

 *********

Kisah kasih Kismi (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang