Bismillah,
Alhamdhulillah ya, bisa update lagi.
Buat kalian pendatang baru, Marhaban semuanya.
Semoga bisa betah dan terus menetap hehe.
***
"Kis, saya mau jujur sesuatu sama kamu!" Kismi menoleh. Menatap wajah Kapten Gibran yang tiba-tiba berubah serius, wajah serius yang tak biasa.
"Jujur tentang apa?" tanya Kismi heran. Mencoba untuk tidak menerka-nerka tentang hal apapun. Tapi, entah mengapa pikirannya teringat dengan adegan novel romance yang kerap kali dia baca. Jujur tentang perasaan? HAHAHA nggak mungkin lah bos! Pikirnya dalam hati
"Jujur saya lapar. Kamu bisa masak?" Kapten Gibran memelankan suaranya. Kentara sekali kalau dia sungkan sebenarnya.
Bukannya menjawab, Kismi malah menyeringai. Membuat Kapten Gibran kikuk sendiri, dia tidak salah bertanya demikian kepada istrinya 'kan?
"Tadi saya di kedai hanya memesan kopi." ucapnya lagi.
"Kismi bisa sih, sedikit-sedikit. Tapi ya cuma masak mie instan, telor ceplok, dan nasi goreng saja, itupun bumbunya harus serba instan semua!" kata Kismi setengah malu. Itu akibat dari kemalasannya membantu di dapur ketika hari libur.
"Itupun, biasanya seringkali keasian. Sesekali juga hambar rasanya. Gimana dong?" tanya Kismi dengan seringainya yang tak memudar.
"Gimana kalau pesan makanan online aja, kapten? Nasi goreng gandrung, atau nasi goreng Pak Dji terkenal enak banget loh. Kalau nggak gitu tunggu nasi goreng kelilingnya Cak Eman juga gapapa, rasanya juga lumayan. Sebentar lagi pasti lewat."
Kapten Gibran terdiam. Menimbang-nimbang opsi yang diusulkan Kismi.
"Pilih yang mana?" tanya Kismi lagi. Karena sejatinya dia lumayan lapar juga.
"Saya pilih opsi pertama saja."
"Wah, nasi goreng Gandrung 'kan?" Kismi terlihat begitu antusias. Terakhir kali ia menyantap Nasi goreng Gandrung adalah sebelum keberangkatannya mengikuti pesantren kilat akhir tahun lalu.
"Bukan. Saya pilih nasi goreng instan buatanmu yang kadang-kadang keasinan atau hambar itu."
Kismi terperanjat kaget. Pilihan macam apa ini? Bahkan Kismi sendiri enggan makan masakannya kecuali sangat-sangat kepepet dan tak bisa ditoleran lagi. Kenapa Kapten Gibran malah request masakan abal-abal olahan tangannya. Maaf, Kismi tidak merasa tersanjung karena hal ini. Sebaliknya, dia malah merasa terhina dina.
"Kapten Gibran ngledek ya?" hardik Kismi sengit. Udah jelas-jelas banyak pilihan makanan super enak kenapa malah milih masakan Kismi yang tak bisa diragukan lagi tingkat keasinan atau kehambarannya itu. Tak bisa dibiarkan lagi ini.
Kapten Gibran tersenyum tipis melihat ekspresi kesal Kismi. Sangat menggemaskan.
"Tok tok tok. Nasi goreng! Nasi goreng!" tiba-tiba terdengar teriakan Cak Eman lewat tepat di depan rumah.
"Saya hanya becanda Kis, tuh beli nasi goreng Cak Eman saja. Biar nggak kelamaan!"
"Ya Allah. Kok ada ya manusia seperti Kapten Gibran ini!" monolog Kismi dalam hati.
"Nih uangnya!" Kismi meraih uang 50 ribuan dari tangan Kapten Gibran dengan muka yang masih terlihat kesal.
"Pedas nggak?" tanya Kismi
"Sedang-sedang saja. Karena yang berlebihan nggak baik!"
"Hmmtala, siap Pak Kapten!"
Kismi keluar dari pagar rumahnya dan mengejar Gerobak Nasi goreng Cak Eman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah kasih Kismi (Sudah Terbit)
Chick-Lit"Ehem, Bismillah. Jadi begini Nak, sebenarnya yang dinikahi Gibran putra saya bukan Elsa, tapi kamu!" *** Kismi yang baru saja pulang dari kegiatan Pesantren Kilat di Yogyakarta harus dikagetkan dengan kenyataan bahwa hidupnya kini tak lagi sama se...