Minhee pasrah saat yunseong melempar jas kerja ke tubuhnya, juga pria itu langsung lari ke dalam mencari si kembar.
Menutup pintu lalu menyusul tiga orang yang tertawa ria didepan tv.
"Malem banget datengmu?"
"Hehe, mau nginep disini"
"...kamu emang nginep kan kalo dateng?"
"Kan besok kamu masuk, aku mau jagain anak anak"
"Yunseong"
"Iya."
"Hhh, udah makan belum?"
"Udah mandi juga kok di kantor"
Minhee mengangguk, beranjak ke dapur membuatkan kopi. Tersenyum tipis melihat interaksi si kembar dengan papanya.
Minhee belum sempat menetralkan nafas namun yunseong sudah menarik tubuhnya agar duduk, penis pria itu bahkan masih tertanam dilubangnya.
Mendesis lalu memeluk erat leher yunseong, meredam suara dengan menenggelamkan kepala ke pundak kokoh didepannya. Ia belum mau bergerak hingga yunseong yang menggerakkan pinggang rampingnya dengan tangan.
"-yun-yunseonghh"
Minhee mulai terpancing kembali, ia mengambil alih dengan bergerak cepat naik turun. Ia harus kerja besok makanya kegiatan nikmat ini harus segera diselesaikan.
Setelah sperma sama-sama keluar, yunseong mengecup bibir dan kening minhee kemudian direbahkan. Besok ia yang akan mengganti seprai.
"Kenapa mau jagain anak-anak?"
"Aku mau libur sehari aja"
"Nggak diancem ayahmu?"
"Aku kan nggak pernah bilang kalau kesini"
Minhee sedikit mengangkat pinggul ketika yunseong memakaikannya celana.
"Ugh, makasih"
Yunseong melempar senyum tampan kemudian ikut berbaring dan memeluk erat tubuh mantan istrinya. Mantan hanya status, baginya minhee akan selalu menjadi pasangan hidupnya. Dia pun masih berjuang untuk kembali membangun rumah tangga bersama minhee, walau entah kapan akan terwujud.
"Kamu masih kesini walau kamu bisa cari yang lain, kamu bebas yunseong"
"Aku maunya kamu"
"Tapi-"
"Kamu nggak liat anak-anak waktu ketemu aku? Mereka senang"
Minhee diam saja, dia sama sekali tidak tersentuh dan ingin menangis.
"Gapapa ya begini dulu, tapi aku mohon, tunggu ya"
Memejamkan mata lalu mengangguk, minhee memeluk erat yunseong. Besok pagi akan seperti biasa.
Sebenarnya minhee mau saja jika mereka betulan berpisah, masalah orangtua tidak mungkin bisa dilawan. Ia tahu mereka mampu memberikan kasih sayang ke anak walau tidak serumah.
Yang paling minhee hindari adalah anaknya terluka oleh ulah mantan mertua.
"Nanti jangan siang siang mandiin mereka"
"Iya"
"Susunya dilaci biasanya"
"Iya"
"Jangan kasih eskrim banyak-banyak"
"Iya astaga sayang, liat mama kalian gak percaya amat sama papa"
Minhee memijit hidungnya, jam 7 hampir terlewat. Ia lalu pamit setelah memberi kecupan di pipi si kembar juga yunseong.
"Kalian bantu papa biar bisa rujuk sama mama ya"
Anak-anak :
Didepan rumah minhee mengucapkan terimakasih saat jungmo membukakan pintu mobil untuknya."Yunseong datang?"
"Hm, iya"
Pagi cerah, namun minhee merasakan suasana yang mulai menyebalkan.
"Kok masih datang terus"
"Please jungmo"
"Kalian udah nggak ada hubungan apapun"
Minhee diam
"Demi kebaikan kamu aku ngomong begini, apa kata orang? Karyawan kamu? Teman-teman kamu?"
"Berhentiin mobilnya"
"Hee"
"Berhenti atau aku loncat?"
Mau tak mau jungmo menuruti. Minhee melepas sabuk pengaman, menatap tajam jungmo.
"Kupikir beberapa kali peringatan untuk bahas tadi itu cukup, tapi kamu masih aja. Niat kamu mungkin nuntun aku lepas dari yunseong, tapi kamu tahu kalau aku sakit hati setiap kamu ngomong? Aku bisa saja nanti malah benci, nggak usah ngantar jemput lagi"
Minhee keluar, kebetulan ada taxi lewat. Jungmo memukul setir mobilnya kencang, menyesal lepas kendali karena melihat satu tanda ungu di leher minhee.
.
End