14. Menyusuri Jalan Menyimpan Kenangan

218 25 2
                                    

Apa kabarnya?

Semoga selalu sehat dan tetap semangat.

Aku temani weekendnya dengan part baru ini.

Selamat membaca.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sang mentari masih enggan menyapa pagi itu. Sinarnya bahkan mengintip di balik dedaunan, seakan malu menampakkan diri. Embun pagi masih berat untuk beranjak, meninggalkan jejaknya pada rerumputan. Desaun angin terdengar bagaikan nyanyian sunyi. Rasa dingin menyergap Lio yang telah bersiap menuju rumah Kepala Desa menjemput Abby. Khusus pagi ini, semua rutinitas dilaksanakannya dengan wajah penuh senyuman. Amril sampai bertanya-tanya melihat semangat cucunya yang agak berbeda saat itu. Biasanya Lio masih meringkuk di bawah selimut melanjutkan tidurnya di sofa karena kedinginan. Menemaninya sarapan di teras sembari mengobrol mengenai berbagai hal. Pagi ini begitu bangun, Lio sudah bergegas ke kamar mandi. Amril menduga ada hal spesial yang akan dikerjakan Lio. Atau mungkin bertemu dengan seseorang. Rona wajahnya berseri dan semangatnya menggebu. Lio sangat mudah dibaca jika hatinya sedang bahagia. Persis seperti ayahnya.

"Mau ke mana sepagi ini, Lio? Biasanya kamu masih tiduran di sofa kedinginan," sengaja Amril bertanya untuk memancing Lio memberitahu tujuannya. Sangat sulit mengorek lebih jauh cucunya itu mengenai wanita bernama Abby yang tempo hari dimintanya ke rumah. Atau mungkin saja hari ini Lio akan bertemu Abby?

"Mau jalan-jalan aja, Kek. Suntuk juga kalau di rumah terus. Biar fresh aja," alasan Lio yang ditanggapi dengan kerutan di kening oleh Amril. Alasan yang sangat mudah terbaca untuk mengalihkan rasa ingin tahunya. Fresh? Bukannya udara di lingkungan pedesaan ini membuat siapa pun yang berkunjung akan merasa lebih segar? Ada-ada saja alasan Lio.

"Udara pedesaan ini buat kamu akan terus merasa segar, Lio. Cari alasan yang lebih tepat sama kakek kamu ini. Jangan menyembunyikan sesuatu," tegas Amril. Sengaja biar Lio berterus terang.

Langkah Lio menuruni tangga tertahan. Kakinya kembali naik ke teras. Ternyata tidak mudah menyembunyikan tujuannya bertemu Abby pada kakeknya. Maklum Lio, kamu masih kalah jauh pengalaman mengenai wanita. Seharusnya tadi dia mengendap-endap agar tidak diketahui. Kalau sudah begini, mau tidak mau, dia harus memberitahu hal yang sebenarnya.

"Mau ajak Abby jalan-jalan menyusuri desa ini, Kek. Tapi jangan minta Lio bawa Abby ke sini. Ntar Kakek interogasi lagi. Kami hanya berteman, nggak lebih," tutur Lio dengan wajah yang terasa memanas. Padahal udara masih cukup dingin. Begini, ya, kalau tertangkap basah menyembunyikan niat bertemu wanita yang ingin sekali dimilikinya. Sayang, Lio harus tahu diri, ada batasan yang tidak boleh dilewatinya. Batasan yang membuatnya hingga hari ini belum bisa mencari jalan keluarnya. Satu-satunya jalan bertemu dengan wanita dari masa lalu kakeknya yang membawa petaka bagi keluarganya masih stuck. Membujuk kakeknya belum juga berhasil. Lio harus mencari jalan lain.

Setangkai Mawar Di Taman Hati (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang