34. Ketika Tanda Itu Mulai Datang Menyapa

222 27 4
                                    

Sudah weekend pertama di bulan November, nih.

Semoga semuanya sehat dan tetap semangat menuju pergantian tahun.

Menjelang makan siang, baiknya baca part baru dulu ini.

Selamat membaca.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah pertemuan ayahnya dengan Abby, Lio merasa hubungan mereka makin erat. Usahanya dalam membujuk Abby mempertimbangkan permintaan ayahnya, sedikit demi sedikit mulai dipikirkan oleh kekasihnya itu. Butuh waktu memang, juga usaha keras meyakinkan kekasihnya itu akan tujuan mulia ayahnya. Belum lagi rasa curiga Abby pada dirinya yang akhir-akhir ini malah sibuk memikirkan perusahaan keluarga Abby. Lio memang tidak memberitahu kekasihnya itu sudah bertemu dengan ayahnya. Namun, dia meyakinkan Abby, niat ayahnya tidak bisa diabaikan begitu saja. Kelangsungan perusahaan ada di tangan Abby. Nasib ratusan bahkan ribuan karyawan berada di tangannya. Jadi mau tidak mau, kekasihnya itu menyisihkan waktunya memikirkan perusahaan keluarganya.

"Hanya Abby yang saya harapkan meneruskan perusahaan ini, tidak ada yang lain. Ada yang potensial, tapi bagaimanapun saya lebih memercayai darah daging saya. Yang lain boleh tetap membantunya dan saya pastikan posisi mereka tetap aman. Saya juga akan membagi porsi yang adil bagi mereka yang sudah setia pada perusahaan. Bantu saya membujuknya, karena kelangsungan perusahaan keluarga kami berada di tangannya."

Lio teringat pesan ayah kekasihnya itu saat mereka makan siang. Begitu besar harapannya pada Abby dan itu membuat Lio dalam hati berjanji akan mewujudkannya. Lio sangat memaklumi sebuah perusahan keluarga yang berkembang menjadi sebesar itu tidak akan bertahan kalau tidak ada yang meneruskan.

"Kok, sekarang kamu jadi belain bokap, sih?" tanya Abby malam itu, saat mereka sedang bercumbu, menghilangkan penat setelah menguras pikiran dan tenaga di tempat kerja.

Lio menarik wajahnya yang terbenam di rambut Abby. "Bukan belain bokap juga. Aku hanya mikirin gimana nasib para karyawan kalau suksesi bermasalah, By. Gimana dengan saham? Pasti akan anjlok kalau pasar tahu bokap nggak punya pewaris yang pasti."

Abby terdiam. Dia belum berpikir sampai ke sana, malah Lio yang sudah. Ada rasa yang tidak biasa menyusup kalbu mendengar penuturan Lio, karena semua yang diungkapkannya benar. Abby merasa malu. Seharusnya dialah yang mempunyai pemikiran seperti itu. Ditatapnya wajah Lio yang kini sudah sejajar dengan wajahnya.

"Kamu sudah bertemu bokap, ya?" Pasti ada sesuatu yang telah terjadi di balik ucapan kekasihnya.

Tangan Lio menangkup pipi Abby. "Tanpa bertemu bokap pun, aku akan mengingatkan hal ini sama kamu."

"Bilang, ya, kalau bokap minta bertemu. Karena aku yakin banget, dia sudah tahu semua latar belakang kamu."

"Pasti."

Setangkai Mawar Di Taman Hati (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang