Minhee usia 10 tahun yang sedang bermain sendirian dipinggir danau meremang, tak melihat siapapun ia lanjut mengumpulkan bunga-bunga kecil.
"Kang minhee..."
Tubuhnya meremang lagi, merasakan seseorang berdiri dibelakangnya. Benar saja, mungkin bocah seumurnya berwajah tampan namun dingin.
Sekejap kilat tubuhnya didorong menabrak pohon.
"S-sakit"
"Kita akan menjadi mate"
Minhee meringis, tak mengerti ucapan bocah yang menahan pundaknya itu.
"Aku yunseong, sampai berjumpa lagi setelah dewasa"
Minhee terduduk setelah yunseong pergi dengan cepat, ia menangis sesenggukkan merasakan tanda ditengkuknya mulai muncul.
"Hiks-hiks ibuu"
Minhee tersentak dari tidurnya. Usapan dikepala membuatnya mendongak.
"Mimpi buruk? Masih aja ya kamu naik mobil bentar pasti tidur"
Yunseong terkekeh melihat tampang linglung sang istri. Mendekap bahu sempit minhee, mereka menuju rumah setelah pesta pernikahan tadi selesai.
"Aku bermimpi waktu lima belas tahun lalu, pertama kali kamu muncul di pinggir danau"
"Pertemuan kita buruk ya"
"Iya, aku menangis sampai sore karena takut tauuu"
"Aku semenyeramkan itu sayang?"
Minhee merona, "iya. Kamu seperti penjahat yang akan membawaku"
"Kamu itu menggemaskan, siapa yang tidak ingin menculik"
Mereka berbincang ringan dan manis, tak peduli supir yang menguping sejak tadi.
Rumah baru mereka bak istana, sudah ada beberapa pelayan juga. Kamar yunseong dan minhee pun luas, jika pintu kaca didalam dibuka akan terpampang kolam renang mini. Minhee merasa ini terlalu mewah namun dia bisa apa.
Duduk diranjang dengan kaki bergerak gelisah, jika ia tak salah hitung masa heatnya adalah minggu ini. Otak minhee sudah dipenuhi hal kurang ajar, betapa menggairahkan malam pertama nanti karena dibarengi heat.
"Aromamu tajam sekali, apa masa heat?"
"S-sepertinya begitu"
Minhee gatal melihat yunseong memakai bathrobe tak diikat dengan benar, dada dan perut seksi itu benar-benar.
Tangan kurusnya terangkat mengusap tengkuk, dimana tanda samar mulai bersinar. Yunseong menyeringai bersedekap masih berdiri menatap istri sekaligus omeganya itu.
"Hei, kamu butuh bantuan?"
Wajah ayu minhee sudah memerah, rasanya liur ingin menetes karena sulutan gairah yang makin tinggi.
"Alpha, kesini"
"Kenapa aku harus kesitu"
"Alpha, sentuh aku"
Saat sang alpha sudah mendekat, minhee mendorong tubuh besar itu dan menungging di atasnya. Menghirupi leher yunseong dengan rakus, bibirnya mengerang lirih.
Meraih tangan yunseong untuk memasuki celananya.
"Astaga, basah sekali" suara yunseong sangat tenang, walau penisnya sudah membengkak melihat keadaan minhee.
Minhee bergerak berlawanan dengan jari yunseong yang mengoyak lubang basahnya. Terlalu nikmat sampai si omega memejamkan mata, padahal baru jari.
"Ngah!"
Sang dominan terkekeh, mencopot celana minhee yang basah depan belakang. Tubuh minhee ia baringkan dengan kaki mulus itu terbuka lebar, minhee masih menghirup nafas rakus menikmati sisa pelepasan.
Kancing piyama minhee pun ia lepas, dada berisi dengan puting pink tegang membuat yunseong geram dan langsung mengemut, seperti bayi menyusu.
Minhee tersenyum mengusap tengkuk alphanya. Ia bergidik merasakan burung besar yunseong beberapa kali menyundul pahanya.
Setelah puas mengerjai dan membuat ruam di tubuh minhee, yunseong memposisikan dirinya untuk menusuk. Pinggang ramping itu kadang terangkat menerima batang yang masuk perlahan itu. Bagaimana pun ini kali pertama mereka.
Paha minhee makin melebar seiring cepatnya gerakan yunseong. Tubuhnya terhentak, bibir keduanya mendesahkan nama satu sama lain.
Minhee berteriak ketika orgasme bersama dan tengkuknya digigit kencang.
.
End
![](https://img.wattpad.com/cover/243637670-288-k132230.jpg)