Halo.
Semoga pada sehat-sehat aja di sana.
Aku temani weekendnya dengan part baru ini.
Selamat membaca.
Pria berusia lima puluhan lebih dengan pakaian resmi yang dari jauh sudah terlihat sangat jelas kualitasnya, berderap dengan cepat memasuki lift khusus yang akan membawanya ke lantai paling atas gedung perkantoran yang terletak di kawasan jalanan utama ibu kota. Gedung itu berlantai 58 dengan basemen empat lantai untuk menampung kendaraan yang akan diparkir. Tidak cukup hanya itu, di bagian samping kanan, juga dibangun gedung parkir tambahan dengan tujuh lantai. Megahnya gedung itu tentunya sudah bisa dibayangkan kondisi pemiliknya.
Tiba di lantai teratas, sekretaris maupun security yang berada di lobi saat pria itu keluar dari lift, terburu membungkuk memberi hormat. Mereka tidak berani menatap langsung mata yang sedari tadi menatap awas pada siapa saja yang kebetulan berpapasan dengannya. Keningnya pun berkerut dengan bibir yang terkatup rapat, menciptakan garis keras pada wajahnya yang tampak begitu berwibawa. Sang asisten yang berada di belakangnya, memajukan langkah, bergegas membuka pintu saat mereka sudah berada di depan ruang kerja. Sampai pria tersebut memasuki ruang kerjanya, tidak ada suara yang terdengar. Hanya tarikan napas yang terdengar begitu samar. Hening, tetapi sangat tampak aura ketegangan.
"Pra, panggil si Jafin kemari!" perintahnya pada sang asisten yang bernama lengkap Pradipa yang sudah lima tahun menjadi asistennya.
"Baik, Pak."
Sutomo memijit keningnya dengan pelan. Kepalanya terasa pening mendengar informasi dari orang-orang kepercayaannya yang dia tugaskan memantau pergerakan Abby di luar sana. Tak dapat dia memercayai informasi yang diterimanya. Namun, saat dirinya diperlihatkan sebuah foto yang memperlihatkan Abby bersama seorang pria, hatinya tidak tenang. Rasa gundahnya yang tidak bisa membawa anak semata wayangnya masuk mengelola perusahaan keluarga begitu mendera dirinya tiada habis. Sekarang, bertambah lagi dengan berita yang makin menimbulkan keresahan di hatinya. Mengapa sangat sulit meruntuhkan kekerasan hati Abby? Mengapa setiap berbicara dengannya selalu berakhir dengan perdebatan yang tak berujung? Lalu, siapa pria yang akhir-akhir ini dekat dengannya? Setahu Sutomo, Abby tidak punya teman dekat pria. Hari-harinya hanya diisi dengan bekerja. Oleh karena itu, ibunya yang risau melihat bertambahnya usia, bermaksud menjodohkannya dengan anak dari kolega mereka.
Suara ketukan di pintu sejenak mengalihkan rasa pening di kepala Sutomo. Dia berusaha keras mengembalikan napasnya yang terasa menyesakkan dada akibat memikirkan hal tersebut.
"Masuk!" Gema suaranya mampu menembus pintu yang tertutup rapat yang terbuat dari kayu kelas satu dengan tambahan ornamen cutting di bagian tepinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setangkai Mawar Di Taman Hati (complete)
RomanceRancangan Tuhan pada setiap insan tentunya berbeda. Begitu hebatnya rancangan itu, terkadang membuat yang mengalaminya tidak memahami kondisi yang terjadi. Begitulah yang dialami oleh dua insan yang dipertemukan oleh rancangan indah tersebut, di seb...