30. Semoga Kita Masih Mampu Bertahan

178 24 2
                                    

Sudah akhir pekan lagi.

Jangan lupa tetap pakai masker saat bepergian atau di tempat umum ya.

Yang di rumah saja, aku temani dengan part baru ini.

Selamat membaca.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hati Lio gelisah sejak tadi. Sepertinya ada sesuatu yang telah terjadi, tetapi dia tidak tahu apa. Hanya saja, beberapa kali tangannya tidak sengaja terantuk tool kit saat mulai menggarap pasien pertamanya hari itu. Sayangnya, saat dia berusaha keras menghalau rasa itu, usahanya selalu gagal. Lio akhirnya memutuskan beristirahat sejenak dan pergi ke pantry. Dalam bekerja dia selalu berkonsentrasi penuh. Mengapa hari ini tidak bisa? Diusapnya peluh di kening kemudian mengambil minuman dingin di kulkas. Sembari menyesap minuman yang seketika menyapu dahaganya, tangannya merogoh saku jeans, mengambil ponsel yang sejak tadi tidak ada notif maupun dering. Biasanya menjelang jam makan siang, Abby tidak pernah lupa mengingatkan untuk kembali mengisi energinya yang sudah berkurang. Kali ini, tidak ada tanda-tanda kekasihnya itu akan berkirim pesan maupun telepon. Apakah sesuatu telah terjadi? Dengan cepat tangannya menekan nomor dua pada pada daftar nomor kontak.

"Halo, By?" suaranya menyerbu begitu teleponya tersambung.

"Ada apa? Jangan lupa makan, ya?" terdengar suara lemah di seberang sana. Kening Lio mendadak berkerut. Baru sehari dia tidak menginap di tempat Abby, mengapa sudah selemah ini suara yang didengarnya?

"Suaramu kenapa? Sakit, By?"

"Perutku tadi nyeri, tapi sudah nggak lagi, kok. Jangan khawatir, aku baik-baik aja."

Lio menegakkan punggungnya mendengar info tersebut. Jangan-jangan ini sudah pertanda akibat dari rasa cinta yang dimilikinya pada wanita cantik itu? Hatinya mulai was-was. Kalau saja benar, dia akan merasa sangat bersalah. Namun, rasa cinta yang menggelora tidak sanggup ditahannya.

"Ntar sore aku mampir, ya? Kalau kamu butuh sesuatu, infoin aja."

"Oke. Makan siang jangan telat, Sayang."

"Siap!"

Tergesa Lio menuju meja makan di mana sudah tersedia menu yang telah di tata di atasnya. Beberapa rekannya juga mulai masuk ke ruang makan.

"Kayaknya menu kita hari ini terlihat lezat, nih!" seru pria yang punya postur tubuh hampir sama dengannya. Wajahnya tirus dengan rambut yang dibiarkan panjang sebahu. Terkadang Lio gerah melihat rambut rekannya itu. Namun, dia adalah mekanik andalan mereka yang bernama Jiwo.

"Wah ...! seru yang lain setelah melihat menu yang lumayan beragam di atas meja. Kali ini yang berseru adalah penangung jawab spare part mereka bernama Tendi.

Lio sudah menarik kursi dan mulai mengambil nasi serta lauk. Beberapa rekannya melakukan hal yang sama secara bergantian. Mereka kemudian menikmati hidangan makan siang dengan nikmat.

Setangkai Mawar Di Taman Hati (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang