22. Mari Saling Menguatkan Hati

197 22 0
                                    

Happy weekend.

Semoga hari ini secerah cuaca di luar sana, ya.

Sama dengan cerahnya hati kedua insan ini.

Oke, selamat membaca aja.





Oke, selamat membaca aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Abby bingung menghadapi perlakuan Lio. Kemarin peluk, sekarang peluk lagi. Apakah Lio masih belum hilang kangennya? Sungguh, Abby dilanda kebimbangan yang maha dahsyat. Gelenyar aneh telah tercipta sejak pertama kali Lio menyentuhnya. Matian-matian Abby menahannya, akan tetapi, Abby juga menginginkan sentuhan itu. Salahkah bila berharap mereka bisa menjalani hubungan ini tanpa status? Mengingat pemuda yang mendekapnya dengan erat tidak boleh punya rasa cinta di hatinya.

Tangan Abby akhirnya bergerak mengusap dengan lembut punggung Lio. Merasakan betapa rapuhnya Lio saat dirinya seperti ini. Terbayang saat pertama bertemu Lio. Sikap tidak pekanya dan ekspresi yang datar-datar saja, sangat bertolak belakang sekarang. Namun, Abby tidak akan menyinggungnya. Bagaimanapun, Lio telah berjasa bagi hidupnya. Saatnya membalas jasa itu, sebisa yang mampu dia lakukan.

"Kenapa? Lo masih kangen, ya?" Sedikit bercanda tak mengapa, pikir Abby.

Selalu kangen! teriak hati kecil Lio. Kalau saja setiap saat dia bisa memeluk Abby, tidak akan ada lagi rasa hampa yang selama ini menemaninya. Walau hanya sebatas itu yang bisa dilakukannya, bagi Lio, sudah lebih dari cukup. Bahkan bisa dikatakan melebihi yang diharapkannya. Menyentuh dan memeluk Abby, dua hal yang tidak pernah dibayangkan bisa dilakukannya dan Abby tidak menolaknya. Rasa hati Lio benar-benar sudah pada taraf yang ingin menguasai Abby sepenuhnya. Dia seolah sudah tidak peduli lagi dengan efek yang akan ditimbulkannya.

"By?" Lio seolah berguman. Matanya memejam merasakan hangatnya tubuh yang dipeluknya, halusnya belaian pada punggungnya.

"Hmm ...?"

"Sampai kapan pun, gue akan selalu kangen sama lo."

Abby meleleh. Tangan Lio yang memeluknya makin terasa erat. Menekan dadanya hingga nyaris meledak. Abby hanya mampu terdiam.

"Gue hanya bisa seperti ini, By. Kalau lo nggak keberatan, boleh gue ada di hati lo?"

Mendadak Abby berhenti bernapas. Sebentar, Abby berusaha mencerna kalimat Lio dengan baik. Pemuda yang berusia enam tahun lebih muda darinya, meminta izin untuk hadir di hatinya? Maksudnya, mereka akan menjalin hubungan atau seperti apa? Mengapa Abby jadi tidak tahu apa-apa mengenai hubungan antar lawan jenis? Mengapa isi kepalanya jadi blank? Wajah Abby memanas, degup di dadanya gaduh. Respons apakah ini?

Menunggu tangapan Abby yang tak kunjung hadir, Lio melonggarkan pelukan kemudian menarik sedikit kepalanya. Yang tampak di matanya adalah wajah Abby yang tegang. Matanya hanya menatap Lio tanpa makna. Seolah aliran darah yang memompa dari jantungnya berhenti. Tangan Lio meraba wajah tegang itu.

Setangkai Mawar Di Taman Hati (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang