2. Tatapan Sejuta Makna

456 49 2
                                    

Karena belum masuk kantor, jadi update 2 part nih.

Ini latar belakang tokoh wanitanya ya.

Selamat membaca.

Selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Abby melepaskan penat sebentar dari beberapa ilustrasi yang dibuatnya. Ilustrasi itu untuk novel yang akan mereka terbitkan beberapa bulan ke depan. Seharusnya sebagai pemilik, dia tidak perlu terjun langsung, tetapi karena hobinya sejak kecil yang tidak bisa melihat kertas putih tanpa coretan menganggur, dia memilih untuk mengeksekusinya. Tidak semuanya, hanya beberapa saja agar hobinya bisa tersalurkan. Perusahaan ini murni dari duitnya sendiri yang dia kumpulkan sejak beberapa tahun. Awalnya suka membaca dan gemas melihat cover buku yang biasa-biasa saja. Selain itu, dia ingin mewujudkan impian penulis yang ingin memeluk karyanya. Dengan modal yang dia kumpulkan dari keuntungan usaha furnitur, berdirilah usaha penerbitan ini. Akhirnya, dia sedikit merasa bebas dari tekanan ayahnya yang menginginkan dirinya lebih berperan dalam perusahaan keluarga. Baginya, perusahaan itu tidak menarik minatnya sama sekali walau dia punya background yang sama dengan ayahnya. Keduanya menekuni ilmu rancang bangun. Hanya saja, ilmu itu dia tekuni karena tekanan sang ayah. Kalau bisa memilih, dia ingin menekuni dunia seni rupa saja. Sayangnya, sebagai anak tunggal, dia tidak punya pilihan. Semua telah ditentukan oleh ayahnya dan dia tinggal mengikutinya saja.

Keuntungan dari usaha yang dirintisnya memang tidak besar, sangat jauh di bawah perusahaan ayahnya. Ibaratnya, profit yang dia hasilkan mungkin seharga dengan aksesori yang biasa dipakai ibunya kala berkumpul dengan teman-teman sosialitanya. Namun, dia merasa bahagia dan tidak tertekan. Satu lagi, dia bebas menentukan keputusan yang diambilnya tanpa ada yang mengaturnya.

"Mbak, yang ini sudah fix nggak, ya?" tanya Nina. Dari tadi dia ingin menanyakan mengenai desain cover yang dibuat atasannya, tetapi karena melihat sang atasan sedang menekuri kertas-kertas di atas meja kerja, dia tidak berani menyela. Sejak bekerja di penerbitan ini, dia belum pernah melihat sang atasan marah dan sangat teliti apalagi yang berkaitan dengan desain cover dan layout. Baginya, orang akan melihat buku itu dari cover-nya dulu baru kemudian isinya. Jadi jangan membuat desain cover asal-asalan. Itu yang selalu ditekankan pada stafnya. Bayangkan, karena ingin hasil desain cover lain daripada yang lain, atasannya sampai turun tangan. Bukan itu saja, sebelum membuat konsepnya, wanita dengan segudang ide itu sampai harus membaca berulang kali isi buku untuk mendapat apa yang diinginkannya.

"Sudah, kok. Sisa cetak aja, sih," jawabnya. Nina lega. Artinya, setelah cover ini dicetak, buku pun siap. Kemarin semua sudah siap, tersisa cover-nya saja. Nomor ISBN pun telah mereka terima. Selesai lagi proses cetak sebuah buku. Tinggal setahap lagi, tanda tangan sang penulis. Setelah itu buku siap edar sampai di tangan pembaca setianya.

Penatnya telah hilang, tetapi bunyi ponsel yang tergeletak di meja menundanya untuk menekuni kembali pekerjaannya. Abby ingin mengabaikan, tetapi tak pernah sampai hati untuk itu. Seberapa banyak pun tekanan yang dia terima dari ayah dan ibunya, dia tidak sanggup untuk mengabaikan mereka. Saat Abby menganggat ponsel, panggilan telepon terputus. Dia bernapas lega. Namun, baru saja dia akan mengucap syukur karena bisa lolos kali ini, ponselnya kembali berdering. Dia mengusap dada. Sepertinya hari ini akan terasa berat, seperti hari-hari sebelumnya. Perdebatan panjang pun akan dimulai.

Setangkai Mawar Di Taman Hati (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang