Tetaplah semangat dan berusaha tuk bahagia.
Hanya itu yang bisa kita usahakan saat ini.
Selain menjaga kesehatan dan mematuhi protokol kesehatan.
Yuk, nikmati hari ini dengan membaca part yang baru.
Selamat membaca.
Begitu melihat Abby tiba, bergegas Reina mendekatinya. Penasaran mendengar cerita Abby mengenai Lio. Sebenarnya Reina berat meninggalkan Abby bersama pemuda itu, dengan adanya jaminan dari Bapak yang menemaninya, Reina akhirnya membiarkan. Lagi pula, melihat tampilan Daeng Ahmad, Reina sangat yakin orang itu baik dan tidak mungkin berbuat aneh-aneh pada Abby.
"Lo baik-baik aja, kan? Si Lio nggak berbuat aneh-aneh? Gue lihat dia megang-megang tangan lo tadi." Pertanyaan beruntun dari Reina membuat Abby tergelak. Begitu khawatir temannya itu padahal dia yang menitipkannya pada Lio dan Daeng Ahmad.
"Tadinya malah dia nawarin gue punggungnya," jawab Abby lalu kembali tergelak.
"Hah?! Serius lo?" What a big surprise menurut Reina. Pria pendiam itu sampai menawarkan punggungnya untuk Abby. Pasti ada sesuatu dibaliknya. Mana mungkin dia berbuat begitu tanpa maksud lain. Jangan-jangan itu hanya kamuflase saja agar pemuda itu bisa menyentuh bagian tertentu dari Abby.
"Hey, jangan mikir kejauhan," tegur Abby melihat kerutan di kening Reina. "Lio nggak ada maksud lain, kok. Murni mau bantuin gue. Karena gue juga keberatan, makanya aku menawarkan tangan aja untuk menghargai bantuannya selama di perjalanan tadi. Coba kalau nggak ada dia, mana bisa aku berjalan sampai ke sini." Masuk akal, sih, menurut Reina.
Rombongan diterima di balai desa untuk beristirahat sejenak sekaligus berkenalan dengan tokoh masyarakat setempat. Suguhan berupa minuman air kelapa muda yang diberi gula merah serta beberapa kue tradisional telah disiapkan. Tidak ada meja dan kursi hanya tikar yang digelar dengan tujuan rombongan bisa duduk dengan santai. Bisa berselonjor, menyandarkan punggung yang sepanjang perjalanan pasti telah lelah menopang tubuh. Beberapa anggota masyarakat yang tidak masuk ke balai desa, berdiri melihat dengan sangat antusias kedatangan wajah-wajah seperti yang selama ini hanya bisa mereka saksikan di layar kaca. Wajah cantik dan gagah yang begitu memukau. Mereka seakan tidak percaya kedatangan makhluk ciptaan Tuhan yang terlihat begitu sempurna.
Setelah diterima dengan resmi, Abby beserta teman-temannya dipersilakan menuju rumah Kepala Desa sebagai hunian mereka selama berada di desa itu. Dari pengamatan Abby sejak memasuki desa tersebut, selain balai desa, bangunan lainnya berupa rumah panggung dengan bagunan yang berfungsi sebagai kamar mandi berada di bagian bawah, diletakkan berdekatan dengan sumur sebagai sumber mata airnya.
Rumah panggung Kepala Desa sepertinya yang paling besar di kawasan itu. Bentuk atapnya juga berbeda dari rumah penduduk lainnya. Saat menaiki anak tangga dan masuk ke ruang tamu, Abby takjub dengan apa yang dilihatnya. Hal yang sama bagi Dimi, Vian dan Reina. Mata mereka membulat melihat furnitur yang berada di ruang tamu itu. Tidak seperti bayangan mereka akan menjumpai kesederhanaan, sebaliknya, mereka mendapati aneka perabotan bercita rasa tinggi. Satu set meja dan kursi tamu, yang Abby sangat tahu terbuat dari bonggol kayu jati yang dibentuk sedemikian rupa sehingga tampilannya sangat artistik. Furnitur yang telah lama diincar oleh Abby yang belum berhasil didapatnya, karena ketatnya peraturan mengenai penebangan pohon. Tangannya sampai meraba kursi dan meja, merasakan tekstur kayu yang sangat diidamkannya. Matanya juga terpaku melihat lemari kaca yang terbuat dari kayu eboni. Akhirnya dia bisa melihat secara langsung furnitur yang terbuat dari kayu kualitas satu tersebut. Mungkin di waktu-waktu mendatang, dia harus menjelajahi pulau Sulawesi ini. Hampir lupa, bersama pemuda yang menawarkan diri untuk menemaninya—Lio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setangkai Mawar Di Taman Hati (complete)
RomanceRancangan Tuhan pada setiap insan tentunya berbeda. Begitu hebatnya rancangan itu, terkadang membuat yang mengalaminya tidak memahami kondisi yang terjadi. Begitulah yang dialami oleh dua insan yang dipertemukan oleh rancangan indah tersebut, di seb...